<< Go Back

Sabat 28 Desember 2024

RENUNGAN PENDAHULUAN

 

Ada satu pergolakan dengan segala halangan luar dan dalam.

Persekutuan dengan Kristus melalui iman yang hidup akan kekal; segala persekutuan yang lain mesti binasa. Kristus yang lebih dahulu memilih kita, membayar harga yang amat tinggi untuk menebus kita; dan orang percaya yang benar memilih Kristus sebagai yang terutama dan terakhir dan terbaik di dalam segala perkara. Tetapi persekutuan ini juga meminta perhitungan dari kita. Adalah dia satu persekutuan persandaran penuh yang mesti dimasuki oleh satu makhluk yang sombong. Semua orang yang mengadakan persekutuan ini mesti merasa perlunya darah Kristus yang memperdamaikan itu. Mereka itu mesti mempunyai hati yang sudah dibaharui. Mereka itu harus menyerahkan kemauannya sendiri kepada kehendak Allah. Akan ada satu pergolakan dengan segala halangan luar dan dalam. Mesti ada satu pekerjaan perceraian yang pedih, serta satu pekerjaan menghubungkan. Kesombongan, kekikiran, kesia-siaan, keduniawian—dosa dalam segala coraknya—mesti dikalahkan, jikalau kita mau bersekutu dengan Kristus. Sebabnya kenapa banyak orang merasa kehidupan Kristus itu amat susah, kenapa mereka itu ada demikian berubah-ubah, begitu lincah, adalah sebab mereka itu mencoba menghubungkan diri dengan Kristus sebelum memutuskan perhubungannya lebih dahulu daripada berhala-berhala yang dicintainya.

 

Setelah persekutuan dengan Kristus itu diadakan, maka persekutuan itu hanya bisa dipeliharakan oleh doa yang tekun dan usaha yang tiada kenal penat. Kita mesti melawan, kita mesti menyangkal, kita mesti mengalahkan diri sendiri. Oleh rahmat Kristus, dengan keberanian, dengan iman, dengan berjaga-jaga, kita boleh mendapat kemenangan.— Testimonies for the Church, Jilid 5, hal. 231.

 

Periksalah hatimu dengan teliti

Periksalah hatimu dengan teliti, dan juga keadaan cita-cita hatimu terhadap Tuhan Allah. Tanyalah, apakah saya sudah gunakan segala waktu yang indah pada hari ini untuk menyenangkan diriku sendiri, mencahari kegemaran diriku sendiri? Atau sudahkah saya membikin orang lain bersuka-suka? Sudahkah saya menolong semua orang yang bergaul dengan saya menuju penyerahan diri yang lebih tekun kepada Allah dan menghargakan perkara-perkara yang kekal? Sudahkah saya membawa agama saya ke dalam rumah tangga sendiri, dan di sana menyatakan karunia Kristus dalam perkataan dan dalam kelakuanku? Dengan penurutanku dengan hormat, sudahkah saya menghormati orang tuaku, dan dengan demikian memeliharakan hukum yang kelima? Sudahkah saya dengan gembira melakukan pekerjaanku yang sedikit setiap hari, serta melakukan dia dengan ketulusan, dan melakukan segala apa yang saya boleh perbuat untuk meringankan beban-beban orang lain? Sudahkah saya menjaga bibirku daripada yang jahat, dan lidahku daripada berkata tipu daya? Sudahkah saya menghormati Kristus, Juruselamatku yang sudah memberikan darahNya yang indah itu supaya hidup yang kekal boleh tercapai olehku? ——AML 112.1

 

Kristus tidak memberikan ketentuan kepada kita bahwa pekerjaan menyempurnakan tabiat adalah satu perkara yang gampang. Satu tabiat yang mulia dan yang dalam segala perkara baik adanya, tidak terdapat sebagai warisan. Kita tidak mendapatnya dengan tiba-tiba. Satu tabiat yang mulia diperoleh atas usaha diri sendiri dengan pertolongan jasa dan karunia Kristus. Tuhan Allah memberi talenta, yaitu kuasa pikiran; dan kita mengaturkan tabiat kita. Hal ini bisa dijadikan oleh peperangan berat dan sengit terhadap diri sendiri. Pergumulan ganti pergumulan mesti diperjuangkan melawan kelemahan-kelemahan warisan. Kita terpaksa mesti memeriksa diri sendiri dengan teliti, dan jangan biarkan meski satu tabiat yang jelek tidak dibetulkan. —–AML 91.1

 

Janganlah seorang berkata: Saya tidak bisa perbaiki tabiat-tabiatku yang jelek. Jikalau engkau sudah ambil keputusan ini, maka tentu engkau nanti tidak bisa mendapat hidup yang kekal. Bahwa perkara ini mustahil adanya terserah kepada kemauanmu sendiri. Jikalau engkau tidak mau, engkau tentu tidak bisa menang. Sebenarnya kesusahan-kesusahan terjadi oleh kecemaran hati yang tidak disucikan, dan oleh karena tidak mau takluk di bawah perintah Allah.—–AML 91.2

