Sabat 14 Desember 2024
RENUNGAN PENDAHULUAN
PENUNDAAN
Waspadalah terhadap penunda-nundaan. Jangan lengah membuangkan dosa-dosamu serta mencari kesucian hati melalui Kristus. Di dalam hal seperti inilah ribuan orang yang telah tersesat dan menemui kebinasaannya untuk selama-lamanya. Saya tidak akan tunjukkan disini singkat dan tiadanya ketentuan hidup itu; tetapi ada satu bahaya yang mengerikan — satu bahaya yang tidak begitu dipahami — menunda-nunda menyerah pada bisikan suara Roh Allah, memilih hidup di dalam dosa: beginilah penundaan yang sebenarnya itu. Dosa, betapa kecilpun anggapan atasnya, jikalau selalu dilakukan akhirnya akan membinasakan jiwa. Apa yang belum kita taklukkan, akan menaklukkan kita dan akan mendatangkan kebinasaan atas diri kita sendiri. ——-KS 27.1
Tiap-tiap pelanggaran, tiap-tiap kelalaian atau penolakan atas anugerah Kristus, mendatangkan reaksi atas dirimu sendiri; yaitu mengeraskan hati, merusak kemauan, mematikan pengertian, bukan saja membuat engkau kurang ingin berserah tetapi juga kurang mampu berserah terhadap bujukan Roh Suci Allah yang lemah-lembut. ——KS 28.1
Banyak orang yang mendiamkan hati nurani dengan anggapan bahwa mereka dapat mengubah jalan yang jahat kapan saja mereka kehendaki; bahkan mereka meremehkan undangan-undangan karunia itu, namunpun demikian berulang-ulang hati mereka digerakkan. Mereka kira bahwa sesudah mela-kukan hal-hal yang merendahkan karunia Roh itu, setelah melontarkan diri mereka ke dalam pengaruh pihak Setan, nanti pada saat keadaan yang dahsyat mereka dapat mengubah jalannya. Tetapi ini tidak mudah dilakukan. Pengalaman, pendidikan, sepanjang hidup, telah membentuk tabiat sedemikian rupa sehingga hanya sedikit saja yang kemudian ingin menerima gambar Kristus. —–KS 28.2
Meski satu sifat tabiat yang salah, satu keinginan yang penuh dosa, jika terus-menerus dilakukan dan ditimang-timang akan merusakkan semua kuasa injil. Tiap-tiap perbuatan jahat yang dimanjakan mengukuhkan jiwa tidak senang terhadap Allah. Orang yang menunjukkan kelakuan yang tak beriman, atau pendirian yang sama sekali tidak peduli akan kebenaran ilahi, akan menuai tuaian yang ditanamnya sendiri. Di dalam Alkitab tiada satu amaran yang lebih menakutkan melawan bermain-main dengan kejahatan daripada ucapan orang yang bijaksana Sulaiman, bahwa orang berdosa “itu akan dijerat oleh kejahatannya sendiri dan iapun akan terikat dengan tali dosanya sendiri.” Amsal 5:22. ——KS 28.3
Kristus telah bersedia melepaskan kita dari dosa, tetapi kehendak kita tidaklah dipaksaNya; tetapi jika pelanggaran-pelanggaran masih terus saja dilakukan maka kemauan itu sendiri dikeraskan kepada kejahatan, sehingga kita tidak ingin lagi bebas, dan jika kemauan tidak menerima karuniaNya, apa lagi yang dapat diperbuatnya? Kita telah membinasakan diri kita sendiri dengan menentukan penolakan kita atas kasihNya. “Sesungguhnya sekarang inilah masa yang diperkenankan itu, bahkan, sekarang inilah hari keselamatan itu. ” “Pada hari ini, jikalau kamu mendengar suaranya, janganlah keraskan hatimu. ” ——-KS 28.4
Kerinduan-kerinduan akan kebajikan dan kesucian memang baik ada-nya; tetapi jika engkau berhenti sampai disitu saja, maka tiadalah gunanya. Banyak orang yang hilang sementara berharap dan ingin menjadi orang Kristen. Mereka tidak sampai pada titik penyerahan kemauan kepada Allah. Mereka tidak memilih sekarang juga menjadi orang-orang Kristen. ——KS 43.1
PERCAYA KEPADA KEPEMIMPINAN TUHAN
Contoh dari Petrus
Segera setelah mereka yakin, Petrus sangat bersuka. Dengan perasaan seolah-olah tidak percaya betul, ia berseru: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah! —— KSZ1 410.3
