<< Go Back

Sabat 22 Februari 2025

RENUNGAN PENDAHULUAN

 

Alasan mengapa Iman + perbuatan saja masih kurang, Kasih Yesus harus menjadi kebiasaan dan tabiat kita

Bangsa campuran yang telah keluar bersama-sama dengan orang Israel dari Mesir adalah satu sumber daripada pencobaan dan kesulitan yang terus-menerus. Mereka mengaku telah meninggalkan penyembahan berhala dan berbakti kepada Allah yang benar; tetapi pendidikan dan latihan yang diterima pada masa kecil telah membentuk kebiasaan dan tabiat mereka, dan sedikit banyaknya mereka telah dinodai oleh penyembahan berhala dan oleh sikap tidak hormat kepada Allah. Merekalah yang paling sering menimbulkan pertengkaran dan yang pertama bersungut-sungut, dan mereka telah mempengaruhi perhimpunan itu dengan kebiasaan-kebiasaan penyembahan berhala mereka dan persungutan mereka kepada Allah. ——-PB1 432.1

 

Penyangkalan diri

Agar dapat berkenalan dengan kekecewaan karena pencobaan dan dukacita yang datang kepada makhluk manusia, Kristus turun sampai ke lembah kemalangan dan kehinaan yang paling dalam. Ia sudah terlebih dulu menempuh jalan yang diminta-Nya ditempuh oleh para pengikutNya. Ia berkata kepada mereka; “Setiap orang yang mau mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Tetapi banyak orang yang mengaku dirinya Nasrani tidak selamanya mau mempraktikkan penyangkalan diri yang diminta oleh Juruselamat itu. Mereka tidak rela mengurangi keinginan dan hasrat mereka supaya dapat memberi lebih banyak kepada Tuhan. Ada orang yang berkata: “Selera keluarga saya suka yang mahal-mahal oleh sebab itu biaya untuk itu besar sekali.” Hal ini menunjukkan bahwa ia sendiri dan keluarganya perlu mempelajari cara-cara penghematan yang diajarkan oleh kehidupan Kristus…. ——-MKB 364.2

Penggodaan datang kepada semua orang untuk memuaskan keinginan yang mementingkan diri dan pemborosan, tetapi janganlah kita lupa bahwa Tuhan kehidupan dan kemuliaan datang ke dunia ini untuk mengajarkan kepada umat manusia pelajaran tentang penyangkalan diri. ——MKB 364.3

 

Rasul Petrus berusaha mengajar orang-orang percaya supaya jangan mengisi pikiran mereka dengan perkara-perkara yang dilarang atau jangan membuang tenaga mereka kepada hal-hal yang tidak berguna. Mereka yang tidak mau terjerumus menjadi mangsa Setan, harus menjaga pintu gerbang jiwa mereka. Mereka harus menghindarkan diri dari membaca, melihat, mendengar sesuatu hal yang menajiskan pikiran. Jangan dibiarkan pikiran dikuasai sewenang-wenang dengan segala pokok persoalan yang diusulkan oleh musuh. Kemurnian hati harus dipelihara dengan baik, atau segala kejahatan dihindarkan supaya tidak timbul di dalamnya, dan jiwa tidak akan mengembara di dalam kegelapan. ——MKB 385.5

 

Segala sesuatu yang dilakukan harus untuk menemukan kepribadian sendiri dan anak-anak kita, sehingga tidak akan kelihatan ketidakadilan sebagaimana yang dipraktikkan di dalam dunia ini. Kita harus menjaga ketat sedemikian rupa pandangan mata kita dan pendengaran telinga kita agar supaya perkara yang mengerikan tidak masuk ke dalam pikiran kita. Ketika surat kabar harian masuk ke dalam rumah, saya merasa kalau boleh sebenarnya menyembunyikannya, supaya hal-hal yang merangsang kegila-gilaan dan sensasi yang ada di dalamnya tidak kelihatan. Tampaknya musuh seolah-olah meletakkan dasar sesuatu perkara yang akan diterbitkan dalam surat-surat kabar. Segala perkara yang dipenuhi dosa dibukakan dan dipropagandakan secara terbuka di hadapan dunia ini. ——MKB 386.1

 