PELAJARAN “SADAR” SEBAGAI BUAH DARI KERENDAHAN HATI SEORANG RAJA DAUD

 

 

Roh percaya kepada diri sendiri dan meninggikan diri itulah yang telah menyediakan jalan bagi kejatuhan Daud. Puji-pujian dan bujukan yang licik daripada kekuasaan dan kemewahan bukannya tanpa akibat terhadap dirinya. Pergaulan dengan bangsa-bangsa sekeliling juga mendatangkan satu pengaruh yang tidak baik. Sesuai dengan adat kebiasaan yang ada di antara raja-raja Timur, kejahatan-kejahatan yang tidak boleh ditolerir jikalau dilakukan oleh rakyat jelata tidak akan dihukum jikalau itu dilakukan oleh raja-raja, maka raja tidak perlu mengadakan pengendalian diri yang sama seperti yang dilakukan oleh rakyat. Semuanya ini cenderung untuk mengurangi kepekaan Daud terhadap kejinya dosa. Dan gantinya dengan rendah hati bergantung atas kuasa Tuhan, ia mulai berharap kepada kebijaksanaan dan kekuatannya sendiri. Segera setelah setan berhasil memisahkan jiwa dari Allah, satu-satunya Sumber kekuatan itu, ia akan berusaha untuk membangkitkan keinginan-keinginan yang keji daripada sifat alamiah manusia yang jahat itu. Pekerjaan musuh itu bukanlah secara mendadak; pada permulaannya, itu tidak mengejutkan; itu merupakan suatu usaha yang diam-diam untuk menghancurkan benteng-benteng prinsip. Itu dimulai dengan perkara-perkara yang kelihatannya kecil—kelalaian untuk setia kepada Allah dan untuk bergantung dengan sepenuhnya kepadaNya, kecenderungan untuk mengikuti kebiasaan dan praktek-praktek duniawi. ———PB2 328.2

 

——————-

Contoh dari Raja Daud …… bilamana di dalam kesenangan dan merasa diri aman ia melepaskan pegangannya kepada Allah

 

Sebelum berakhirnya peperangan dengan bangsa Ammon, Daud, dengan menyerahkan kepemimpinan atas bala tentara itu kepada Yoab, telah kembali ke Yerusalem. Bangsa Syam sudah menyerah kepada Israel, dan kehancuran total bangsa Ammon kelihatannya sudah dapat dipastikan. Daud dikelilingi oleh hasil-hasil kemenangan dan kemuliaan pemerintahannya yang bijaksana dan mantap itu. Sekaranglah, pada saat ia sedang berada dalam keadaan senang dan lengah, dimana sipenggoda itu telah menggunakan kesempatan untuk menguasai pikirannya. Kenyataan bahwa Allah telah membawa Daud ke dalam hubungan yang sangat erat dengan Dirinya Sendiri dan telah menyatakan kebajikannya yang amat besar itu, seharusnya menjadi satu pendorong baginya untuk menjaga tabiatnya agar tidak bercacat. Tetapi bilamana di dalam kesenangan dan merasa diri aman ia melepaskan pegangannya kepada Allah, Daud telah menyerah kepada setan dan mendatangkan ke atas jiwanya noda dosa. Ia, pemimpin bangsa yang telah diangkat oleh Sorga, yang telah dipilih Allah untuk menegakkan hukumNya, telah melanggar peraturan-peraturannya. Ia yang seharusnya menjadi suatu kegentaran kepada orang-orang yang berbuat jahat, oleh tindakannya sendiri telah menguatkan tangan mereka. ——PB2 329.1

 

Sejarah Daud memberikan salah satu kesaksian yang paling mengesankan yang pernah diberikan sehubungan dengan bahaya yang mengancam jiwa yang datang dari kekuasaan dan kekayaan dan kehormatan duniawi—perkara perkara yang sangat diinginkan oleh manusia. Hanya sedikit orang yang pernah melalui satu pengalaman dengan cara yang lebih baik, untuk menyediakan mereka agar dapat bertahan terhadap ujian yang seperti itu. Kehidupan Daud yang mula-mula sebagai seorang gembala, dengan pelajaran-pelajarannya yang penuh dengan kerendahan hati, ketabahan, dan kelemahlembutannya terhadap ternaknya, hubungannya dengan alam di bukit-bukit yang sunyi, yang mengembangkan keahliannya dalam musik dan sajak, dan mengarahkan pikirannya kepada Khaliknya, disiplin yang lama dalam kehidupannya di padang belantara, yang telah menghasilkan keberanian, keteguhan, kesabaran dan iman akan Allah, telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai satu persediaan untuk menaiki tahta kerajaan Israel. Daud telah menikmati pengalaman-pengalaman yang berharga sehubungan dengan kasih Allah dan dengan berkelimpahan telah dikaruniai dengan RohNya, di dalam sejarah kehidupan Saul ia telah melihat betapa sia-sianya hikmat manusia itu. Namun demikian, sukses dan kehormatan duniawi telah begitu melemahkan tabiat Daud sehingga berulang-ulang ia telah dikalahkan oleh sipenggoda itu. ——-PB2 360.2

 

——————–

 

Pelajaran PERTOBATAN yang sungguh-sungguh dari RAJA DAUD

 

Nabi Natan telah diperintahkan untuk menyampaikan satu teguran kepada Daud. Teguran itu merupakan satu kabar yang sifatnya keras. Teguran seperti itu hanya dapat diberikan kepada sedikit saja dari antara raja-raja tetapi itupun dengan upah kematian kepada orang yang mengadakan teguran itu. Natan menyampaikan hukuman ilahi dengan beraninya, tetapi dengan disertai hikmat yang berasal dari sorga sehingga bisa memperoleh simpati dari raja, untuk membangkitkan hati nuraninya, dan untuk mengeluarkan dari dalam bibirnya sendiri hukuman mati terhadap dirinya. Sambil menyatakan bahwa Daud adalah seorang pembela hak-hak rakyatnya yang sudah diangkat oleh ilahi, nabi itu telah menuturkan satu cerita tentang tindakan yang salah dan menekan yang perlu untuk diperbaiki. ——PB2 332.2

 

Teguran nabi itu menjamah hati Daud, hati nuraninya dibangkitkan; kesalahannya nampak dalam segala kekejiannya. Jiwanya tertunduk dalam pertobatan kepada Allah. Dengan bibir yang gemetar ia berkata, “Bahwa aku sudah berdosa kepada Tuhan.” Segala kesalahan yang diperbuat kepada orang lain telah terpantul kembali dari yang disakiti kepada Allah. Daud telah melakukan dosa yang keji, baik terhadap Uria dan juga Batsyeba, dan ia benar-benar merasakannya. Tetapi jauh lebih besar daripada itu adalah dosanya terhadap Allah.—— PB2 333.3

 

Sekalipun tidak akan didapati seorang di dalam Israel untuk melaksanakan hukuman mati kepada orang yang sudah dilantik bagi Tuhan, Daud gemetar, karena jangan-jangan, dalam keadaan yang bersalah dan tidak diampuni, ia akan dibunuh oleh hukuman Allah yang segera. Tetapi satu kabar telah dikirimkan kepadanya oleh nabi, “Bahwa Tuhan juga sudah mengangkat dosa itu daripada tuanku, supaya jangan tuanku mati dibunuh.” Namun demikian keadilan harus dipertahankan. Hukuman mati itu dipindahkan dari diri Daud kepada anak yang telah diperolehnya dalam dosa. Dengan demikian raja diberi kesempatan untuk bertobat; sementara kepadanya penderitaan dan kematian anak itu, sebagai sebahagian daripada hukumannya itu, adalah lebih getir daripada kematiannya sendiri. Nabi itu berkata, “Sebab tuanku sudah menyebabkan segala seteru tuanku itu menghujat sangat, tak dapat tiada putera tuanku yang baharu jadi bagi tuanku, itu akan mati kelak.” ——PB2 334.1

 

Pada waktu anak ini sakit payah, Daud, dengan berpuasa dan dengan merendahkan diri, memohon agar anak itu hidup. Ia menanggalkan jubah rajanya, ia menanggalkan mahkotanya, dan dari malam ke malam ia berbaring di atas tanah, dengan hati yang hancur memohon bagi seorang yang menderita karena kesalahannya. “Maka segala tua-tua dalam istana bagindapun berbangkitlah, lalu mendapatkan baginda hendak membangkitkan baginda dari tanah itu, tetapi tiada baginda mau.” Sering bilamana hukuman sudah dinyatakan kepada manusia ataupun negeri, sikap merendahkan hati dan pertobatan telah menegahkan hukuman itu, dan Yang Senantiasa menunjukkan rahmat itu, yang cepat mengampuni, telah mengirimkan utusan-utusan perdamaian. Didorong oleh pendapat ini, Daud terus bertahan dalam permohonannya selama anak itu masih hidup. Setelah mengetahui bahwa anak itu sudah mati, dengan diam-diam ia telah menyerah kepada pernyataan Allah. Pukulan yang pertama daripada pembalasan itu telah dinyatakannya sendiri sebagai sesuatu yang adil telah dijatuhkan; tetapi Daud, sambil berharap kepada rahmat Allah, bukannya tanpa penghiburan. —–PB2 334.2

 

Dan mazmur lima puluh satu adalah satu ungkapan daripada pertobatan Daud, pada waktu teguran itu datang kepadanya dari Allah: ————PB2 337.1

 

“Kasihankanlah kiranya, ya Allah, sekedar kemurahanmu, dan hapuskan apalah segala durhakaku sekedar kebesaran segala rahmatmu! Basuhkan kiranya aku baik-baik daripada salahku dan sucikanlah aku daripada dosaku. Karena telah diketahui akan salahku dan dosaku akan ada senantiasa di hadapanku. Sucikanlah kiranya aku daripada dosa dengan zuf, maka akupun akan suci kelak; basuhkanlah aku, maka aku akan putih daripada salju. Berilah aku mendengar pula kesukaan dan kegemaran, biarlah segar pula segala tulang, yang telah kau hancurkan. Palingkanlah wajahmu daripada dosaku, dan hapuskan apalah segala kesalahanku. Jadikanlah dalam aku suatu hati yang suci, ya Allah! Dan baharuilah dalam aku suatu peri yang teguh. Jangan apalah Engkau membuangkan daku dari hadapan hadiratmu, dan jangan Engkau mengambil Roh Sucimu daripadaku. Kembalikanlah kiranya kesukaan selamat yang daripadamu, dan sokonglah akan daku dengan Rohmu yang bebas. Maka aku akan mengajarkan jalanmu kepada orang yang bersalah, dan orang yang berdosapun akan bertobat kepadamu. Lepaskanlah aku daripada hutang darah, ya Allah! ya Allah, pohon selamatku,Maka lidahku akan memuji segala kebenaranmu. Mazmur 51:3-16. ———PB2 337.2

 

Dengan demikian di dalam satu nyanyian yang suci yang harus dinyanyikan di dalam perkumpulan umum bangsanya itu, di hadapan orangorang istana—para imam dan hakim, penghulu dan tentara—dan yang akan memelihara pengetahuan tentang kejatuhannya sampai kepada generasi yang paling akhir, raja Israel ini telah menceritakan dosanya, pertobatannya, dan pengharapannya akan keampunan melalui rahmat Allah. Gantinya berusaha untuk menyembunyikan kesalahannya ia menghendaki agar orang lain dapat diajar melalui sejarah yang menyedihkan dari kejatuhannya itu.——– PB2 337.3

 

Pertobatan Daud sangat dalam dan sungguh-sungguh. Tidak ada usaha untuk mencari dalih atas kejahatannya. Tidak ada keinginan untuk melepaskan diri dari hukuman yang telah dinyatakan kepadanya, yang mendorong doanya itu. Tetapi ia melihat kejinya pelanggaran terhadap Allah; ia melihat noda pada jiwanya; ia merasa muak atas dosanya itu. Bukan hanya untuk keampunan saja ia berdoa, tetapi juga untuk kesucian hati. Daud tidak menghentikan pergumulannya itu dalam kekecewaan. Di dalam janjijanji Allah kepada orang berdosa yang bertobat ia melihat bukti daripada keampunan dan penerimaannya. —–PB2 337.4

 

Sekalipun Daud telah jatuh, Tuhan mengangkat dia. Sekarang ia lebih serasi dengan Allah dan lebih bersimpati dengan sesamanya daripada sebelum ia jatuh. Di dalam kesukaan daripada kelepasan itu ia menyanyi: ——-PB2 338.2

 

Banyak orang telah bersungut terhadap apa yang mereka sebut sebagai ketidak-adilan Allah di dalam membiarkan Daud hidup, yang kesalahannya itu begitu besar, setelah menolak Saul untuk sesuatu yang kelihatannya merupakan dosa yang lebih kecil bahayanya. Tetapi Daud, telah merendahkan dirinya dan mengakui dosa-dosanya, sementara Saul meremehkan teguran dan mengeraskan hatinya dalam sikap yang tidak bertobat. —-PB2 338.4

 

Bahagian sejarah Daud ini mengandung makna kepada orang berdosa yang bertobat. Itu merupakan salah satu gambaran yang paling nyata yang diberikan kepada kita sehubungan dengan pergumulan dan pencobaan manusia, dan tentang pertobatan yang sejati terhadap Allah dan iman di dalam Yesus Kristus Tuhan kita. Sepanjang zaman itu telah terbukti sebagai satu sumber kekuatan kepada jiwa-jiwa, yang setelah jatuh ke dalam dosa, sedang bergumul di bawah beban kesalahannya. Ribuan anak-anak Allah, yang telah tertipu ke dalam dosa, pada waktu hampir menjadi kecewa telah mengingat bagaimana pengakuan dan pertobatan Daud yang sungguh-sungguh itu telah diterima oleh Allah, sekalipun ia harus menderita karena pelanggarannya itu; dan mereka juga telah menjadi berani untuk bertobat dan berusaha kembali untuk berjalan pada jalan hukum Allah. —–PB2 338.5

 

Nasihat Ellen G. White terkait pengalaman raja Daud:

…….Apabila manusia memilih mengikuti jalannya sendiri, tanpa mencari nasihat dari Allah, atau yang bertentangan dengan kehendakNya yang telah dinyatakan, sering Ia mengabulkan permohonan mereka, agar supaya—melalui pengalaman pahit yang mengikutinya—mereka dapat dituntun untuk menyadari kebodohan mereka dan bertobat dari dosa mereka. Kesombongan dan hikmat manusia akan terbukti sebagai penuntun yang berbahaya. Perkara yang dikehendaki oleh hati manusia yang bertentangan dengan kehendak Allah pada akhirnya akan didapati sebagai suatu kutuk gantinya suatu berkat. —-PB2 211.1

Symbolic Code Vol. 11 No. 2 (Symbolic Code buku 1)

 

RENUNGAN DOA:

 

“Waktu telah tiba bagi murid-murid yang telah bersekutu erat dengan Kristus untuk bergabung lebih langsung dalam pekerjaan-Nya, agar jumlah besar orang-orang yang banyak ini tidak akan dibiarkan begitu saja bagaikan domba tanpa gembala. Sebagian dari murid-murid ini telah menggabungkan diri kepadaNya pada permulaan pelayanan-Nya, dan hampir semua kedua belas murid itu sudah bersekutu bersama-sama sebagai anggota-anggota dari keluarga Yesus. Namun mereka juga, karena tersesat oleh ajaran dari para pendeta Yahudi, ikut secara umum mengharapkan berdirinya sebuah kerajaan bumi. Mereka tidak memahami gerakan-gerakan Yesus. Mereka sudah bingung dan kacau karena Ia sama sekali tidak berusaha apa-apa untuk mengukuhkan alasan-Nya dengan mencari dukungan para imam dan pendeta-pendeta Yahudi, sehingga Ia tidak berbuat apa-apa untuk mengukuhkan kuasa-Nya sebagai seorang raja bumi ini. Suatu pekerjaan besar masih harus diselesaikan bagi murid-murid ini sebelum mereka siap bagi kepercayaan suci yang akan diberikan kepada mereka apabila Yesus naik ke sorga. Namun mereka telah menyambut kasih Kristus, dan sungguh pun mereka agak lamban percaya, Yesus melihat di dalam mereka orang-orang yang dapat dilatih dan didisiplinkan-Nya bagi pekerjaan-Nya yang besar. Maka kini karena mereka sudah cukup lama bersama-Nya mengukuhkan iman mereka dalam ukuran tabiat ilahi mengenai missi-Nya, dan orang banyak itu pun telah memperoleh bukti tentang kuasa-Nya yang tidak dapat dipermasalahkan, maka jalan telah tersedia bagi murid-murid itu untuk mengakui prinsip-prinsip kerajaan-Nya yang akan membantu mereka memahami keadaannya yang sesungguhnya.” — Mount of Blessing, pp. 11, 12.

Dari bacaan ini dapat kita lihat apa yang diperbuat oleh Kristen sebelum pertobatannya, maka sore ini pun kita akan mempelajari selanjutnya apa yang akan diperbuat orang Kristen sesudah pertobatannya.

 

 

Tiga Persyaratan Untuk Mencapai Kemenangan

 

 

Iberani 11 : 1, 4, 5, 7, 8, 20 – 23, 31:

”Kini iman merupakan dasar dari segala perkara yang diharapkan, yaitu bukti dari perkara-perkara yang tidak tampak. Oleh iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah suatu kurban yang lebih baik daripada kurban Kain, olehnya itu ia memperoleh kesaksian, bahwa ia adalah benar, karena Allah menyaksikan semua pemberiannya; dan karena itulah ia masih berbicara sekalipun sudah mati. Oleh iman Enoch telah diubahkan sehingga ia tidak menyaksikan maut; dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengubahkan dia: karena sebelum pengubahannya ia telah memberikan kesaksian ini, sehingga ia berkenan kepada Allah. Oleh iman, maka Nuh, yang diperingatkan Allah akan perkara-perkara yang masih belum tampak, telah bergerak dengan ketakutan, lalu mempersiapkan sebuah bahtera bagi penyelamatan rumah tangganya; dengan mana ia lalu mempersalahkan dunia, dan menjadi ahli waris pembenaran yang diperoleh karena iman. Oleh iman, maka Ibrahim, sewaktu ia dipanggil keluar untuk pergi ke suatu tempat yang kemudian diperolehnya sebagai warisan, telah mematuhi, lalu pergi tanpa diketahuinya kemana ia harus pergi. Oleh iman Ishak telah memberkati Yakub dan Esau mengenai perkara-perkara yang akan datang. Oleh iman, maka sewaktu sedang akan meninggal, Yakub telah memberkati kedua putera Yusup; Ialu menyembah sujud, dengan bersandar pada kepala tongkatnya. Oleh iman, maka sewaktu akan meninggal Yusup telah memberitahukan tentang keberangkatan bani Israel, laIu memberi perintah mengenai tulang-tulangnya. Oleh iman, maka sewaktu lahir Musa telah disembunyikan oieh orangtuanya selama tiga bulan, karena mereka menyaksikan dia seorang anak yang baik; sehingga mereka tidak takut akan perintah raja. Oleh iman, maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang yang tidak percaya, setelah ia menerima pengintai-pengintai itu dengan baik.”

Inilah hasil pekerjaan dari iman dalam contoh-contoh yang baru kita baca di atas, tetapi sesuatu yang lain harus juga diperlukan di samping iman.

Bilangan 13 : 20:

” . . . . . . . . . Tabahkanlah hatimu, dan bawalah sedikit hasil tanah itu. Sekarang musimnya adalah musim hulu hasil anggur”.

Dua belas orang pengintai itu yang diutus Musa untuk menyelidiki Kanaan telah diperintahkan supaya tabah. Kalau saja semua pengintai itu memiliki ketabahan hati seperti Musa mereka tidak akan tergoda oleh ketidak percayaan pada waktu itu. Maka bukan saja sepuluh orang pengintai yang penakut itu, melainkan juga seluruh orang banyak Israel itu terkecuali dua orang yang berusia di atas dua puluh tahun sewaktu mereka keluar dari Mesir, telah mati di luar tanah perjanjian karena mereka tidak memiliki keberanian. Alangkah mahalnya kekalahan itu! Di sini kita juga dapat saksikan, bahwa adalah sama bahayanya mempercayai suatu laporan yang mengecilkan hati yang dibawa oleh orang lain, dengan membuat laporan itu sendiri. Empat puluh tahun kemudian Yuzak telah mengutus kembali dua orang untuk secara diam-diam “meninjau” Kanaan, dan inilah laporan mereka:

Yuzak 2 : 23, 24:

”Maka pulanglah kedua orang itu, maka turun dari gunung, lalu menyeberang, dan sampailah mereka kepada Yuzak bin Nun, lalu diceritakan kepadanya segala perkara yang telah dialami mereka; maka kata mereka kepada Yuzak: Sesungguhnya Tuhan telah menyerahkan seluruh tanah itu ke dalam tangan kita, karena bahkan seluruh penduduk negeri itu gemetar menghadapi kita”.

Inilah laporan dari dua orang pengintai itu. Suatu laporan yang membesarkan hati. Umat Allah tahu, bahwa Allah telah menyerahkan tanah itu kepada mereka setelah mereka melihat hati orang-orang itu takut menghadapi mereka sesuai yang tercatat dalam kesaksian Rahab berikut ini:

Yuzak 2 : 8 – 11:

”Maka sebelum kedua orang itu tidur, naiklah perempuan itu mendapatkan mereka di loteng; lalu katanya kepada keduanya: Aku tahu bahwa Tuhan telah memberikan negeri ini kepadamu, dan bahwa kengerian terhadap kamu sedang menimpa kami, dan semua penduduk negeri ketakutan karena kamu. Karena kami telah mendengar bagaimana Tuhan mengeringkan air Laut Merah itu bagimu, sewaktu kamu keluar dari Mesir; dan apa yang telah kamu lakukan terhadap kedua raja orang Amori itu, yang tinggal di seberang sana Yarden, yaitu Sihon dan Og, yang teIah kamu tumpas sama sekali. Maka segera setelah kami mendengar segala perkara ini, tawarlah hati kami, dan jatuhlah semangat setiap orang, karena sebab kamu; karena Tuhan Allahmu, Ialah Allah di dalam langit di atas, dan di bumi di bawah”.

Memang, semua penduduk Yericho ketakutan — dan itulah permulaan dari kekalahan mereka.

Supaya orang-orang Kristen dapat menang mereka harus memiliki (1) iman — lberani 11 ; (2) keberanian — Yuzak 2; (3) tindakan — Keluaran 14.

Keluaran 14 : 11 – 16:

”Maka kata mereka kepada Musa: Karena tidak ada kubur-kubur di Mesir, maka telah kamu menghantarkan kami keluar untuk mati di padang belantarakah? Mengapakah kamu mengurusi kami sedemikian ini, membawa kami keluar dari Mesir? Bukanlah perkataan ini juga yang teIah kami ucapkan kepadamu di Mesir, dengan mengatakan: BiarkanIah kami sendiri supaya dapat kami berbakti kepada orang-orang Mesir itu? Karena adalah lebih baik bagi kami berbakti kepada orang-orang Mesir itu daripada kami mati di padang belantara.

”Lalu kata Musa kepada orang-orang itu: Jangan takut, berdiriIah tenang, dan pandanglah penyelamatan dari Tuhan yang akan diperlihatkan-Nya bagimu pada hari ini; karena orang-orang Mesir itu yang kamu Iihat hari ini, kamu akan tidak lagi melihat mereka untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang bagimu, dan kamu akan tetap tenang.

”Maka firman Tuhan kepada Musa: Mengapa engkau berseru kepada-Ku? Berbicaralah kepada bani Israel, agar mereka maju terus; Tetapi angkatlah tongkatmu itu, dan rentangkanIah tanganmu atas laut itu, lalu membelahnya; maka bani Israel akan berjalan pada tanah yang kering melewati tengah-tengah laut itu”.

Di sini kita melihat sebuah gambaran mengenai semua Israel tanpa keberanian sama sekali justru pada saat-saat dimana mereka benar-benar membutuhkannya. Untuk memecahkan persoalan mereka adakah Allah memerintahkan mereka supaya duduk saja dan berdoa? — Tidak, perintahnya adalah agar mereka maju terus, agar supaya Musa pertama sekali mengangkatkan tongkatnya dan merentangkan tangannya untuk membelah lautan itu, dan supaya rombongan orang banyak itu maju terus melewatinya. Bagi semua akal sehat perintah ini tampak benar-benar bodoh dalam menghadapi bahaya mereka, namun Allah mengetahui semuanya itu. Ia juga tahu apa yang sedang dibuat-Nya apabila Ia membawa mereka ke sana. Ia sedang akan menyelenggarakan suatu peristiwa yang begitu besar agar ia itu kelak mendatangkan takut atas orang-orang kapir, laIu dengan demikian membantu memungkinkan umat Allah merebut tanah perjanjian mereka, dan juga menenangkan mereka dari kejaran orang-orang Mesir.

Pelajaran ini menunjukkan, bahwa iman yang setia, keberanian, dan tindakan ialah kerjasama yang dituntut dari Kristen yang bertobat setiap langkah perjalanan yang maju dalam bimbingan Allah, maka ia itu selalu mendatangkan sukses.

Orang-orang Midian juga kehilangan keberaniannya lalu mereka dikalahkan. Memang, tawar hati mendatangkan kekalahan. Tawar hati adalah salah satu dari jerat-jerat Iblis yang mendatangkan kejatuhan bagi umat Allah jika mereka membiarkannya.

Pada zaman raja Belshazzar terjadi suatu peperangan dimana orang-orang Mede dan Persia ingin menggempur melewati tembok-tembok Babil lalu menundukkannya ke bawah pemerintahan mereka. Saudara ingat, bahwa orang-orang Babil itu secara tiba-tiba mengalah karena mereka memiliki keyakinan yang berlebihan. Memang, mereka telah menaruh semua keyakinannya pada tembok-tembok mereka yang kokoh.

Dengan menghantarkan pelajaran ini ke zaman kita, kita temukan dari Alkitab, bahwa alasan kejatuhan orang-orang Laodikea ialah karena mereka mempraktikkan prinsip yang sama itu juga yang telah menghantarkan Babil kepada kejatuhannya — keyakinan yang berlebihan. Memang, mereka mengatakan mereka kaya dalam Kebenaran dan tidak memerlukan apa-apa lagi, sekalipun Allah mengatakan bahwa mereka adalah “tidak terkasihan, dan sengsara, dan miskin, dan buta, dan telanjang”. Dengan demikian mereka telah jatuh ke dalam jerat Iblis.

Dalam peperangan, anda tahu, bahwa masing-masing pihak berusaha mengacaukan musuhnya dan mematahkan semangat mereka dengan tujuan melemahkan musuh lalu dengan demikian mencapai kemenangannya dengan lebih mudah. Maka apabila mereka merencanakan serangan-serangan dan serbuannya mereka berusaha melakukan di tempat-tempat yang disangkanya musuh tidak akan banyak mencurigai mereka.

Dalam peperangan rohani Musuh orang-orang Kristen itu tidak tidur. Ia juga berusaha mendapatkan kesempatan untuk mematahkan keberanian dan moril mereka lalu dengan demikian memastikan penyelesaian kekalahan mereka sebagaimana telah kita lihat didemonstrasikan dalam contoh-contoh yang sudah kami kemukakan hari ini. Dan janganlah sejenak pun mengira, bahwa ia juga tidak mencari titik kelemahan kita, sehingga dapat ia menghantam dan membuat kita jatuh. Kita dapat menunggu serangannya terhadap kita datang dari tempat yang hampir-hampir tidak kita duga. Oleh sebab itu, jika kita tidak tahu mana titik kelemahan kita, maka bagaimanakah dapat kita tahu dimana Iblis akan menyerang kita?

Musuh telah membuat orang-orang Laodikea percaya, bahwa mereka tidak memerlukan lagi Kebenaran, bahwa mereka telah memiliki semua Kebenaran yang perlu untuk membawa mereka melewati pintu-pintu gerbang Sorga, sekalipun Allah telah menyatakan, bahwa mereka sedang kekurangan segala perkara, dan sedang akan “diludahkan keluar” (Wahyu 3 : 16).

Sekarang kita benar-benar adalah kaya dengan Kebenaran kalau saja kita sudah mempelajari dan menghayati semua yang telah diberikan kepada kita, karena kita telah memanfaatkan “emas yang sudah teruji dalam api” supaya kita menjadi kaya, “salp mata” itu sehingga kita “dapat melihat,” dan “pakaian” dengan mana kita berpakaian (Wahyu 3), dan “minyak tambahan” itu supaya perjalanan kita dapat diterangi (Matius 25). Oleh sebab itu Iblis tidak akan pergi menyerang kita dimana ia menyerang orang-orang Laodikea, melainkan ia akan mengatakan kepada kita, bahwa kita adalah miskin dalam Kebenaran. Ia akan melakukan ini dalam cara apa saja. Beberapa kesaksian yang saya dengar yang diberikan di sini oleh beberapa orang tadi malam justru memperlihatkan hal itu. Kesaksian-kesaksian sedemikian ini tidak akan menciptakan keberanian dalam diri setiap orang, melainkan sebaliknya akan mengecilkan hati. Bagi seseorang yang datang ke sesuatu pertemuan lalu memanifestasikan perasaan tawar hatinya, ia itu merupakan suatu pertanda yang pasti tentang kehancuran kerohanian pribadinya sendiri, yaitu kekelahan  pribadinya.

Maka jenis kesaksian sehari-hari yang bagaimanakah kamu berikan dalam pergaulan mu dengan orang-orang lain melalui perkataan atau pun tulisan?

Hanya ada satu jalan, tetapi ia itu mempunyai dua sisi. Pada sisi yang satu terdapat orang-orang Laodikea yang mengatakan: Jangan takut, semuanya beres. Aku melihat beberapa orang Davidian tadi malam pada sisi yang lain jalan itu tawar hati dalam segala perkara. Tidak satu pun yang benar. Juga tidak menaruh harap pada Allah.

1 Timotius 3 :7, 8:

”Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat; supaya jangan ia jatuh ke dalam celaan orang dan jerat Iblis. Demikian juga para diakon haruslah orang-orang terhormat, bukan yang bercabang lidah …..”

Memang, orang-orang dalam tugas pelayanan Allah harus mampu memiliki nama baik mengenai dirinya dan tidak boleh memiliki lidah yang bercabang — ia tidak boleh mendatangkan berita-berita campuran baik dan jelek yang hampir dalam setiap hal diperhitungan untuk melayani kepentingan sifat pribadinya sendiri, atau ia itu memantulkan kondisi kerohaniannya yang rendah. Apabila seseorang mulai memberikan laporan-laporan jelek, maka ia mungkin secara pasti sedang jatuh ke dalam sesuatu jerat Iblis, atau ia itu merupakan kesimpulan bahwa ia memang jatuh dalam jerat itu.

Yakub 2 : 17 – 20:

”Demikian pula halnya dengan iman, jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka ia itu adalah mati. Memang, seseorang mungkin mengatakan: Engkau memiliki iman, dan aku memiliki perbuatan; tunjukkanlah imanmu itu tanpa perbuatan-perbuatanmu, maka aku akan menunjukkan kepadamu imanku oleh perbuatan-perbuatanku. Engkau percaya bahwa ada satu Allah; itu benar; semua iblis pun percaya, dan gementar. Tetapi maukah engkau tahu, hai manusia yang sia-sia, bahwa iman tanpa perbuatan itu adalah mati?”

Satu-satunya jalan kita dapat memperlihatkan iman kita kepada orang lain ialah melalui perbuatan-perbuatan kita, pekerjaan kita.

Apa artinya mengakui kesalahan-kesalahan kita satu kepada lainnya? — Kita melakukan hal itu apabila kita meluruskan semua kesalahan kita dengan orang-orang yang telah kita pengaruhi secara salah. Tetapi tadi malam bukan ini yang kita dengar pada kesaksian-kesaksian yang diucapkan itu. Orang Kristen yang bertobat selalu memiliki nama baik; ialah orang yang beriman, berkeberanian, dan memiliki perbuatan-perbuatan; ia adalah seorang Davidian yang sesungguhnya.

Wahyu 12 : 10. 11:

“Lalu kudengar suatu suara besar mengatakan di sorga: Sudah datang sekarang keselamatan, dan kekuatan, dan Kerajaan dari Allah kita, dan kuasa dari Kristus-Nya; karena penuduh semua saudara kita itu sudah terbuang ke bawah, yaitu dia yang menuduh mereka itu di hadapan Allah siang dan malam. Maka mereka telah mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka; dan tiada disayangi mereka akan nyawanya sampai kepada kematian pun”.

Adalah bagi kita untuk berjalan mengalami semua perkara ini, yaitu kita yang akan dikaruniakan kemenangan yang pasti dan lengkap atas si Jahat itu. Oleh sebab itu, janganlah seorang pun jatuh ke dalam jerat yang telah dipasangnya bagi kita.

 

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart