Sabat 25 Januari 2025
RENUNGAN PENDAHULUAN
Gagal mengerti daripada pertobatan
Di dalam pertobatan termasuk penyesalan akan dosa dan berpaling daripadanya. Kita tidak akan meninggalkan dosa itu kecuali kita melihat betapa jahatnya dosa-dosa itu; sebelum kita mengenyahkannya dari dalam hati kita, tidak akan ada perubahan yang sesungguhnya di dalam kehidupan. ——KS 18.2
Banyak orang yang gagal mengerti keadaan yang sesungguhnya daripada pertobatan itu. Orang banyak merasa sedih karena mereka telah berbuat dosa dan mengadakan pembaharuan secara lahiriah karena mereka takut terhadap perbuatan yang salah yang dilakukan mereka akan membawa bencana kepada diri mereka sendiri. Tetapi bukan pertobatan yang semacam ini yang dikatakan di dalam Alkitab. Mereka meratapi kesengsaraan melebihi dosa itu sendiri. Demikianlah duka yang dialami oleh Esau ketika hak-sulungnya hilang untuk selama-lamanya. Bileam, takut karena malaikat berdiri di tengah jalan- nya dengan pedang yang terhunus, mengaku kesalahannya supaya nyawanya jangan hilang tetapi bukan itulah pertobatan sejati terhadap dosanya, tiada perubahan maksud, tiada kemuakan akan kejahatan. Judas Iskariot, setelah menghianati Tuhannya berseru: “Aku berdosa, sebab menyerahkan darah orang yang tiada bersalah.’’Matius 27:4. ——KS 18.3
Pengakuan terdorong dari jiwanya yang merasa bersalah dengan perasaan akan hukuman yang dahsyat dan satu pandangan yang menakutkan atas pehukumannya. Akibat-akibat yang ditanggungnya memenuhi dirinya dengan perasaan yang dahsyat, namun tiada berakar dalam, dengan hati yang hancur di dalam jiwanya, karena dia telah menghianati Anak Allah yang tiada bersalah sama sekali serta menyangkal Yang Maha Suci orang Israel. Firaun, yang mengakui salahnya untuk menghindarkan hukuman yang berikutnya, bahkan kembali melawan Allah begitu kutuk itu dihentikan. Semua ratapan semacam ini hanyalah akibat-akibat dosa itu, tetapi bukan karena berdukacita atas dosa itu sendiri. ———-KS 19.1
Melaksanakan hidup Kristen sebagaimana mana yang diwajibkan Allah tiada gunanya.
Banyak orang yang mengaku menyembah Allah padahal mereka bergantung atas usaha-usaha mereka sendiri untuk menurut hukumNya, untuk membentuk sebuah tabiat yang benar, dan untuk mendapatkan keselamatannya. Hati mereka bukannya digerakkan oleh perasaan yang mendalam akan kasih Kristus, melainkan mereka berusaha membentuk tanggungjawab-tanggungjawab hidup Kristen sebagaimana mana yang diwajibkan Allah bagi mereka dalam rangka memperoleh surga. Agama yang demikian tiada gunanya. Apabila Kristus berdiam di dalam hati, maka jiwa akan dipenuhi kasihNya, dengan hubungan yang menggembirakan dengan dia, sehingga jiwa akan berpaut padaNya; dan di dalam merenung-renungkan Dia, diri sendiri haruslah dilupakan. Kasih kepada Kristus akan menjadi sumber pancaran perbuatan yang baik. Barangsiapa yang merasakan kasih Allah tidak akan menanyakan betapa kecilkah yang diberikan untuk memenuhi syarat-syarat tuntutan Allah, mereka tidak akan meminta ukuran yang rendah, melainkan bertujuan menuju kesempurnaan sesuai dengan kehendak Penebusnya. Dengan kerinduan yang sungguh-sungguh mereka memasrahkan semuanya dan menyatakan perhatian yang seimbang terhadap nilai benda yang mereka cari: Mengaku pengikut Kristus tanpa kasih mendalam seperti ini hanyalah omong-kosong belaka, formalitas yang kering serta pekerjaan yang amat hina. ——-KS 40.1
Ketaatan rupa dan upacara saja
Tetapi Israel belum merasakan sifat rohani dari hukum itu, dan terlalu sering penurutan mereka hanya sebagai ketaatan rupa dan upacara saja, bukan suatu penyerahan hati kepada kedaulatan kasih. Ketika Yesus dalam tabiat dan pekerjaan-Nya menunjukkan kepada manusia sifat-sifat Allah yang suci, penuh kebaikan dan bersifat kebapaan, dan menunjukkan ketiadaan nilai dari penurutan upacara belaka, para pemimpin Yahudi tidak menerima atau memahami kata-kata-Nya. Mereka berpikir bahwa Dia terlalu menganggap enteng akan tuntutan-tuntutan hukum itu; dan ketika Dia tetapkan di hadapan mereka kebenaran-kebenaran dari perwujudan atau lambang upacara mereka yang ditetapkan Ilahi, mereka hanya melihat luarnya saja, menuduh Dia berupaya untuk mengubahnya. —-KAB 56.4
SEBAB KUK YANG KUPASANG ITU ENAK DAN BEBAN-KU PUN RINGAN
Kita boleh berbicara tentang berkat-berkat yang diberikan Roh Kudus dan berdoa untuk memperoleh berkat-berkat itu; tetapi jika manusia tidak digerakkan oleh Roh Allah, Dia menyatakan bahwa orang tersebut tidak memiliki diri-Nya (Roh Allah). Pada saat Roh itu membentuk? sesuai dengan keserupaan Ilahi, Dia akan dinyatakan jelas dalam setiap perkataan yang kita ucapkan dan dalam segala sesuatu yang kita kerjakan, dengan menunjukkan kepada dunia bahwa ada perbedaan yang nyata antara anak-anak terang dan anak-anak kegelapan. Tuhan menginginkan kita dengan teguh bagi iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. Kita harus menyampaikan kebenaran dalam kasih, Guru agung kita berkata, “Pikul lah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Mat 11:29,30).— Letter 84, 1899.
Pertanyaan timbul benarkah KUK yang Tuhan pasangkan kepada kita itu ENAK dan RINGAN?, melihat kepada perjalanan umat Allah di masa lalu ternyata tidaklah demikian, betapa banyaknya umat-umatNya dahulu yang harus binasa, hanya sebagian kecil yang boleh mampu berhasil selamat.
Jawaban yang kita dapatkan dari:
- Ellen G. White :
Gantinya bekerja keras mempersiapkan serangkaian hukum dan peraturan; engkau lebih baik berdoa dan menyerahkan kehendak dan jalan-jalanmu kepada Kristus. Dia tidak senang engkau menyulitkan hal-hal yang telah dibuatNya mudah. Dia berkata: “Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada Ku, karena Aku lemah dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu ringan.” Tuhan Yesus mengasihi pusakaNya; dan jika manusia berpikir bahwa bukanlah hak istimewanya untuk menetapkan peraturan bagi teman pekerjaannya tetapi akan membawa peraturan Kristus ke dalam kehidupan mereka serta meneladani pelajaran yang diberikanNya, sehingga masing-masing akan menjadi teladan, bukannya hakim. —– Nasihat Bagi Para Pendeta dan Pelayan Injil – Rekan sekerja Allah hal 185.
- Victor T. Houteff
Saya akan membaca pada buku The Mount of Blessing, halaman 187, paragraf yang kedua. Paragraf ini dilandasi dengan kata-kata firman yang berbunyi: ”Pinta, maka ia itu akan diberikan kepadamu; cari, maka engkau akan dapat; ketoklah, maka ia itu akan dibukakan kepadamu”.
Mount of Blessing, p. 187:
“Tuhan tidak menentukan secara terperinci berbagai persyaratan terkecuali supaya engkau berlapar akan kemurahan-Nya, merindukan nasehat-Nya, dan mengharapkan kasih-Nya. “Pintalah”, Meminta membuktikan, bahwa anda menyadari akan kebutuhan anda; maka jika anda memohon dalam iman, anda akan menerima …… Apabila anda memohonkan berkat-berkat yang anda perlukan, supaya anda dapat menyempurnakan suatu tabiat yang sama dengan tabiat Kristus, maka Tuhan menjaminkan kepada anda, bahwa anda sedang memohon sesuai dengan suatu janji yang akan dipertimbangkan. Bahwa anda merasa dan mengetahui anda adalah seorang berdosa, adalah merupakan landasan yang cukup untuk memohonkan kemurahan dan kasihan-Nya. Persyaratan untuk dapat anda datang kepada Allah bukanlah, bahwa anda harus menjadi suci, melainkan bahwa anda merindukan Dia untuk menyucikan anda daripada semua dosa, dan membersihkan anda daripada semua kejahatan. Argumentasi yang menyatakan agar kita dapat memohon sekarang dan selamanya adalah kebutuhan kita yang besar, keadaan kita yang sepenuhnya tak kuasa, sehingga membuat Dia dan kuasa penebusan-Nya itu sesuatu yang diperlukan.”
Penjelasan VTH:
Betapa terjaminnya janji yang tiga kali diulangi ini bagi kita orang-orang berdosa. Tuhan tidak menyajikan persyaratan-persyaratan yang sulit dan sukar untuk dipenuhi. Ia hanya mengatakan, “Pintalah”. Dengan memohonkan berkat-berkat yang kita perlukan untuk menyempurnakan tabiat-tabiat kita dalam Kristus, kita menyatakan kerinduan kita terhadap nasehat-Nya dan pertolongan-Nya, dengan begitu kita membuktikan bahwa kita betul-betul menginsyafi akan ketidak mampuan kita tanpa pertolonganNya. Apabila kita melakukan ini, maka kita tidak perlu takut bahwa Tuhan akan melalaikan kita. Sesungguh-sungguhnya tidak, karena Ia adalah orang yang teguh pada kata-kata-Nya. –——– Renungan Doa, Amaran Sekarang jilid 1, No. 29.
Catatan:
Dari jawaban Ny. Ellen G. White dan Victor T. Houteff kita dapatkan bahwa pertanyaan yang kita buat diatas pada dasarnya adalah karena kita melihatnya dari cerita pengalaman dari umat-umatNya dimasa lalu yang pada dasarnya MEMBUAT SULIT DIRINYA SENDIRI, sementara pada dasarnya Tuhan telah MEMBUAT JALAN MEREKA M U D A H.
Untuk memudahkan memahaminya kita perlu mencari tahu gambaran penjelasan EGW dan VTH tersebut dari contoh pengalaman umat-umatNya di masa lalu, antara lain :
- Bangsa Israel ketika keluar dari Mesir setelah tiba di Kadesy perbatasan dengan tanah Kanaan. Dari laporan penyelidikan akan tanah Kanaan – mayoritas orang-orang Israel lebih mempercayai dan mendengar laporan palsu yang dibuat oleh 10 orang pengintai dan mengabaikan laporan yang benar dari 2 orang pengintai yaitu Yusak dan Kaleb. Sesuai buku Sejarah Para Nabi bab 34, hal 462 s.d 469 akibatnya adalah orang-orang dewasa yang berumur diatas dua puluh tahun tidak diijinkan memasuki tanah Kanaan selain dari 2 orang pengintai yang benar tersebut dan seluruh bangsa Israel harus berjalan berputar-putar selama 40 tahun lamanya.
Disini kita lihat bagaimana diri bangsa Israel itu sendiri yang membuat perjalanannya sulit dan bahkan memakan korban jiwa yang banyak, sementara Tuhan pada dasarnya telah membuatnya sedemikian mudah.
- Pengalaman hidup Ibrahim dan Lot, bagaimana kita saksikan bagaimana pengalaman masing-masing mereka, walaupun perjalanan Ibrahim keluar dari Ur Kasdim dan akhirnya menempati tanah Kanaan kita telah baca sangat berat, namun oleh kepatuhan dan penyerahan yang sepenuhnya dapatlah kita katakan perjalanannya cukup mudah dan berakhir dengan hal yang mengenakan, sedangkan saudaranya Lot kita saksikan walaupun Tuhan telah juga memberikan perjalanan yang sama dengan Ibrahim yaitu jalan yang lebih mudah, ia memilih sendiri jalannya yang akhirnya MEMPERSULIT dirinya, yaitu meninggalkan Ibrahim dan memilih tempat yang awalnya dekat dengan kota Sodom dan Gomora, namun lama kelamaan ia memasuki, serta menjadi orang besar di dalam kota Sodom dan Gomora tersebut. Kita saksikan pada akhirnya walaupun ia mampu luput dari kebinasaan kota Sodom dan Gomora, ia harus kehilangan istri dan anak-anaknya, inilah harga yang harus ia bayar mahal, ia sendiri akhirnya dilambangkan seperti puntung yang dipungut dari dalam api.
- Contoh lain adalah kita lihat bagaimana hal-hal yang mustahil/tidak masuk akal Tuhan telah permudah bagi manusia, akan tetapi manusia itu sendiri dengan menggunakan pikiran-pikiran / pertimbangan-pertimbangan yang sangat terbatas penuh kekurangan MEMBUATNYA SULIT dan akhirnya membahayakan bahkan banyak yang harus binasa. Pengalaman Air Bah yang lalu, Tuhan telah memudahkan, manusia tidak mempercayainya dengan alasan tidak masuk di akal manusia – membangun kapal besar diatas puncak gunung, dan tidak pernah ada air turun dari langit, Tuhan telah membuat mudah mereka perjalanan keluar dari Mesir dengan adanya tiang awan dan tiang api dan terlihat jelas kepemimpinan Tuhan kepada Musa, tetapi banyak orang Israel meragukan dan mempercayai Korah, Datam dan Abiram, demikian pula hingga bangsa Yahudi, Tuhan telah memberikan tawaran kasih karunia kelepasan dari belenggu dosa dengan sedemikian mudah, hanya cukup mempercayai Yesus sebagai anak Allah, mereka membuat sulit bangsanya sendiri dengan menolak dan membunuhNya, hingga penolakan pekabaran yang sangat menentukan yang diberikan melalui Roh Kuduspun mengakhiri keterpilihannya sebagai bangsa pilihan.
Pengalaman bagaimana mudahnya jalan yang Tuhan perbuat untuk mengalahkan sesuatu bangsa yang tidak terpikirkan oleh manusia juga kita lihat dari kehancuran tembok Yerikho, beruntung Yusak sepenuhnya mempercayai perintah Tuhan, ia sama sekali tidak mencoba-coba dengan menyisipkan pikiran-pikirannya sendiri dalam usaha merobohkan tembok Yerikho tersebut, tanpa senjata, tanpa pasukan, tanpa tenaga yang melelahkan, tanpa waktu peperangan yang pajang dan tanpa korban sama sekali dari pihak bangsa Israel, namun setelah itu Yusak tanpa meminta persetujuan Tuhan mencoba menghancurkan bangsa yang kecil AI, walaupun ia telah mempergunakan pasukan dan mempersiapkan tenaga, peralatan dan kemampuan yang secara pikiran manusia haruslah menang, akan tetapi mereka harus kalah dan terdapat korban jiwa dari pasukan Israel.
Seperti demikianlah juga perjalanan kita manusia-manusia berdosa ini pada umumnya, yaitu Tuhan telah menyediakan jalan yang mudah dan ringan, oleh karena MEMENTINGKAN DIRI, KESOMBONGAN, MERASA DIRI MAMPU TIDAK MEMINTA BANTUAN…..akhirnya perjalanan yang ditempuh adalah jalan yang sulit.
Tulisan baik dari Ellen G. White dan Victor T. Houteff diatas, membangunkan kita orang-orang dipersimpangan jalan yang masih memiliki waktu sedikit untuk menyadari, dan berjuang melawan DIRI SENDIRI yang merupakan MUSUH-MUSUH semua umat Allah dari Adam dan Hawa, kita diingatkan untuk MANFAATKANLAH TAWARAN KEMUDAHAN YANG TUHAN TELAH SEDIAKAN, JANGAN LAGI MEMBIARKAN BERBAGAI ALASAN-ALASAN DAN PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN MANUSIA KITA MEMPENGARUHI KITA MEMUTUSKAN, CONTOH-CONTOH TELAH SANGAT CUKUP MEMBERIKAN PERINGATAN KEPADA KITA SEMUA.
HARGAI dan JANGAN SANGSIKAN serta DUKA CITAKAN ROH KUDUS.
KUNCI PENENTUAN
Banyak orang tertarik oleh keindahan dan kemuliaan sorga namun kadas dari keadaan yang olehnya semua ini dapat menjadi bagian yang menyulitkan mereka sendiri…..Untuk mengarahkan keinginan mereka sendiri….Untuk mengarahkan keinginan mereka sendiri maka sasaran pilihan kasih dari apa yang mereka kejar menuntut suatu pengorbanan, karena sering mereka cepat putus asa dan berpaling….. Mereka menginginkan yang baik lalu mengusahakan; tetapi mereka tidak memperolehnya karena tidak merancang maksud tersebut dengan baik untuk mengetahui berapa biayanya.
Satu-satunya pengharapan kita jika mau mengatasi rencana penyatuan keinginan kita dengan kehendak Allah agar terlaksana ialah dengan bekerja sama dengan dia jam demi jam, hari demi hari. Kita ingin masuk sorga tetapi kita tidak dapat menahan diri. Jika kita ingin beroleh kesucian, maka melalui penolakan diri, kita harus menyambut pertimbangan yang ada pada Kristus. Kesombongan, kesenangan diri harus disalibkan. Maukah kita membayar harga yang telah dituntut bagi kita? Maukah kita menyerahkan keinginan kita agar serasi dengan kehendak Allah? Sebelum kita bersedia maka kasih karunia Allah yang mengubahkan itu tidak dapat dinyatakan kepada kita.
Oleh menyatukan diri sepenuhnya, menggabungkannya dengan kasih karunia Allah dengan keputusan pasti di pihak kita, maka kita menjadi pemenang sempurna di dalam segala sesuatu, tak dapat diremehkan dalam segala sesuatu.
Pengaruh-pengaruh yang menentang harus berubah menjadi ketetapan yang kokoh untuk mengatasinya. Keinginan untuk menghancurkan pengaruh-pengaruh yang salah jauh lebih baik dan menyanggupkan bagi kita untuk bergerak maju. Berpeganglah dengan pasti dalam tujuan yang benar, maka pengaruh itu tidak akan menjadi penghalang melainkan pertolongan.
Tabiat orang Kristen yang benar ditandai oleh keputusan yang menentukan dan tidak terbagi, tidak bergantung pada pengaruh-pengaruh duniawi yang sedikitpun tidak berpegang pada standar Kitab Suci……Penyerahan diri pengikut-pengikut Kristus haruslah sempurna….Ia harus rela menanggung dengan sabar, gembira dan penuh kasih apapun yang dideritanya dalam perlindungan Allah. Pahala yang akan diterimanya kemudian ialah mewarisi kemuliaan yang tidak akan binasa bersama dengan Kristus, tahta kemuliaan yang tak akan binasa. —– Kasih Karunia Allah bagi setiap insan 5 Agustus hal 239.
————————-
SUSAH KARENA KESANGSIAN KITA
Apabila kita menyangsikan kasih Allah dan tidak mempercayai janjiNya berarti kita merendahkan Dia dan menduka citakan Roh Kudus…
Bagaimanakah Bapa kita yang di Sorga menerima kita apabila kita tidak yakin akan kasihNya yang menuntunNya untuk mengaruniakan AnakNya yang terkasih agar kita memperoleh hidup? Rasul itu menulis, “Ia yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkan Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia mengaruniakan segala sesuatu” (Rum 8:32)? Namun berapa banyak dengan tindakan atau kalau tidak dengan perkataan, berkata, “Tuhan tidak tujukan hal itu padaku. Mungkin Ia mengasihi orang lain. Ia tidak mengasihi aku.”
Iman berarti mengakui firman Allah, bukan meminta pengertian terhadap pengalaman-pengalaman menghadapi pencobaan. Tetapi banyak orang yang memiliki sedikit iman …. Dan kesukaran-kesukaran yang mereka hadapi, justru menjauhkan mereka dari Allah, memisahkan mereka dari padaNya, oleh membangkitkan keresahan dan dukacita. Dengan demikian apakah benar-benar mereka tidak percaya? Yesus adalah sahabat mereka. Seluruh Sorga menaruh perhatian atas keadaan mereka, ketakutan dan keresahan mereka mendukacitakan Roh Kudus. Bukanlah karena kita melihat atau merasa bahwa Allah mendengar kita sehingga kita harus percaya. Kita harus percaya akan janji-janjiNya …. Apabila kita hendak memohon berkatNya kita harus percaya lalu menerimanya, kemudian bersyukur kepadaNya atas apa yang kita peroleh. Lalu kita melakukan tugas-tugas kita, merasa pasti bahwa berkat akan dikirim pada saat yang sangat diperlukan.
Mendukacitakan Roh Kudus adalah suatu perkara yang serius; dan Ia disusahkan apabila agen manusia berusaha melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri, serta menolak untuk melayani Tuhan karena salib itu terlalu berat, atau karena penyangkalan diri dianggap terlalu pahit. Roh Kudus berusaha tinggal di dalam setiap jiwa. Jika kita menyambutnya sebagai seorang tamu terhormat, maka kita akan disempurnakan di dalam Kristus.
Adakah kita bergumul dengan segenap kuasa untuk memperoleh kedewasaan pria dan wanita di dalam Kristus? Adakah kita mencari kepenuhanNya, selalu mendesak maju untuk mencapai garis yang diletakkan di hadapan kita — kesempurnaan tabiatNya? Apabila umat-umat Allah mencapai garis ini, mereka akan dimeteraikan di dahinya. Dipenuhi dengan Roh Kudus, mereka sempurna di dalam Kristus, dan catatan malaikat berbunyi, “Sudahlah genap.” —–Kasih Karunia Allah bagi setiap insan 27 Juli hal 228.
ISI PENDIDIKAN 40 HARI/TAHUN :
PENGALAMAN MUSA ——- PERUBAHAN KEHIDUPAN DALAM PEKERJAAN RENDAHAN – KENYATAAN HIDUP YANG PAHIT
Dalam segala hal, Musa telah menjadi seorang pria yang hebat. Sebagai seorang penulis, sebagai pimpinan militer, dan seorang ahli filosofi, ia tidak ada bandingannya. Kesukaan kepada kebenaran dan keadilan telah menjadi dasar dari tabiatnya dan telah menghasilkan kesetiaan pada tujuan yang tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan dari mode, opini atau pencapaian kesenangan. Kesopan santunan, kerajinan, dan kepercayaan teguh pada Allah memadai kehidupannya. Ia muda dan penuh semangat, berlimpah energi dan kekuatan. Ia sangat bersimpati terhadap penderitaan saudara-saudaranya, dan jiwanya bergejolak dengan satu keinginan untuk melepaskan mereka. Tentu saja, kelihatan bagi hikmat manusia bahwa ia dalam segala hal cocok untuk tugas ini.
Tetapi Allah tidak melihat apa yang dilihat manusia; cara-caraNya bukanlah cara-cara kita. Musa belum dipersiapkan untuk menjalankan tugas besar ini, bangsa itupun belum siap untuk kelepasan. Ia telah dididik di sekolah Mesir, tetapi ia masih harus melalui sekolah disiplin yang keras sebelum ia memenuhi syarat untuk tugas suci itu. Sebelum ia sukses memerintah kumpulan besar orang Israel, ia harus belajar untuk menurut, pengendalian diri. Selama empat puluh tahun ia menjalani masa istirahat di padang belantara, agar dalam kehidupannya yang tak menonjol, dalam pekerjaan rendahan menjaga domba-domba, ia dapat memperoleh kemenangan menaklukkan hawa nafsunya sendiri. Ia harus belajar berserah sepenuhnya pada kehendak Allah sebelum ia dapat mengajarkan kehendak itu kepada bangsa yang besar.
Makhluk-makhluk fana tentunya tak tahan dengan empat puluh tahun pelatihan di tengah pengunungan Midian, karena menganggapnya sebagai kehilangan waktu sangat lama. Namun Ia yang Maha bijaksana menempatkan dia yang kelak akan menjadi pelepasan bangsanya dari perbudakan, selama periode ini agar mengembangkan kejujurannya, visinya, kesetiaan dan kepeduliannya, dan kemampuannya untuk mengidentifikasi dirinya sendiri dengan kebutuhan para dombanya yang bisu. Mereka yang diberikan tanggung jawab penting oleh Allah tidak dibesarkan dalam kemudahan dan kemewahan; para nabi agung, para pimpinan dan hakim yang ditunjukkan Allah, adalah mereka yang memiliki karakter yang dibentuk oleh kenyataan-kenyataan hidup yang pahit.
Allah tidak memiliki orang-orang yang bekerja bagiNya dari satu model dan satu watak saja, tetapi individu-individu dengan berbagai tabiat. —– Sign of the Times, 19 Feb 1880
——————
BEBERAPA PELAJARAN PERUBAHAN PAULUS :
- KEHIDUPAN
Melalui Rasul Paulus, Kristus meminta kepada kita: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih”. “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Kolose 4:6; Efesus 4:29. Dalam keterangan Kitab Suci ini kata-kata Kristus di atas bukit tampaknya adalah untuk menyalahkan percakapan senda gurau, tidak penting dan tak suci. Kitab Suci menuntut agar kata-kata kita bukan hanya harus benar, tetapi suci. — KAB 79.2
Orang-orang yang telah mengetahui kehendak Kristus “tidak mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan.” Efesus 5:11. Dalam pembicaraan, sebagaimana dalam kehidupan, mereka akan sederhana, berterus-terang, dan benar; karena mereka sedang bersiap-siap untuk persahabatan orang-orang kudus yang di dalam mulut mereka “tidak terdapat dusta.” Wahyu 14:5. —- KAB 79.3
Kita mempunyai kewajiban untuk melawan pencobaan. Mereka yang tidak akan jatuh menjadi mangsa alat-alat Setan harus menjaga baik-baik jalan-jalan jiwanya; mereka harus menghindarkan diri dari membaca, menonton/melihat atau mendengar hal-hal yang akan mendorong pemikiran-pemikiran yang tidak bersih.
Pikiran tidak boleh dibiarkan mengembara tanpa tujuan kepada hal-hal yang dianjurkan oleh musuh-musuh jiwa. “Sebab itu siapkanlah akal budimu, ” kata Rasul Petrus, “Waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu pernyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu” (1 Petrus 1:13-15).
Kata Rasul Paulus, “Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan, dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Pilipi 4:8, KJV). Untuk ini perlu berdoa dengan sungguh-sungguh dan berjaga-jaga tanpa henti-hentinya. Kita harus dibantu oleh pengaruh Roh Kudus yang diam di dalam kita, yang akan menarik pikiran menuju ke atas, dan yang akan membiasakannya tinggal pada perkara-perkara murni dan suci. Dan kita harus mempelajari Firman Allah dengan sungguh-sungguh. “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. “Firman-Mu,” kata peMazmur, “dalam hatiku aku menyimpan janjiMu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau” (Mazmur 119:9, 11, KJV) — PP460 (1890).
- DALAM MENGAJAR
Paulus adalah seorang pembicara yang fasih. Sebelum pertobatannya ia sering mencoba mengesankan para pendengarnya tentang fasihnya ia berpidato. Tetapi sekarang ia mengesampingkan segala perkara ini. Gantinya menurutkan lukisan sastra dan gambaran yang aneh, yang dapat menyenangkan perasaan dan memberi makan kepada angan-angan, tetapi tidak akan menjamah pengalaman sehari-hari, Paulus berusaha dengan menggunakan bahasa yang sederhana untuk menjelaskan kepada hati akan kebenaran-kebenaran yang sangat penting. Gambaran yang aneh akan kebenaran boleh menyebabkan kegembiraan perasaan yang luar biasa, tetapi terlalu sering kebenaran yang dipersembahkan dengan jalan ini tidak mencukupi makanan yang perlu untuk menguatkan dan meneguhkan orang-orang percaya untuk pertempuran kehidupan. Keperluan-keperluan yang segera, ujian-ujian yang sekarang, dari jiwa-jiwa yang bergumul, hal ini harus dipenuhi dengan nasihat yang sehat dan praktis di dalam prinsip-prinsip dasar Kekristenan. —– KR 212.3
—————————-
HARUS MENJALANKAN PENGALAMAN YOHANES PEMBAPTIS
Pada zaman ini, sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali dalam awan-awan surgawi, pekerjaan seperti yang dilakukan oleh Yohanes (Pembaptis) harus dilaksanakan. Allah memanggil orang-orang yang akan menyiapkan satu umat supaya tahan berdiri pada hari Tuhan yang besar itu …. Agar kita sanggup menyampaikan suatu pekabaran seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis maka kita harus mempunyai pengalaman rohani yang sama seperti yang dialaminya. Pekerjaan yang sama harus dikerjakan dalam diri kita. Kita harus memandang Allah, dan dalam memandang kepada-Nya kita kehilangan pandangan akan diri sendiri. — 8T 332, 333 (1904).
Sebelum kehormatan adalah kerendahan. Untuk mengisi suatu tempat yang tinggi di hadapan manusia, Surga memilih pekerja yang seperti halnya dengan Yohanes Pembaptis, mengambil tempat yang rendah di hadapan Allah. Murid yang paling sederhana adalah yang paling mantap dalam pekerjaan bagi Allah. Makhluk-makhluk yang cerdas di surga dapat bekerja sama dengan dia yang sedang berusaha, bukannya untuk meninggikan dirinya melainkan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang merasa sangat memerlukan bantuan Ilahi akan memohonkannya; dan Roh Kudus akan memberikan kepadanya penglihatan selayang pandang tentang Yesus yang akan menguatkan dan mengangkat jiwa. Dari hubungan dengan Kristus ia akan keluar untuk bekerja bagi mereka yang sedang binasa dalam dosa. Ia diurapi untuk tugas ini, dan Ia berhasil di tempat di mana banyak orang terpelajar dan cerdik cendekiawan gagal. —– KSZ2 47.3
———————————
PENGALAMAN BANGSA ISRAEL DARI PERGAULAN
Pada waktu mula-mula Israel tinggal di Kanaan mereka mengakui prinsip-prinsip theokrasi, dan bangsa itu makmur di bawah pemerintahan Yosua. Tetapi bertambahnya penduduk dan pergaulan mereka dengan bangsa-bangsa lain telah mengakibatkan suatu perubahan. Bangsa itu telah meniru banyak dari antara adat kebiasaan bangsa kafir tetangga mereka, dan dengan demikian sebegitu jauh mereka telah mengorbankan tabiat mereka yang suci dan berbeda itu. Lambat laun mereka kehilangan sikap hormat mereka kepada Allah, dan tidak lagi bangga sebagai bangsa yang telah dipilih Allah. Tertarik oleh pertunjukan dan kemegahan raja-raja kafir itu, mereka merasa jemu dengan kesederhanaan mereka. Kecemburuan dan iri hati timbul di antara suku-suku bangsa itu. Perpecahan di dalam telah membuat mereka lemah, mereka terus-menerus terbuka kepada penyerangan-penyerangan musuh mereka yang kafir itu, dan bangsa itu mempercayai bahwa untuk mempertahankan kedudukan mereka di antara bangsa-bangsa, suku-suku bangsa itu harus dipersatukan di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Apabila mereka berpaling dari penurutan atas hukum Allah, mereka menghendaki supaya dibebaskan dari wewenang Pemerintahan Ilahi; dan dengan demikian tuntutan untuk meminta seorang raja tersebar luas di seluruh Israel. — SRNJ2 241.3
——————————-
GAMBARAN 40 HARI SEBELUM KELEPASAN ……. SEDERHANA BAHKAN KEKURANGAN
Yesus tidak berusaha menarik orang banyak kepadaNya dengan memuaskan keinginan akan kemewahan. Kepada rombongan yang amat besar itu yang telah letih dan lapar sepanjang hari-hari yang mengesankan itu, makanan yang sederhana itu adalah suatu jaminan bukan hanya mengenai kuasaNya tetapi juga mengenai pemeliharaanNya yang penuh kasih sayang bagi mereka akan kebutuhan hidup sehari-hari. Juru selamat tidak menjanjikan kemewahan dunia kepada pengikut-pengikutNya; makanan mereka sederhana bahkan berkekurangan; nasib mereka mungkin di dalam kemiskinan tetapi firmanNya menjanjikan bahwa keperluan mereka akan dicukupkan dan ia telah menjanjikan yang jauh lebih baik daripada kekayaan duniawi, – penghibur yang kekal akan kehadiranNya sendiri —- KSZ1 398.2
Contoh 120 murid Yesus dahulu dianggap hanya sebagai nelayan yang bodoh, tanpa kehormatan dan pengakuan duniawi
…… Walaupun tanpa kekayaan, walaupun dianggap oleh dunia hanya sebagai nelayan yang bodoh, oleh Roh Kudus mereka dijadikan saksi bagi Kristus. Tanpa kehormatan dan pengakuan duniawi, mereka adalah pahlawan-pahlawan iman. Dari bibir mereka muncul kata-kata kefasihan Ilahi dan kuasa yang menggoncangkan dunia. —— Nasihat Bagi Para Pendeta dan Pelayan Injil – Amaran Setia yang sungguh-sungguh hal 61.
————————-
TINGKAT BERAT ATAU MUDAHNYA PERJUANGAN CALON 144.000 DITENTUKAN SEJAUH MASING-MASING TELAH MELATIH DIRI DISIPLIN TERHADAP TUNTUTAN DALAM PERJALANAN HIDUPNYA
Jika jiwa dimurnikan dan dimuliakan, dan dibuat sedemikian rupa sesuai dengan pengadilan surga, ada dua hal yang harus dipelajari yaitu pengorbanan diri dan pengendalian diri. Beberapa orang mempelajari pelajaran penting ini lebih mudah dari yang lain, karena mereka telah dilatih oleh disiplin sederhana yang diberikan Tuhan dalam kelembutan dan kasih. Yang lainnya membutuhkan disiplin penderitaan yang lebih lambat, sehingga api penyucian akan memurnikan hati mereka dari kesombongan dan kebergantungan pada diri sendiri, dari hasrat keduniawian dan cinta akan diri sendiri, sehingga tabiat yang benar akan muncul dan mereka akan menjadi pemenang melalui kemurahan Kristus. — IP145. 2
———————–
PENDERITAAN YESUS HARUS JUGA DIMINUM CALON 144.000
…….. Semua pengikut Kristus akan mendapat pengalaman ini. Apabila mereka menerima kasih-Nya mereka masuk ke dalam penderitaan-Nya untuk menyelamatkan orang-orang yang sesat. Mereka mengalami penderitaan-penderitaan Kristus, dan mereka juga akan memperoleh kemuliaan yang akan dinyatakan itu. Oleh menyatu dengan Dia dalam pekerjaan-Nya, minum cawan penderitaan-Nya, mereka juga akan ikut menikmati sukacita-Nya. —— KAB 22.2
———————-
“Berbahagialah manusia yang ditegur Allah: …. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. Dari enam macam kesesakan engkau diluputkan-Nya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka.” Ayub 5:17-19. Kepada setiap orang yang dihajar, Yesus datang dengan pelayanan untuk menyembuhkan. Hidup yang kehilangan sesuatu, getir dan menderita dapat diterangi oleh pernyataan-pernyataan kehadiran-Nya yang berharga. —– KAB 21.2