Dengan memandang pada Yesus, Petrus berjalan dengan selamat; tetapi di saat perasaan kesombongannya muncul ia menoleh ke belakang kepada teman-temannya yang di dalam perahu, pandangannya dipalingkan dari Juruselamat. Angin mengamuk. Ombak bergulung tinggi, datang di antara dia dan Guru; ia pun takutlah. Seketika itu pandangannya lepas dari Kristus, lalu imannya pun runtuh, la mulai tenggelam. Tetapi waktu gelombang mengancam nyawanya, Petrus mengangkat matanya dari air yang bergelora itu dan mengarahkan pandangannya kepada Yesus, sambil berserulah ia, katanya: “Tuhan, tolonglah aku.” Dengan segera Yesus mengulurkan tangan-Nya sambil berkata kepadanya: “Hai orang yang kurang percaya mengapa engkau bimbang?” —- KSZ1 410.4
Apabila kesusahan menimpa kita, betapa sering kita seperti Petrus! Kita memandang gelombang itu, gantinya menujukan mata kita pada Juruselamat. Langkah-langkah kita tergelincir, dan gelombang hidup ke-angkuhan itu menimpa jiwa kita. Yesus tidak menyuruh Petrus datang kepada-Nya agar ia binasa; Ia tidak memanggil kita mengikut Dia, dan kemudian meninggalkan kita. “Janganlah takut,” firman-Nya, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah Tuhan, Aliahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu.” Yesaya 43:1-3 —- KSZ1 411.2
Yesus membaca tabiat murid-murid-Nya. Ia tahu betapa hebatnya iman mereka diuji. Di dalam peristiwa di atas danau ini Ia ingin menun-jukkan kepada Petrus kelemahannya, untuk menunjukkan bahwa keselamatannya terletak dalam ketergantungannya yang terus menerus pada kuasa Ilahi. Di tengah-tengah amukan topan pencobaan ia dapat berjalan dengan selamat hanyalah jikalau ia tidak bersandar pada dirinya sendiri, melainkan harus bergantung pada Juruselamat. Di saat ia merasa dirinya kuat di saat itulah Petrus lemah; dan sampai ia melihat kelemahannya barulah ia dapat menyadari perlunya ia bergantung pada Kristus. Jikalau ia telah mempelajari pelajaran yang telah ditunjukkan untuk mengajar dia di dalam pengalaman di atas danau itu, ia tidak akan gagal bila pen-cobaan yang besar datang kepadanya.
Contoh lain dari pengalaman bangsa Israel
Akhirnya bani Israel yang merdeka itu tiba di perbatasan-perbatasan tanah perjanjian. Dan walaupun mereka telah menyaksikan mujizat-mujizat yang besar bersama itu, namun mereka belum percaya, bahwa Allah dapat mengambil tanah itu bagi mereka. Mereka telah menyaksikan, bahwa Ia mampu untuk melepaskan mereka dari tempat-tempat pembuatan batu bata milik Phiraun, menghantarkan mereka tanpa basah melalui laut, membinasakan musuh-musuh mereka, memberikan kepada mereka makanan dan air di padang belantara di mana di sana tidak ada yang untuk dimakan, namun mereka belum percaya, bahwa Ia mampu untuk mengambil tanah itu baginya, dan bahwa Ia dapat saja menyelesaikan apa yang sudah dimulai-Nya.——Amaran Sekarang jld 1 No. 7.
ketika petrus disuruh berjalan diatas air ia tdk tenggelam krn ia percaya, tetapi ketika ada gelombang ia ragu dan tenggelam, kenapa ia ragu, ragu kepada siapakah?, apakah wajar dia ragu?, bila berjalan diatas air saja sdh merupakan sesuatu yg tdk masuk akal dia dapat percaya, kenapa ketika ada gelombang dia ragu – menurun kepercayaannya, patutkah Petrus dan kitapun jg ragu akan kemampuan Tuhan yang sebelumnya sangat dipercayainya, tdk mampukah Tuhan menjaga Petrus tidak tenggelam didalam gejolak gelombang tersebut ?…… .jadi apa yang membuat Petrus ragu? Jawabannya adalah ketika ada ketenangan imannya kuat, tetapi ketika ada gejolak Petrus lupa akan kemampuan yang melindunginya, ia mengukur dengan kemampuan dirinya, ia sadar ia lemah…… .sehingga ragulah dia, dan perlindungan Tuhanpun jg secara langsung dilepaskan ketika Petrus sdh tdk sepenuhnya percaya, Tuhan tau petrus saat gelombang itu tiba, ia tdk sepenuhnya percaya kepada Tuhan seperti sebelum ada gelombang, Tuhan tau dlm diri Petrus muncul seketika ketakutan/kawatir karena ia memandang gelombang itu dari kekuatannya sendiri.
Jadi intinya Tuhan minta supaya kita percaya kepadanya sepenuhnya, jgn mengandalkan diri kita sendiri dalam keadaan apapun, baik dalam ketenangan maupun goncangan.
Tuhan tidak mau kita setengah-setengah.
Goncangan gelombang mampu meluluhkan percayanya seorang Petrus. Demikianlah percaya kitapun diuji dengan adanya goncangan ujian yg tidak disangka-sangka.
Bila kita sekarang saja blm memiliki PERCAYA seperti Petrus di saat sebelum gelombang atau dalam kondisi yang tenang, namun sudah terdapat banyak keraguan/takut/kawatir dengan hidup ini…… menilai-nilai dr kekuatan kita sendiri, maka bagaimanakah ketika sesuatu gelombang/goncangan seperti hal yang menenggelamkan Petrus itu datang?, mungkinkah kita bisa mewujudkan PERCAYA YANG SEPENUHNYA TERSEBUT?…… .jawabannya TIDAK MUNGKIN, ……….itulah sebabnya kita perlu pendidikan yg sama dgn pendidikan Petrus yaitu pendidikan pendisiplinan, pendidikan persiapan, pendidikan membuang kepercayaan ketergantungan kepada diri sendiri selama 40 hari, Tuhan minta kepercayaan sepenuhnya, kita harus hilangkan ketergantungan kepada kekuatan diri kita sendiri.
Daniel selamat dari lobang singa karena ia percaya tidak mengandalkan dirinya sendiri, bila kelemahan petrus ada sesaat di dalam diri Daniel maka seketika itu juga singa2 melahapnya dan api melalap daniel dan teman-teman di dapur api, demikian juga Musa dan orang Israel ketika melintas laut merah yang terbelah bila ia punya ragu seperti Petrus seketika air langsung menutup, apakah Daniel mengira ia mampu melawan singa?, apakah daniel dan teman-temannya mengira mampu menahan api yg bernyala-nyala?. Apakah Musa juga dan orang-orang Israel mengira mereka dapat dengan kekuatannya membelah lautan?, bukankah mereka sadar bahwa kesemuanya itu MUSTAHIL, mereka Daniel, teman-temannya, Musa dan orang banyak Israel sadar kelemahannya tetapi mereka tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, mereka menyerahkan PERCAYAnya kepada Tuhan sepenuhnya sehingga tidak ada kekalahan atau tenggelam seperti Petrus.… ..jadi intinya adalah PERCAYA YANG KITA TUNJUKKAN KEPADA TUHAN HARUSLAH PERCAYA YANG SEPENUHNYA, BUKANLAH PERCAYA YANG SETENGAH-SETENGAH, YAKINLAH SEPERTI MEREKA YAKIN, JANGAN MENGIRA KEKUATAN KITA TURUT MEMBANTU MENYELAMATKAN KITA.
TIDAK ADA YG MUSTAHIL DIMATA TUHAN.
Semua tokoh-tokoh Alkitab Henoh, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, gideon, Samson, Yunus, Daud, Salomo, Elia, janda Sarfat, Elisa, Yeremia, Esra, Nehemia, Serubabel, Zakharia, Yohanes pembabtis dan lain-lain hingga EGW dan VTH pada dasarnya juga manusia yang sama, yaitu manusia berdosa yang tak berdaya, semua mereka sama seperti Petrus yang lemah yang tidak terlatih, penuh kekurangan, penuh perasaan takut, penuh kawatir, SEMUA MENYADARI AKAN KELEMAHANNYA MASING-MASING, NAMUN MEREKA SEPENUHNYA PERCAYA, TIDAK ADA SEDIKITPUN MERAGUKAN TUHAN, MEREKA BERHASIL MENGATASI DIRINYA SENDIRI DAN BERGANTUNG KEPADA TUHAN.
KERAGUAN JELAS, YANG MENGALAHKAN PETRUS, MENENGGELAMKANNYA (KESOMBONGAN, MENINGGIKAN DIRI/PERCAYA DIRI SENDIRI ADALAH AWAL KERAGUANNYA)
DEMIKIAN PULA DENGAN KITA, SEKARANG MENGAPA KITA PENUH TAKUT, RAGU, KAWATIR PADAHAL KESULITAN KITA JAUH DIBAWAH KESULITAN TOKOH-TOKOH ALKITAB… ..jawabannya adalah…… karena kita sama seperti Petrus belum menyerahkan percaya kita sepenuhnya kepada Tuhan, kita berjuang bertahan hidup sejauh ini dan tidak sadar sudah mendidik diri sendiri dengan mengukur segala sesuatunya dengan UKURAN KEMAMPUAN DIRI KITA SENDIRI. Pada dasarnya melihat kepada pengalaman tokoh-tokoh tersebut, harusnya kita yakin semua kesulitan kita itu mudah diatasi oleh kekuasaan Tuhan, hanya kesalahan kita tidak menyerahkannya dan belum merasa yakin bahwa Tuhan akan mau bantu.
Keraguan/ketakutan/kekawatiran kita ini juga yang muncul mempengaruhi kita ketika kita akan menjalankan pendidikan 40 hari kita, yaitu berhenti bekerja, berpisah dari keluarga, keluar dari kota ke tempat terpencil……… takut tidak makan, takut kekurangan, takut sakit, takut menderita, takut tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup … ..dan sebagainya adalah ketakutan/keraguan yang dialami Petrus……… yaitu krn kita mengukur semua sesuai kekuatan kita yang terbatas, kita belum merubah semuanya seperti Petrus waktu ia PERCAYA, kita harus belajar dari cerita sederhana tersebut.
Petrus yang tenggelam dan petrus yang percaya adalah petrus yg sama, Tuhan tidak mengaruniakan keistimewaan apapun kepadanya, Tuhan tidak berikan pelampung ataupun sayap kepadanya supaya tidak tenggelam, hanya Petrus yang harus mereformasi dan pembangunan pikirannya sendiri.
Maka pikiranlah sasaran dari pendidikan 40 hari kita, merubah ketergantungan kepada kekuatan diri sendiri, kepada percaya sepenuhnya kepada Tuhan – memastikan kita dapat bertahan tidak tawar walaupun terjadi gelombang atau goncangan, tidak terulang lagi pengalaman ragu dan tidak ada lagi pengalaman menyangkal diri dari Petrus-Petrus akhir zaman.
Kutipan EGW berikut memberikan jawaban, bahwa mengapa kita tidak boleh dan tidak akan mampu mengukur dengan ukuran manusia :
Perbuatan yang sederhana dengan meniup terompet yang dilakukan oleh tentara Yusak di sekeliling Yerikho, dan yang dilakukan oleh kelompok kecil tentara Gideon di sekeliling bala tentara Midian, sangat mantap, melalui kuasa Allah, menghancurkan kekuatan musuh-musuhNya. Sistem yang paling sempurna yang pernah diciptakan oleh manusia, terpisah daripada kuasa dan hikmat Allah, akan terbukti sebagai suatu kegagalan, sementara metode yang paling tidak bisa diharapkan akan berhasil bilamana metode itu ditetapkan oleh ilahi, dan dijalankan dengan rendah hati dan iman. Berharap kepada Allah, dan penurutan kepada kehendakNya, adalah perlu bagi orang Kristen di dalam peperangan rohani sebagaimana kepada Gideon dan Yusak di dalam peperangan mereka melawan bangsa Kanani. Melalui pernyataan kuasanya yang berulang-ulang demi kepentingan bangsa Israel, Allah mau memimpin mereka supaya memiliki iman di dalam Dia—dengan disertai kepercayaan untuk mencari pertolonganNya di dalam setiap keadaan darurat. Ia masih tetap ingin bekerja bersama dengan usaha dari umatNya sekarang ini, dan melaksanakan perkara-perkara besar melalui alat-alat yang lemah. Segenap sorga menunggu permintaan kita akan hikmat serta kuasaNya. Allah “berkuasa melakukan dengan berlebih-lebihan daripada barang apa yang kita pohonkan atau sangkakan.” Efesus 3:20. ——PB2 153.2
“Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,” “supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah””? —-MKA 56.2
Saya melihat tidak ada orang yang kebagian “penyegaran” itu kecuali mereka memperoleh kemenangan atas setiap kemalangan, kesombongan, mementingkan diri, cinta akan dunia, dan atas setiap perkataan dan perbuatan yang salah. Karena itu kita harus kian dekat dan semakin dekat kepada Tuhan dan dengan sungguh-sungguh mengusahakan persiapan yang perlu guna menyanggupkan kita bertahan dalam peperangan di hari Tuhan itu.— EW 71 (1851). PAZ 149.5
Kondisi yang dikawatirkan jika kita tidak dipersiapkan, tidak mengikuti pendidikan khusus 40 hari, selain contoh Harun, kita dapatkan petunjuk berikut:
Sementara cobaan-cobaan semakin bertambah disekitar kita maka baik pemisahan maupun persatuan akan terlihat dikalangan kita. Sebagian orang yang sekarang ini siap memanggul senjata perang pada saat-saat yang genting akan menyatakan bahwa mereka itu tidak berdiri di atas batu karang; mereka akan menyerah kepada penggodaan. Mereka yang telah memiliki terang besar dan kesempatan berharga, akan tetapi tidak memanfaatkannya akan keluar dari antara kita dengan satu dan lain alasan.— 6T 400 (1900)
NASIHAT EGW:
“Banyak orang ………… tidak mencontoh kebenaran itu dalam kehidupan mereka. Mereka memperoleh latihan-latihan khusus mengenai penyucian itu, tetapi mereka mengesampingkan firman Allah ke punggung mereka. Mereka berdoa penyucian, menyanyi penyucian, dan menyerukan penyucian ……… Kebenaran sekarang itu, yang justru merupakan saluran tidak mereka hargai, melainkan dipijak-pijaknya di bawah telapak kaki. Orang-orang boleh saja menyerukan, Kesucian, kesucian, penyucian, penyucian, penyerahan yang suci, penyerahan yang suci, tetapi mereka tidak lagi mengerti melalui pengalaman akan apa yang dibicarakannya itu, tidak lebih dari pada orang berdosa yang memiliki kecenderungan-kecenderungan jahat. Allah akan segera merobek-robek pakaian orang-orang yang dicuci putih ini, yang mengakui dirinya suci yang oleh sebagian mereka yang berpikiran jahat telah dipakai untuk menyembunyikan cacad cela jiwanya.” — Testimonies, vol. 1. pp. 338, 336.
“Tidak seorangpun akan dapat dibawa ke atas tanpa usaha yang keras dan tekun dalam kepentingannya sendiri. Semua harus melibatkan diri dalam peperangan ini ……….. Peperangan untuk menang atas diri sendiri, untuk mencapai kesucian dan sorga, adalah suatu peperangan seumur hidup. Tanpa usaha yang terus-menerus dan aktifitas yang tetap, tidak akan terdapat kemajuan dalam kehidupan ilahi, tidak akan tercapai mahkota pemenang.” — Testimonies, vol. 8, p. 313.
Ada segunung tanggung jawab, kewaspadaan seumur hidup, bergumul dengan kecenderungan mereka sendiri, dengan kemauan mereka sendiri, dengan keinginan mereka sendiri, dan dengan kesenangan; dan saat mereka memandangnya, sepertinya tidak mungkin bagi mereka mengambil langkah itu, memutuskan bawah mereka akan menjadi anak-anak ALLAH, para hamba YANG MAHATINGGI. ———Sign of the Times, 31 Januari, 1878.
Jika kita mempercayainya betul-betul, segala jenis kecemasan yang tidak sepatutnya akan lenyap. Kehidupan kita tidaklah begitu dipenuhi kekecewaan seperti yang sekarang ini; karena segala sesuatu, baik kecil maupun besar, akan diserahkan ke tangan Tuhan, yang tidak digelisahkan oleh ragam- ragam keperluan, atau dikalahkan oleh keluh kesahnya. Kita akan menikmati satu kedamaian jiwa, yang kepada orang lain sudah lama tidak dirasainya. ––Kebahagiaan Sejati 80.3
SADAR DIRI HARUS DIMILIKI DALAM DIRI KITA SENDIRI
(Suatu nasihat bagi kita yang masih memiliki kekawatiran ketakutan hidup atau ragu-ragu seperti Petrus 3 ½ tahun)
Sering kehidupan Kristen dirundung pelbagai bahaya, dan tugas tampaknya sukar dilaksanakan. Bayangan imajinasi kehancuran yang akan datang di depan, dan perbudakan serta kematian menyusul. Namun suara Allah berbicara dengan jelas, Maju terus. Marilah kita menurut perintah, walaupun pemandangan kita tidak dapat menembus kegelapan. Rintangan-rintangan yang menghalangi kemajuan kita tidak pernah akan lenyap di hadapan roh yang tersendat-sendat dan ragu-ragu. Mereka yang menangguhkan penurutan sampai setiap ketidakpastian lenyap, dan yang sisa tidak ada risiko kegagalan atau kekalahan, tidak pernah akan menurut. Iman melihat di balik pelbagai kesulitan, dan percaya atas yang tidak kelihatan, bahkan Yang Mahakuasa pun, sehingga dengan demikian iman itu tidak dapat dipatahkan. Iman itulah memegang tangan Kristus dalam setiap keadaan darurat.—–PI 232.2
Pengalaman ini memberikan satu pelajaran kepada kita. Allah Israel yang Mahakuasa itu adalah Allah kita. Di dalam Dia kita bisa berharap, dan jikalau kita menurut kepada tuntutan-tuntutan-Nya, Ia akan mengerjakan bagi kita dalam satu cara yang mencolok sebagaimana yang telah dilakukan-Nya bagi umat-Nya pada zaman dahulu. Setiap orang yang berusaha mengikuti jalan tugas sekali-sekali akan diserang oleh rasa bimbang dan tidak percaya. Kadang-kadang jalannya kelihatan seperti dipenuhi oleh rintangan-rintangan, yang tampaknya tidak dapat diatasi, sehingga mengecewakan mereka yang mau menyerah kepada kekecewaan; tetapi kepada mereka ini Tuhan berkata: Maju terus. Lakukan tugasmu apa pun yang terjadi. Kesulitan-kesulitan yang tampaknya tidak dapat diatasi, yang memenuhi hatimu dengan kegentaran, akan lenyap apabila engkau maju terus di dalam jalan penurutan, dan dengan rendah hati berharap kepada Tuhan.—-SRNJ2 29.3
BERJUANG MEMBUAT DIRI KITA MENYUKAI KEPADA KEBENARAN TUHAN
Satu-satunya jalan supaya bertumbuh di dalam karunia ialah menyukai pekerjaan yang diserahkan Kristus kepada kita, mengusahakan, segala daya kemampuan kita, membantu dan memberkati orang-orang yang memerlukan pertolongan yang dapat kita berikan kepada mereka. Kekuatan datang karena adanya usaha; kegiatan itulah syarat kehidupan. Orang-orang yang berusaha memperoleh kehidupan Kristen dengan penerimaan yang pasif akan karunia- karunia yang datang melalui alat-alat kemurahan, lalu tidak berbuat apa-apa sama sekali bagi Kristus, adalah orang yang mencoba hidup dengan makan tanpa bekerja. Maka dalam soal-soal rohani sama dengan jasmani hal seperti ini selalu mendatangkan kemerosotan dan kemunduran. Seseorang yang menolak menggunakan anggota-anggota badannya akan segera kehilangan kuasa menggunakannya. Demikian juga orang Kristen yang tidak menggunakan kuasa yang diberikan Tuhan padanya bukan saja tidak berhasil bertumbuh ke dalam Kristus, bahkan dia kehilangan kekuatan yang sudah ada padanya. —-KS 74.2
Allah kita lemah-lembut, Bapa yang penuh kemurahan. Bakti kita kepadaNya janganlah dipandang sebagai sesuatu yang menyedihkan dan menyusahkan hati. Berbakti kepadaNya haruslah menjadi satu kegembiraan, demikian pula di dalam mengambil bagian di dalam pekerjaanNya. Allah tidak mau anak-anakNya, kepada siapa telah disediakan keselamatan yang begitu besar, bertindak seolah-olah Dia seorang kepala kerja yang keras dan bengis. Dia adalah sahabat mereka yang terbaik, dan apabila mereka menyembah Dia, Dia berharap bersama-sama dengan mereka, untuk memberkati dan menghibur mereka, mengisi hati mereka dengan kegembiraan dan kasih. Allah menginginkan anak-anakNya mendapat penghiburan di dalam baktinya kepada Tuhan serta mencari di dalam pekerjaanNya lebih banyak kesukaan daripada kesengsaraan. Dia ingin supaya orang-orang yang datang berbakti padaNya kelak membawa pulang pikiran-pikiran yang mulia tentang penjagaan dan kasihNya, supaya mereka dapat kegembiraan di dalam pekerjaan hidup mereka sehari-hari, agar mereka dapat memperoleh anugerah bertindak jujur dan setiawan di dalam segala perkara; ——KS 96.3
Allah adalah pemberi hidup. Dari sejak mulanya, segala hukumNya telah ditetapkan untuk kehidupan. Tetapi dosa telah merusak peraturan yang telah ditetapkan Allah, dan kekacauanpun mengikutinya. Selama dosa ada maka penderitaan dan kematian tidak akan dapat dihindarkan. Hanyalah oleh karena Penebus itu telah menanggung kutuk dosa demi kita, maka manusia mempunyai pengharapan untuk melepaskan dirinya dari akibatakibatnya yang mengerikan.—-PB2 119.1
Orang-orang yang telah menjadi ciptaan baru di dalam Kristus Yesus akan membuahkan buah-buah Roh, “kasih, sukacita, perdamaian, panjang hati, kemurahan, kebaikan, setiawan, lemah-lembut, tahan nafsu.” Galati 5:22, 23. Mereka tidak lagi hidup sesuai dengan hawa-nafsu mereka yang lama, melainkan dengan iman akan Anak Allah mereka akan mengikuti langkah-langkahNya, memantulkan tabiatNya, dan menyucikan diri sebagaimana Tuhan suci adanya. Hal-hal yang tadinya mereka benci sekarang mereka cintai, dan yang tadinya mereka cintai sekarang mereka benci. Yang sombong dan tinggi hati sekarang menjadi rendah-hati dan lemah-lembut. Yang tadinya suka menonjolkan diri dan sombong menjadi orang yang sungguh-sungguh dan tidak menonjolkan diri. Orang pemabuk menjadi ramah, dan orang yang tadinya suka percabulan menjadi suci. Kebiasaan-kebiasaan menonjolkan diri dan kebiasaan dunia ditinggalkan. Orang-orang Kristen janganlah mencari “perhiasaan lahir” melainkan “sifat yang baik pada batinnya, itulah perhiasan yang tiada akan binasa, yaitu perangai yang lemah-lembut dan pendiam. 1 Petrus—–KS 53.3
TEGURAN ADALAH KEMURAHAN ALLAH AGAR KITA BERTOBAT
Tidaklah menyenangkan bagi sifat manusia menerima teguran, dan tidaklah mungkin bagi hati manusia, yang tidak diterangi oleh Roh Allah, untuk menyadari perlunya teguran atau berkat yang hendak di datangkanNya. Bila manusia menyerah kepada menyerah kepada pencobaan, dan memanjakan diri dalam dosa, pikirannya menjadi gelap. Perasaan akhlak diputar balikkan. Amaran angan-angan hati diabaikan, dan suaranya kedengaran kurang jelas. Lama kelamaan ia kehilangan kuasa untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, sampai ia tidak mempunyai perasaan yang betul tentang kedudukannya di hadirat Allah. Ia mungkin menurut segala upacara agama dan dengan tekunnya mempertahankan segala doktrinnya, sedangkan ia kekurangan rohnya. Keadaannya adalah seperti yang dilukiskan oleh Saksi Yang Benar: Dengan sebab katamu, Aku kaya dan sudahlah aku beroleh kekayaan dan satupun tiada kekuarangan padaku, pada hal tiada engkau mengetahui bahwa engkaulah orang malang, dan yang tiada kasihan, dan miskin, dan buta, dan bertelanjang.” Bila Roh Allah, oleh pekabaran teguran, menyatakan bahwa beginilah keadaannya, ia tidak dapat melihat bahwa pekabaran itu benar adanya. Sebab itu haruskah ia menolak amaran itu? Tidak.
Allah telah memberikan bukti yang memadai, agar semua orang yang menghendakinya dapat merasa puas tentang sifat kesaksian-kesaksian itu; dan setelah mengakuinya bahwa ia berasal dari Allah, mereka berkewajiban menerima teguran, meskipun mereka sendiri tidak melihat alangkah berdosa cara hidup mereka. Kalau mereka menyadari keadaan mereka dengan sesungguhnya, perlukah lagi mereka mendapat teguran? Karena mereka tidak mengetahuinya, dengan murahnya Allah memberikannya kepada mereka, agar mereka dapat bertobat dan mengadakan pembaharuan sebelum terlambat. Mereka yang menghinakan amaran itu akan ditinggalkan dalam keadaan buta dan mereka menipu diri sendiri; tetapi mereka yang menghiraukannya, dan dengan tekunnya berusaha memisahkan diri dari dosa-dosa mereka agar memperoleh sifat-sifat baik yang sangat diperlukan, akan membuka pintu hati mereka sehingga Juruselamat bisa masuk dan tinggal dengan mereka. Mereka yang paling erat hubungannya dengan Allah adalah mereka yang mengenal suaraNya bila Ia berbicara kepada mereka. Mereka yang rohani mengenal perkara-perkara rohani. Orang-orang seperti itu akan berterima kasih karena Tuhan telah menunjukkan kesalahan mereka.
Daud melihat adanya kebijaksanaan dalam perlakuan Allah kepadanya dan tunduk dalam kerendahan hati ketika ia disesah oleh Yang Maha Tinggi. Gambaran yang seksama tentang keadaanya yang sebenarnya yang diberikan oleh nabi Natan menyebabkan Daud mengenal dosa-dosanya sendiri dan membantu dia untuk menjauhkannya. Ia menerima nasihat dengan lemah lembut hatinya dan merendahkan dirinya dihadirat Allah…..Bahwa torat Tuhan” katanya, itulah sempurna dan ia itu menyegarkan hati.” (Maz. 19:7).
“Tetapi jikalau kamu tiada diajari, pada hal semua orang mendapat bagian itu, maka kamu ….bukannya anak halal.” (Ibr 12:8). Tuhan kita telah mengatakan: …Seberapa banyak orang yang kukasihi, Aku tegur dan ajar.” (Wah 3:9). Adapun segala ajaran bagi sementara ini belum mendatangkan sukacita, melainkan dukacita; tetapi kemudian kelak dikeluarkannya kebenaran akan buahnya, yang mendatangkan sentosa kepada orang yang mahir dengan ajaran itu.” (Ibr 12:11). Bagaimana pahitnya sekalipun disiplin itu, ikhtiar itu ditentukan oleh kasih bapa yang lemah lembut, supaya kita beroleh bagian di dalam kekudusanNya.—–Nasihat Bagi Sidang buku 2 psl 11 hal 77 & 78.
ALASAN MENGAPA KITA SULIT MERUBAH MANUSIA LAMA+CENDERUNG MENGABAIKAN DAN BAHKAN MENOLAKNYA
Bila kita analisa, petunjuk EGW dan VTH sudah sangat banyak untuk perbaikan moral, namun pertanyaannya mengapa kita sulit dan cenderung melawan untuk meninggalkan manusia lama?, jawaban dari kehidupan sehari2 kita antara lain adalah sebagai berikut:
- Keberadaan petunjuk EGW dan VTH bila dibandingkan keberadaan dosa baik kebiasaan/kecintaan terhadapnya, jelas lemah, yaitu keberadaan dosa ada di dalam diri kita, sementara petunjuk EGW dan VTH berada diluar diri kita dan kita sejak lahir telah berada di dalam dosa dan kita besar dalam budaya dosa, serta pengaruhnya telah menjadi bagian diri kita sehingga cenderung akan terjadi penolakan atau perlawanan, seperti ada orang asing hendak masuk ke rumah kita,
- Kita hanya seorang diri yang mengetahui amaran tentang keharusan merubah manusia lama kita, sementara bahkan sesama pemegang pekabaran Tongkatpun banyak yang tidak sepenuhnya paham akan penugasan ini bila mereka kurang tekun membaca dan banyak membuat maaf2 kepada dirinya atau mereka yang punya tipu dimulutnya, sehingga tidak ada dorongan dari lingkungan pergaulan untuk kita berubah, seperti misalnya mengapa org meninggalkan kebiasaan merokok? Jawabannya karena lingkungan pergaulan banyak memprotes atau mendukungnya dan telah beredar informasi tentang bahayanya merokok, akhirnya seseorang bersedia meninggalkan rokok, akan tetapi bagaimana dengan Sabat? Oleh karena lingkungan pergaulan tdk ada yg mengingatkan atau mempermasalahkan seseorg tdk mematuhi Sabat, maka org tersebut tidak terdorong atau merasa bersalah bila ia tdk menyucikan Sabat atau mengabaikan perintah penyuciannya, terlebih lingkungan cenderung mengajak atau setuju bila kita mengabaikannya,
- Kita sendiri secara pribadi tidak merasa punya masalah dengan karakter kepribadian kita, kebiasaan kita, minat dan perhatian kita, pembawaan kita juga demikian, secara umum kita tidak merasa ada kendala dengan pembawaan kita, kecuali kita dapat teguran/protes atau ada masukan dari keluarga/teman pergaulan kita, baru kita lakukan perubahan, seperti misalnya diri kita memiliki bau mulut atau bau badan, kemudian keluarga/teman merasa risih lalu menegur kita…….baru keadaan demikian kita sadar dan bersedia melakukan usaha mengatasinya dan baru terjadi perubahan, tetapi bila tidak ada seperti demikian ….kecil kemungkinannya kita mau berubah.
- Lingkungan kita tidak merasa terkendala dengan karakter kita, pembawaan kita, tingkah laku kita, sehingga tidak pernah kita dapat permasalahan terhadap manusia lama kita,
- Dan bahkan ada dari antara kita memiliki karekter/pribadi yang menyenangkan bagi orang lain, sikap yang bersahabat bagi banyak orang, sehingga cenderung disukai orang banyak, bahkan dinantikan kehadirannya….dan keadaan itu membuat kita dihargai/tersanjung/terhormat, kondisi seperti ini menyulitkan kita sendiri untuk beranjak dari zona nyaman kita.
- Hanya Tongkat Gembala dan Roh Nubuatan EGW saja yang menuntut kita meninggalkan manusia lama kita.
Sehingga bila kita masih bersatu dengan orang-orang dunia, bersatu dengan teman-teman sepergaulan, maka tidaklah heran bila kita tidak terdorong dan terpacu untuk berusaha meninggalkan dan buru-buru meninggalkan manusia lama kita, bahkan kecenderungannya bila kita jujur mengamati diri sendiri, kita banyak MERAGUKAN/MEREMEHKAN DAN TANPA SADAR TELAH MENUNDA/ MENGABAIKAN atau bahkan MENOLAKNYA, yang kesemuanya adalah hasil dari ……MASIH BANYAKNYA DIGUNAKANYA PENILAIAN-PENILAIAN SENDIRI… ..TENTANG KEPANTASAN KESELAMATAN OLEH MASING-MASING KITA.
MENGAPA BUNGKAM?
Adalah kehormatan bagi tiap-tiap orang Kristen tatkala dia dapat merasai gerakan yang dalam dari Roh Allah. Satu perdamaian manis dari surga akan semerbak dalam pikiran, dan engkau akan bersuka memikir-mikirkan tentang Allah dan surga. Engkau akan bergemar atas segala perjanjian yang mulia dalam perkataan Tuhan. Tetapi ketahuilah lebih dahulu bahwa engkau sudah mulai menginjak perjalanan Masehi. Ketahuilah olehmu bahwa langkah-langkah yang pertama dalam jalan yang menuju hidup yang kekal sudah diambil. Janganlah engkau tertipu. Saya kuatir, bahkan saya mengetahui bahwa banyak di antara kamu tidak mengerti apakah sebenarnya agama itu. Engkau sudah merasa sedikit kegembiraan, sedikit hati rawan, tetapi tidak pernah melihat bagaimana jahatnya dosa. Engkau belum pernah merasa keadaanmu yang tak berdaya itu, dan berbalik dari segala jalanmu yang jahat itu dengan duka-cita yang pedih. Engkau belum pernah mati terhadap dunia ini. Engkau masih sayang akan segala kesenangannya; engkau gemar ber-cakap-cakap tentang perkara-perkara duniawi. Akan tetapi apabila kebenaran Allah sudah dibawa dalam pembicaraan maka engkau tak dapat berkata suatu apa. Mengapa bungkem! Kenapa dapat berbicara banyak tentang perkara-perkara duniawi dan diam tentang soal yang seharusnya lebih penting bagimu—satu soal yang patut menggerakkan seluruh jiwamu? Kebenaran Allah tidak tinggal di dalam engkau.— Testimonies for the Church, Jilid I, hal. 158, 159.