Mereka yang ingin mempunyai khidmat dari Allah harus menjadi bodoh terhadap pengetahuan dosa yang merajalela pada zaman ini, supaya mereka menjadi orang-orang yang bijaksana. Mereka harus menutup mata terhadap kejahatan supaya mereka boleh melihat dan belajar bukan tentang kejahatan. Mereka harus menutup telinga terhadap kejahatan dan berusaha memperoleh pengetahuan yang dapat mempertahankan kesucian pikiran dan perbuatan. Demikian juga lidah mereka harus dijaga, supaya mereka tidak mengucapkan kabar kejahatan dan tipu muslihat pun tidak terdapat di dalam mulut mereka.——MKB 386.2

 

Jangan melihat betapa dekatnya engkau dapat berjalan di pinggir tebing yang curam itu dan akhirnya menjadi selamat. Hindarkanlah diri dari pendekatan pertama terhadap bahaya. Pentingnya keselamatan jiwa jangan diremehkan. Tabiat yang baik itulah yang menjadi modalmu. Hargailah tabiat itu sama seperti sebuah harta kekayaan emas. Kemurnian akhlak, harga diri, sesuatu kekuatan dalam perlawanan, harus tetap teguh dan hendaklah senantiasa dipelihara. Jangan ada seorang pun yang melalaikan sikap berhati-hati; seorang yang hidup akrab dengan kebiasaan dunia, seorang yang berlaku tidak bijaksana, jiwanya akan terancam bahaya, karena pintu penggodaan sedang terbuka dan kuasa perlawanan menjadi lemah——MKB 386.3

 

Setan bekerja terus menerus supaya kemuliaan kerajaan dunia yang akan datang menjadi tidak penting dalam pikiran manusia dan menarik segala perhatian mereka kepada perkara yang ada dalam kehidupan ini. Setan bekerja keras sedemikian rupa untuk mengatur segala sesuatu sehingga pikiran, keinginan dan segala usaha kita dikerahkan untuk urusan-urusan dunia, sehingga kita tidak dapat melihat atau tidak menyadari nilai yang luhur dari kesungguhan kehidupan kekal. Dunia dengan segala kemauannya sudah terlalu besar di suatu tempat, sementara Yesus dan segala sesuatu mengenai surga terlalu kecil untuk mengambil tempat dalam pikiran kita dan untuk kita cintai. Kita harus berhati-hati dalam menghentikan tugas-tugas rutin setiap hari tetapi di atas segalanya, kita harus mengusahakan cinta kasih yang kudus kepada Yesus Kristus Tuhan kita. ——MKB 387.1

KISAH PARA RASUL

BAB 30

Dipanggil untuk Mencapai Standar yang Lebih Tinggi

 

Dalam pengharapan untuk menekankan dengan jelas ke atas pikiran orang-orang percaya di Korintus penting pengendalian diri yang ketat, dan semangat yang tak kunjung padam dalam pelayanan Kristus, Paulus di dalam suratnya kepada mereka mengadakan perbandingan yang mencolok antara peperangan orang Kristen dan perlombaan lari yang diadakan sewaktu-waktu dekat Korintus. Dari segala permainan yang dibuat di antara orang-orang Yunani dan orang-orang Roma, per-lombaan lari adalah yang paling kuno dan dianggap paling tinggi. Per-lombaan itu disaksikan oleh raja-raja, bangsawan-bangsawan, dan negarawan-negarawan. Orang muda yang berpangkat dan kaya mengambil bagian daripadanya dan tidak mundur dari segala usaha atau disiplin yang perlu untuk memperoleh hadiah. ——KR 260.1

Perlombaan-perlombaan diatur dengan peraturan yang ketat, di mana tidak ada naik banding. Mereka yang menginginkan namanya dimasukkan sebagai peserta untuk mendapat hadiah harus lebih dulu mengalami ujian pendahuluan yang ketat. Kegemaran dari nafsu makan yang berbahaya atau pemanjaan yang lain yang akan menurunkan kuasa pikiran dan fisik, dilarang keras. Seseorang yang mempunyai pengharapan kemajuan dalam ujian kekuatan dan kecepatan ini, otot-otot harus kuat dan luwes, dan urat saraf harus dikontrol dengan baik. Setiap gerakan haruslah pasti, setiap langkah cepat dan tidak menyimpang; kuasa-kuasa badani harus mencapai tujuan yang tertinggi. ——KR 260.2

Sementara orang-orang yang bertanding dalam perlombaan mengadakan penampilan mereka di hadapan orang banyak yang menyaksikan, nama mereka diumumkan, dan peraturan pertandingan diberitahukan dengan jelas. Kemudian mereka semua berangkat bersama-sama, perhatian yang tertentu dari para penonton mengilhami mereka dengan suatu tekad untuk menang. Wasit duduk dekat gawang, supaya mereka boleh memperhatikan pertandingan itu dari permulaan sampai kepada akhimya dan memberikan hadiah kepada pemenang yang benar. Jika seorang mencapai tujuan lebih dulu dengan cara yang tidak sah ia tidak diberi hadiah. ——KR 261.1

Dalam mengutip tentang perlombaan-perlombaan ini sebagai suatu lambang peperangan Kristen, Paulus menekankan persiapan yang perlu untuk kemajuan orang-orang yang bertanding dalam perlombaan, disiplin pendahuluan, makanan yang bebas dari minuman keras, dan perlunya pertarakan. “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan,” ia menyatakan, “menguasai dirinya dalam segala hal.” Orang-orang yang berlari mengesampingkan setiap pemanjaan yang cenderung melemahkan kuasa badani, dengan disiplin yang keras dan terus-menerus melatih otot-otot mereka untuk menjadi kuat dan tahan lama, supaya bila hari pertandingan akan tiba, mereka boleh dikenakan beban yang paling berat kepada kekuatan mereka. Betapa lebih penting lagi orang Kristen, yang minatnya yang kekal dipertaruhkan, membawa selera dan hawa nafsu kepada penaklukan pertimbangan dan kehendak Allah! Tidak pernah ia mengizinkan perhatiannya dipisahkan oleh kepelesiran, kemewahan atau kesenangan. Segala tabiat dan hawa nafsunya harus dibawa ke dalam disiplin yang paling keras. Pertimbangan, diterangi oleh ajaran sabda Allah, dan dipimpin oleh Roh Kudus, harus memegang pengendalian hawa nafsu. ——KR 261.4

Dan sesudah hal ini dilakukan, orang Kristen haruslah berusaha sedapat mungkin supaya memperoleh kemenangan. Dalam perlombaan-perlombaan orang Korintus langkah-langkah terakhir dari para peserta per-lombaan diusahakan agar supaya mencapai kecepatan yang tidak berkurang. Demikian juga dengan orang Kristen, sementara ia menghampiri tujuan, akan maju terus dengan semangat dan tekad yang lebih besar lagi daripada permulaan perjalanannya. ——KR 262.1

Paulus mengemukakan perbandingan antara rangkaian bunga yang diterima oleh pemenang dalam perlombaan lari, dan mahkota yang tidak akan mati yang akan diberikan kepadanya yang berlari dengan kemenangan dalam perlombaan Kristen. ‘’Mereka berbuat demikian,” ia menjelaskan, “untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” Untuk memenangkan hadiah yang akan binasa, pelari-pelari Yunani tidak menghindarkan kerja keras atau disiplin. Kita bergumul untuk hadiah yang lebih berharga, yaitu mahkota hidup yang kekal. Betapa lebih teliti lagi seharusnya usaha kita, berapa banyak lagi kerinduan pengorbanan dan penyangkalan diri kita! ——KR 262.2

Dalam suratan kepada orang Ibrani ditentukan maksud sepenuh hati yang harus menjadi ciri perlombaan orang Kristen untuk hidup kekal: “..Marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merin-tangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan…. ” Ibrani 12:1,2. Cemburu, kebencian, sangka-sangka jahat, berbicara yang jahat, loba, inilah beban yang orang Kristen harus tinggalkan, kalau ia mau berlari dengan berhasil dalam perlombaan yang kekal. Setiap kebiasaan yang memimpin kepada dosa dan membawa malu kepada Kristus harus disingkirkan, apa pun pengorbanannya. Berkat surga tidak dapat menyertai seseorang yang melanggar prinsip-prinsip kebenaran yang kekal. Satu dosa yang disimpan dalam hati sudah cukup untuk merendahkan tabiat dan menyesatkan orang lain. ——KR 262.3

“Dan jika tanganmu menyesatkan engkau,” Juruselamat mengatakan, “penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tidak terpadamkan. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka.” Markus 9:43, 45. Jika hendak menyelamatkan tubuh dari kematian, kaki dan tangan harus dipotong, atau mata bila perlu dicungkil, betapa seharusnya kesungguhan orang Kristen membuang dosa, yang membawa kematian kepada jiwa. ——KR 263.1

Para peserta pertandingan pada zaman purba, telah tunduk kepada penyangkalan diri dan disiplin yang keras, tidak mengetahui dengan pasti apakah beroleh kemenangan atau tidak: Paulus berkata, “Tiadakah kamu mengetahui, bahwa mereka semua berlari dalam perlombaan itu, tetapi hanya seorang yang menerima hadiah? Walaupun keinginan mereka amat besar dan para pelari sungguh-sungguh berjuang tetapi hadiah hanya untuk seorang saja. Satu tangan hanya dapat menggenggam kalungan bunga yang dirindukan. Beberapa orang boleh berusaha dengan segenap kuat kuasanya untuk memperoleh hadiah, tetapi sementara mereka mengulurkan tangan untuk mencapai hadiah itu, seketika itu juga orang lain telah mendahului mereka, mungkin sudah menggenggam harta yang dirindukan itu. ——KR 263.2

Bukan demikian halnya dengan orang Kristen. Tiada seorang pun yang menuruti syarat-syarat itu akan kecewa pada akhir perlombaan. Tidak ada seorang pun yang tekun akan gagal untuk mencapai sukses. Perlombaan itu bukan hanya untuk orang yang tangkas, atau cepat, atau bukan hanya peperangan untuk orang kuat. Orang saleh yang lemah, demikian juga orang yang kuat, boleh memakai mahkota kemuliaan yang kekal itu. Semua orang boleh mendapat kemenangan, melalui kuasa karunia Ilahi, dengan membawa kehidupan mereka sesuai dengan kehendak Kristus. Praktik dalam seluk-beluk kehidupan meletakkan dasar dalam prinsip-prinsip firman Allah, terlalu sering dipandang tidak terlalu perlu, suatu hal yang dianggap terlalu remeh untuk mendapat perhatian. Tetapi bila dipandang dari segi persoalan itu, sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dianggap remeh. Tiap-tiap tingkah laku dapat menolong atau menghalangi dalam skala yang menentukan pada kehidupan yang menang atau kalah. Upah diberikan kepada mereka yang menang akan sebanding kepada kekuatan dan kesungguhan dalam perjuangan yang mereka lakukan.Rasul itu telah membandingkan dirinya dengan seorang yang sedang berlari dalam suatu perlombaan, dikerahkan setiap urat saraf untuk memenangkan hadiah itu. “Sebab itu aku bukan berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melihat tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain jangan aku sendiri ditolak.” Bahwa dia bukan berlari tanpa tujuan atau secara serampangan dalam perlombaan orang Kristen, Paulus menundukkan dirinya dalam latihan yang keras. Kata-kata itu berbunyi: “Aku melatih tubuhku,” arti yang sesungguhnya ialah mengalahkan hawa nafsu, keinginan hati bahkan disiplin yang kuat. ——KR 263.3

Paulus sendiri khawatir, setelah memberitakan Injil kepada orang lain, kalau-kalau dia sendiri harus ditolak. Dia telah menyadari bahwa jika dia tidak mengamalkan dalam kehidupannya prinsip-prinsip apa yang dia percayai dan telah khotbahkan, usahanya untuk menolong orang lain tidak membawa faedah bagi dia. Percakapannya, pengaruhnya, penolakannya untuk tidak menyerah terhadap memuaskan diri sendiri, harus pula ditunjukkan bahwa agamanya bukan sekadar profesi, tetapi suatu hubungan yang hidup kepada Allah setiap hari. Satu tujuan telah ditetapkan jauh sebelum di hadapannya, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapainya, “yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.” Filipi 3:9. ——KR 264.1

Paulus menyadari bahwa peperangan melawan kejahatan belumlah tamat selama kehidupan belum berakhir. Sesungguhnya dia telah mengetahui perlunya menjaga diri dengan ketat, sehingga jangan keinginan-keinginan duniawi ini menaklukkan semangat kerohanian. Dengan segala kuat kuasanya dia teruskan untuk mengalahkan kecenderungan bawaan…. Pernah ditentukan di hadapannya idaman yang harus dicapai, dan dia berusaha dengan sekuat tenaganya untuk mencapai idaman itu dengan rela menurut hukum Allah. Kata-katanya, praktik kehidupannya, hawa nafsunya, kesemuanya ini telah diserahkan di bawah pengendalian Roh Allah——KR 264.2

Dan kemudian, dalam kata-kata yang ada pada zaman itu hingga sekarang menjadi suatu sumber inspirasi dan dorongan kepada kaum pria dan wanita, Paulus menyatakan pentingnya kasih yang harus dihormati oleh para pengikut Kristus: “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki segala pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempuma untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.” ——KR 268.1

Bagaimanapun tingginya pekerjaan seseorang, yang hatinya tidak dipenuhi kasih kepada Allah dan sesamanya manusia dia bukanlah murid Kristus yang benar. Walaupun dia mempunyai iman yang besar dan mempunyai kuasa untuk melakukan tanda-tanda ajaib, namun tanpa kasih imannya akan menjadi sia-sia. Dia mungkin menunjukkan kebaikan yang besar; tetapi seandainya dia, dari beberapa alasan yang lain daripada kasih sejati, menyerahkan seluruh hartanya untuk menjamu orang miskin, perbuatan yang demikian tidak menjadi alasan untuk memperkenankan Allah. Dalam semangatnya, dia mungkin menjadi seorang yang mati syahid, namun jika dia tidak digerakkan oleh kasih, dia akan dianggap oleh Allah sebagai seorang yang suka memperdaya diri sendiri atau seorang munafik yang berambisi. ——KR 268.2

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu; ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” Kesukaan yang mumi terpancar dari orang yang sangat rendah hati. Tabiat-tabiat yang kuat dan agung dibentuk di atas dasar kesabaran, kasih, dan penyerahan kepada kehendak Allah. ——KR 268.3

“Kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari ke-untungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan ia tidak menyimpan kesalahan orang lain.” Kasih seperti dimiliki Kristus itu menempatkan tafsiran yang sangat baik pada motif dan tingkah laku orang lain. Kasih itu tidak perlu membukakan kesalahan-kesalahan orang lain; ia tidak ingin mendengar laporan-laporan yang tidak baik, tetapi malah membawa kepada pikiran kualitas-kualitas yang baik dari orang-orang lain. ——KR 268.4

Kasih itu, “tidak bersukacita karena ketidakadilan;” tetapi bersuka karena kebenaran; Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Kasih itu, “tidak pernah gagal.” Nilainya tidak pernah hilang; itu adalah suatu sifat perlengkapan surgawi. Sebagai suatu harta yang berharga, kasih itu akan membawa pemiliknya masuk melalui gerbang kota Allah. ——KR 269.1

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” ——KR 269.2

 

Setelah surat itu dikirimkan, Paulus merasa takut, jangan-jangan apa yang telah dituliskannya sangat melukai hati mereka yang dianggapnya beroleh keuntungan dari surat itu. Secara teliti disertai rasa takut ia mengasingkan diri dan kadang-kadang rindu mengingat kembali kata-katanya. Mereka sama seperti rasul yang telah merasakan suatu tanggung jawab mengasihi sidang-sidang atau lembaga-lembaga, dapat menghargai dengan sebaik-baiknya dari hal perasaan tertekan dan mempersalahkan diri sendiri. Hamba-hamba Allah yang menanggung beban karena pekerjaanNya pada zaman ini mengetahui pengalaman yang sama di bidang pekerjaan, pertentangan, dan kekhawatiran yang menimpa dengan berat kepada rasul yang agung itu. Dibebankan oleh perpisahan di dalam sidang, menghadapi orang-orang yang tidak berterima kasih dan pengkhianatan dari beberapa orang yang mencari simpati dan dukungan, menyadari bahaya yang mengancam sidang-sidang yang menyimpan kejahatan, dipaksakan membawa suatu kesaksian dan penyelidikan yang ketat untuk menegur dosa. Pada waktu yang sama dia tertekan dengan ketakutan yang mungkin ia telah memperlakukan terlalu keras. Dalam kegelisahan yang mencemaskan ini dia telah menunggu untuk menerima berkat sebagai jawaban penerimaan dari pekabarannya. ——KR 271.2

 

Catatan:

Kutipan KR 268 – 269 menjelaskan tentang tidaklah cukup pemahaman bahwa kebenaran hanya sampai dilaksanakan sebagai kewajiban, haruslah kebenaran itu menjadi KASIH di dalam TABIAT dan KEBIASAAN kita, kutipan yang diperkuat oleh penjelasan cerita Paulus diatas adalah:

Banyak orang yang mengaku menyembah Allah padahal mereka bergantung atas usaha-usaha mereka sendiri untuk menurut hukumNya, untuk membentuk sebuah tabiat yang benar, dan untuk mendapatkan keselamatannya. Hati mereka bukannya digerakkan oleh perasaan yang mendalam akan kasih Kristus, melainkan mereka berusaha membentuk tanggungjawab-tanggungjawab hidup Kristen sebagaimana yang diwajibkan Allah bagi mereka dalam rangka memperoleh surga. Agama yang demikian tiada gunanya. Apabila Kristus berdiam di dalam hati, maka jiwa akan dipenuhi kasihNya, dengan hubungan yang menggembirakan dengan dia, sehingga jiwa akan berpaut padaNya; dan di dalam merenung-renungkan Dia, diri sendiri haruslah dilupakan. Kasih kepada Kristus akan menjadi sumber pancaran perbuatan yang baik. Barangsiapa yang merasakan kasih Allah tidak akan menanyakan betapa kecilkah yang diberikan untuk memenuhi syarat-syarat tuntutan Allah, mereka tidak akan meminta ukuran yang rendah, melainkan bertujuan menuju kesempurnaan sesuai dengan kehendak Penebusnya. Dengan kerinduan yang sungguh-sungguh mereka memasrahkan semuanya dan menyatakan perhatian yang seimbang terhadap nilai benda yang mereka cari: Mengaku pengikut Kristus tanpa kasih mendalam seperti ini hanyalah omong-kosong belaka, formalitas yang kering serta pekerjaan yang amat hina. ——-KS 40.1

 

BUAT ALLAH YANG UTAMA

 

Memberikan waktu, pikiran, dan kekuatan pada pengejaran harta duniawi itu berbahaya, sekalipun sukses mengikuti usaha yang tekun, karena dalam melakukan itu ada bahaya membuat Allah dan kebenaranNya menjadi nomor dua. Jauh lebih baik menjadi miskin, menahan kekecewaan dan pengharapan duniawi hancur, daripada kepentingan kekal dalam bahaya. Bujuk rayu mungkin diberikan kepada kita, dan kita mungkin berpikir untuk memperoleh kekayaan dan kehormatan, dan dengan demikian mengisi hati dan jwa kita pada usaha-usaha duniawi…

Uang telah menjadi ukuran kemanusiaan di dunia, dan manusia dinilai bukan dari integritas mereka, tetapi dari jumlah kekayaan yang mereka miliki. Demikianlah zaman sebelum air bah….

Janganlah kita bertekad untuk mendapatkan kekayaan. Jika kita melihat bahwa kemisikinan akan menjadi bagian kita karena tinggal di dalam kebenaran, marilah kita tinggal dalam kebenaran dan masuk dalam kehidupan. Yesus berkata bahwa “manusia tidak akan hidup dari roti saja, tetapi dari setiap perkataan Allah.” Penggemar dunia mungkin tersenyum dengan pernyataan ini, tetapi meskipun demikian itu adalah nasihat dari hikmat kekal…Orang-orang Kristen yang untuk pekerjaan mereka, jika mereka mengikuti Kristus akan memikul salib mereka dan mengatasi kebingungan mereka dalam Roh Kristus. Mereka tidak akan menjadikan dunia sebagai Allah mereka, dan memberikan otak, dan tulang dan otot kepada Mamon. Mereka akan menyadari bahwa surga sedang mengawasi mereka, dan keberhasilan apapun yang menghampiri mereka, maka mereka akan memberikan kemuliaan kepada Allah. Mereka akan menyadari bahwa Allah mengetahui, tetapi kita tidak mengetahui, bahwa beberapa tahun lagi akan berlalu dan harta bumi tidak akan ada lagi…

Penglihatan dunia yang akan datang itulah yang menyeimbangkan pikiran agar segala hal yang terlihat tidak mengendalikan perasaan, yang telah dibeli dengan harga tak ternilai oleh sang Penebus dunia. Melalui perwakilan Roh Kudus hal-hal yang tak terlihat dan kekal dibawa kehadapan jiwa, dan keuntungan-keuntungan kekal harta yang abadi dimunculkan di hadapan mata dalam keindahan yang memikat. Dengan cara ini kita belajar melihat kepada yang tak terlihat dan kekal, dan menilai celaan karena Kristus lebih berharga daripada harta benda di dunia.——Signs of the Times, 26 Juni 1893

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart