<< Go Back

Sabat 2 November 2024

RENUNGAN PENDAHULUAN

 

 Memahami pengertian dari Matius 5:30 “Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu.” (Matius 18:8, 9)

 

Untuk mencegah penyakit menjalar ke seluruh tubuh dan membinasakan hidup, orang mau menyerah untuk memisahkan tangan kanannya juga. Lebih daripada itu dia harus mau menyerahkan yang membahayakan kehidupan jiwa. —-KAB 71.1

 

Untuk mencapai cita-cita yang tinggi ini hal-hal yang membuahi jiwa tersandung harus dikorbankan. Melalui kemauanlah dosa dapat menahan kendalinya atas kita. Penyerahan kematian digambarkan sebagai mencongkel mata atau memotong tangan. Berserah kepada kehendak Allah tampaknya bagi kita sering merupakan izin untuk mengalami kehidupan ini dengan kaki buntung atau timpang. Tetapi Kristus mengatakan, lebih baik diri buntung, luka dan timpang jika dengan demikian engkau bisa masuk ke dalam kehidupan. Sehingga apa yang engkau lihat sebagai bencana adalah pintu kepada keuntungan yang paling tinggi. —-KAB 71.4

 

Memerlukan suatu pengorbanan untuk memberikan dirimu kepada Allah; tetapi itu adalah suatu pengorbanan yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, yang duniawi kepada yang rohaniah, yang fana kepada yang abadi. Allah tidak merencanakan bahwa kehendak kita harus dimusnahkan, karena hanya melalui penggunaannya kita dapat melakukan apa yang Dia inginkan harus kita lakukan. Kehendak kita harus diserahkan kepada-Nya, supaya kita dapat menerimanya kembali, disucikan, dibersihkan, dan begitu dihubungkan dalam simpati dengan Ilahi sehingga Dia dapat mencurahkan aliran kasih dan kuasa-Nya melalui kita. Bagaimanapun juga penyerahan ini pahit dan menyakitkan kepada hati yang keras dan melawan namun “itu menguntungkan bagimu.” —–KAB 72.4

 

Barulah setelah Yakub pincang dan tak berdaya di pelukan malaikat perjanjian itu, dia mengetahui kemenangan dari iman yang menaklukkan dan menerima gelar seorang pangeran bersama Allah. Barulah setelah dia “pincang karena pangkal pahanya” (Kejadian 32:31), gerombolan bersenjata Esau terhenti di hadapannya, dan Firaun, yang membanggakan warisan kerajaannya itu, membungkuk untuk menerima berkat darinya. Begitulah Kapten keselamatan kita dijadikan “sempurna melalui penderitaan” (Ibrani 2:10), dan anak-anak yang beriman “beroleh kekuatan dalam kelemahan,” dan “memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing” (Ibrani 11:34). Begitulah “orang-orang lumpuh akan menjarah jarahan” (Yesaya 33:23), dan orang lemah menjadi “seperti Daud,” dan “keluarga Daud. . . seperti malaikat Tuhan” (Zakharia 12:8). —–KAB 73.1

———————-

Apabila kita berdoa memohon berkat duniawi, jawabnya mungkin ditangguhkan, atau Allah mungkin akan memberikan sesuatu yang lain dari apa yang kita minta, tetapi bukan demikian jika kita meminta kelepasan dari dosa

Di dalam beberapa peristiwa penyembuhan, Yesus tidak dengan segera memberikan berkat yang dicari. Tetapi di dalam peristiwa orang kusta ini, pada saat permohonan itu disampaikan pada detik itu juga permohonannya dikabulkan. Apabila kita berdoa memohon berkat duniawi, jawabnya mungkin ditangguhkan, atau Allah mungkin akan memberikan sesuatu yang lain dari apa yang kita minta, tetapi bukan demikian jika kita meminta kelepasan dari dosa. Adalah kehendak-Nya untuk menyucikan kita daripada dosa, menjadikan kita anak-anak-Nya dan menyanggupkan kita menghidupkan suatu kehidupan yang suci. Kristus “yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.” Galatia 1:4. Maka “inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.” I Yohanes 5:14, 15.—-KSZ1 279.1

——————–

Dosa dan kesucian ditempatkan berdampingan, Akibat-akibat mengerikan dalam melanggar perintah-perintah Allah ditempatkan berhadap-hadapan dengan berkat-berkat yang dihasilkan oleh penurutan.

 

Rajin dalam suatu kewajiban yang ditunjuk Allah merupakan suatu bagian yang penting dalam agama yang sejati. Manusia harus menggunakan kesempatan sebagai perkakas Allah dengan mengerjakan kehendak-Nya. Tindakan gesit dan menentukan pada saat yang tepat akan mencapai kemenangan yang gemilang, sedangkan menunda dan lalai mengakibatkan kegagalan dan penghinaan kepada Allah. Jika para pemimpin dalam pekerjaan kebenaran tidak menunjukkan kegiatan, jika mereka acuh tak acuh dan tidak mempunyai tujuan, maka gereja akan sembrono, lengah, dan menyukai kepelesiran; tetapi jika mereka dipenuhi dengan suatu maksud yang suci untuk melayani Allah dan hanya untuk Dia saja, maka umat-Nya akan bersatu, penuh pengharapan dan kerinduan. Firman Allah berlimpah-limpah dalam perbedaan yang tajam dan sangat mencolok. Dosa dan kesucian ditempatkan berdampingan, sehingga dengan memandang, kita dapat menolak yang satu dan menerima yang lain. Halaman-halaman yang melukiskan kebencian, kepalsuan, dan pengkhianatan Sanbalat dan Tobia, juga melukiskan keagungan, pengabdian dan pengorbanan diri Ezra dan Nehemia. Kita diberi kebebasan untuk meniru salah satunya, bila kita memilih. Akibat-akibat mengerikan dalam melanggar perintah-perintah Allah ditempatkan berhadap-hadapan dengan berkat-berkat yang dihasilkan oleh penurutan. Kita sendiri pun harus memutuskan apakah kita mau menanggung yang satu atau menikmati yang lain. —-PR 392.4

——————-

Pertanyaan menyelidiki dari Hagai

Kepada mereka yang telah menjadi putus asa, Hagai mengajukan pertanyaan menyelidik, “Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? Oleh sebab itu, beginilah Firman Tuhan semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu!” Mengapa sedikit sekali yang kamu lakukan? Mengapakah kamu sangat memikirkan rumahmu sendiri dan tidak memikirkan pembangunan rumah Tuhan? Di manakah semangat yang pernah kamu rasakan untuk membangun kembali rumah Tuhan? Apakah yang kamu peroleh dengan melayani diri sendiri? Kerinduan untuk menghindari kemiskinan telah menyebabkanmu melalaikan bait suci, tetapi kelalaian ini telah mendatangkan ke atas kamu apa yang kamu takutkan. “Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang, kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlubang!” Ayat 4-6. —–PR 333.1

Pengalaman Yohanes merasa kecewa karena hasil kerjanya …… gambaran calon 144000pun juga akan mengalami kekecewaan yang sama, yaitu seakan-akan Tuhan tidak hadir

 

Sepertinya juga murid-murid Juruselamat, Yohanes Pembaptis tidak memahami sifat kerajaan Kristus itu. Ia mengharap bahwa Yesus akan mengambil takhta Daud; dan bila waktu itu lalu dan Juruselamat tidak menunjukkan kekuasaan sebagai raja, Yohanes menjadi bimbang dan susah hatinya……—-KSZ1 223.3

 

Bagi nabi yang hidup di padang belantara ini, segala perkara ini merupakan suatu rahasia yang melampaui pengertiannya. Sering ia mendapat bisikan si jahat yang menyiksa jiwanya, dan bayangan ketakutan yang luar biasa menudungi jiwanya. Apakah mungkin Pelepas yang telah lama dinanti-nantikan itu belum juga tampak? Maka apakah artinya pekabaran yang telah mendorong dia untuk diwartakan? Yohanes mengalami kekecewaan yang sangat pahit karena hasil pekerjaannya. Ia telah mengharap bahwa pekabaran dari Allah akan mempunyai hasil yang sama seperti bila Taurat itu dibacakan pada zaman Yosia dan Esra (2 Taw 34; Neh. 8,9); dan akan diikuti oleh pertobatan yang sungguh-sungguh dan kembali kepada Tuhan. Bagi kemajuan pekerjaan ini ia telah korbankan seluruh hidupnya. Apakah ini sia-sia? ——-KSZ1 224.2

 

Yohanes merasa sedih melihat bahwa karena mengasihi dia, maka murid-muridnya memelihara sikap tidak percaya pada Yesus. Apakah usahanya? Apakah karena ia tidak setia dalam pekerjaannya, sehingga diberhentikan dari pekerjaannya? Jika Pelepas yang telah dijanjikan itu benar telah datang, dan Yohanes didapati benar dalam panggilannya, mengapa Yesus tidak membinasakan penindas-penindasnya dan membebaskan dia? —–KSZ1 224.3

 

Maka sepanjang hari itu, murid-murid Yohanes hanya menyaksikan dan mendengar. Akhirnya Yesus memanggil mereka dan menyuruh mereka pergi dan mengatakan kepada Yohanes apa yang mereka telah saksikan, dan Ia tambahkan, “Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Lukas 1:23. Bukti Keilahian-Nya telah dilihat dalam penyesuaian-Nya dengan kebutuhan manusia yang menderita. Kemuliaan-Nya telah ditunjukkan dalam merendahkan diri-Nya kepada tingkatan hidup kita yang rendah ini. ——KSZ1 226.1 (Jawaban ini adalah jawaban atas pertanyaan Yohanes melalui muridnya yang bimbang mempertanyakan apakah Ia Mesias tersebut atau apakah masih perlu menunggu kembali kehadiran Mesias yang sebenarnya?).

 

Murid-murid membawa berita itu dan ini telah cukup. Yohanes teringat akan nubuatan mengenai Mesias, “Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.” Yesaya 61:1, 2. Pekerjaan Kristus bukanlah hanya menyatakan bahwa Dia adalah Mesias, tetapi menunjukkan bagaimana caranya kerajaan-Nya harus dibangunkan. Kepada Yohanes telah dibuka kebenaran yang sama sebagaimana telah diberikan pada Elia di padang belantara, bila “angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului Tuhan. Tetapi tidak ada Tuhan dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan dalam gempa itu;” maka setelah dari api itu, Allah berfirman kepada nabi oleh “bunyi angin sepoi-sepoi basa.” I Raja-raja 19: 11, 12. Demikian pula Yesus melakukan pekerjaan-Nya, bukan dengan senjata atau dengan merebut takhta kerajaan, melainkan dengan kata hati manusia oleh suatu kehidupan penuh dengan kemurahan dan pengorbanan diri. ——KSZ1 226.2

 

 

Penyangkalan diri salah satu dari ciri-ciri Yohanes Pembabtis…..alangkah aneh prinsipnya…..(Gambaran  calon 144000)

 

Prinsip kehidupan Yohanes Pembaptis yang menyangkal dirinya itu adalah menjadi prinsip kerajaan Mesias. Yohanes mengetahui benar alangkah anehnya prinsip ini dibandingkan dengan prinsip dan harapan para pemimpin Israel. Hal yang baginya menjadi suatu bukti Keilahian Kristus, tetapi bagi mereka itu tidaklah demikian. Mereka sedang mencari seorang Mesias yang tidak dijanjikan. Yohanes melihat bahwa hasil pekerjaan Juruselamat bagi mereka itu hanyalah kebencian dan pehukuman. Ia sebagai perintis hanya minum dari piala yang Kristus sendiri harus mengeringkannya hingga pada dasarnya. ——KZS1 226.3

 

Yesus berkata selanjutnya, “Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja.” Yohanes telah dipanggil untuk menegur dosa dan kejahatan pada zamannya, dan pakaiannya yang sangat sederhana dan hidup yang penuh penyangkalan diri itu adalah sesuai dengan sifat pekerjaannya. Pakaian yang halus dan kemewahan kehidupan ini bukanlah bagian hamba-hamba Allah, melainkan mereka yang hidup di dalam istana raja, penghulu dunia ini, di mana terdapat kekuasaan dan kekayaan itu. Yesus ingin membawa perhatian mereka kepada perbedaan pakaian Yohanes Pembaptis dan pakaian yang dipakai oleh imam-imam dan penghulu-penghulu. Orang terkemuka ini menunjukkan diri mereka dengan jubah yang mewah dan perhiasan yang sangat berharga. Mereka suka memperlihatkan diri mereka, dan mengharap akan dapat menyilaukan mata orang banyak. Mereka ingin mendapat pujian manusia, daripada mendapat kesucian hati yang berkenan kepada Allah. Dengan demikian mereka menunjukkan bahwa kesetiaan mereka bukanlah diberikan kepada Allah, tetapi kepada kerajaan dunia ini. ——KSZ1 228.1

 

PELAJARAN PEMBANGUNAN DAN REFORMASI DARI CONTOH PROSES PEMBANGUNAN KEMBALI BAIT SUCI YERUSALEM

 

AYAT PEGANGAN :

YEREMIA 30:11, 12

30:11 Sebab Aku menyertai engkau, demikianlah firman TUHAN, untuk menyelamatkan engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau Kuserahkan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan. Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah.

30:12 Sungguh, beginilah firman TUHAN: Penyakitmu sangat payah, lukamu tidak tersembuhkan!

30:17 Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorang pun menanyakannya.

30:18 Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengasihani tempat-tempat tinggalnya, kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya, dan puri itu akan berdiri di tempatnya yang asli.

 

 

Menjadi rendah pada pemandangan bangsa-bangsa, mereka yang pernah dikenal sebagai yang diistimewakan Surga di atas semua bangsa lain di bumi harus belajar dalam pengungsian pelajaran tentang penurutan yang begitu penting untuk kebahagiaan mereka di masa yang akan datang. Sebelum mereka selesai mempelajari pelajaran ini, Allah tidak dapat melakukan bagi mereka apa yang ingin dilakukan-Nya. “Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah.” Ia memaklumkan dalam keterangan tentang tujuan-Nya untuk menghukum mereka demi kebaikan kerohanian mereka. Yeremia 30:11. Namun mereka yang menjadi sasaran kasih-Nya yang lembut itu tidak akan ditelantarkan selama-lamanya; di hadapan segala bangsa di bumi Ia akan menunjukkan rencana-Nya untuk mendatangkan kemenangan dari apa yang tampaknya kekalahan, untuk menyelamatkan bukan untuk membinasakan. Kepada nabi itu pekabaran diberikan—–PR 274.1 (Pelajaran yang dimaksud adalah pengungsian bangsa Yehuda ditawan dalam penjajahan bangsa kapir)

 

BERPISAH/TIDAK BERSEKUTU DENGAN DUNIA

 

……..“Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka,” Allah telah berfirman; dan mereka yang baru saja membaktikan diri mereka sendiri kepada Tuhan di mezbah yang didirikan di depan reruntuhan bait suci-Nya, menyadari bahwa garis pembatas antara umat-Nya dan dunia selalu harus dijaga dengan jelas tidak dapat salah. Mereka tidak mau mengadakan persekutuan dengan orang-orang yang walaupun mengetahui akan syarat-syarat dalam hukum Allah, tetapi tidak mau menyerah pada tuntutan-tuntutannya.     —–PR 329.3

Prinsip-prinsip yang dibentangkan dalam buku Ulangan sebagai petunjuk kepada orang Israel harus diikuti oleh umat Allah sampai masa kesudahan. Kemakmuran sejati bergantung atas hubungan perjanjian kita dengan Allah selama-lamanya. Kita tidak akan dapat mengadakan pemaduan prinsip dengan jalan mengadakan persekutuan dengan orang-orang yang tidak takut kepada-Nya. —–PR 330.1

Ada bahaya yang tetap bahwa orang-orang yang mengaku Kristen akan datang kepada pemikiran bahwa supaya dapat mempengaruhi orang-orang duniawi, maka mereka sampai kepada suatu hal yang tertentu mengadakan penyesuaian dengan dunia. Karena meskipun jalan yang seperti itu tampaknya dapat memberikan keuntungan-keuntungan besar, hal itu akan berakhir dengan kerugian rohani. Terhadap pengaruh halus yang berusaha masuk dengan sarana bujuk rayu dan pujian dari musuh-musuh kebenaran, umat Allah harus berjaga-jaga dengan ketat. Mereka adalah pengembara dan orang asing di dunia ini, yang menempuh suatu jalan yang penuh dengan bahaya. Terhadap alasan yang sangat masuk akal dan rayuan memikat yang diulurkan untuk menggoda dari kesetiaan, mereka tidak boleh memperhatikannya. ——PR 330.2

Bukanlah musuh-musuh yang terang-terangan dan berterus terang dalam pekerjaan Allah yang sangat ditakuti. Mereka yang sama seperti musuh orang-orang Yehuda dan Benyamin, yang datang dengan kata-kata halus dan pembicaraan yang baik, muncul untuk mencari persahabatan dan persekutuan dengan anak-anak Allah, mempunyai kuasa yang lebih besar untuk menipu. Terhadap orang-orang yang demikian setiap jiwa harus waspada, jangan sampai orang-orang yang bersembunyi diam-diam dan pintar memasang perangkap menangkapnya tanpa sadar. Dan terutama sekarang, sementara sejarah dunia hendak berakhir, Tuhan menuntut dari anak-anak-Nya suatu ketekunan yang tidak mengenal kesantaian. Tetapi walaupun pergumulan tidak putus-putusnya, tidak ada orang yang dibiarkan bergumul sendirian. Malaikat-malaikat menolong dan melindungi mereka yang berjalan dengan rendah hati di hadapan Allah. Belum pernah Tuhan kita mengkhianati orang yang berharap pada-Nya. Bilamana anak-anak-Nya datang mendekat kepada-Nya meminta perlindungan dari kejahatan, dengan kasih dan sayang Ia mengangkat bagi mereka suatu standar melawan musuh itu. Janganlah menyentuh mereka, Firman-Nya, karena mereka adalah milik-Ku. Aku telah mengukirkan mereka di atas telapak tangan-Ku.——PR 330.3

 

Catatan:

  1. Kata-kata: PENGARUH HALUS…… BUJUK RAYU dan PUJIAN, memperlihatkan bahwa setan tidak bekerja secara terang-terangan,  tetapi secara HALUS tidak dirasa/diduga/disangka-sangka,
  2. Kata-kata BUJUK RAYU artinya….. Metode yang setan pakai melalui kaki tangannya jelas TIDAK DILAKUKAN DENGAN KETEGASAN….. IA TENTUNYA DENGAN METODE MARKETING YANG MEMIKAT dan cara tersebut akan kita lihat dari BUAH-NYA, cara Yohanes Pembabtis dan Victor T. Houteff yang tegas (bisa dilihat disurat-suratnya – baca buku surat-surat dari VH Jezreel HB)  tidak akan ditemukan dalam diri agen-agennya,
  3. Hati-hati dengan PUJIAN/SANJUNGAN, ini juga cara halus yang dibuat setan sebagai air semburan naga yang menghanyutkan,
  4. Kemudian:…….. ALASAN YANG MASUK AKAL… ..kita tidak boleh memperhatikannya, maksudnya bagaimana ini?….. dari kata-kata ini kita dituntun memahami petunjuk Ellen G. White lainnya, yaitu Testimonies to Ministers p. 300 :

“Marilah kuberitahukan kepadamu, bahwa Tuhan akan bekerja dalam tugas yang terakhir ini dalam suatu cara yang sangat berbeda daripada yang biasanya, dan dalam suatu cara yang akan bertentangan dengan setiap perencanaan manusia. Akan ada kelak orang-orang di antara kita yang selalu ingin mengontrol pekerjaan Allah, untuk mengatur bahkan sampai dengan pergerakan-pergerakan apa saja, yang hendak dibuat sewaktu pekerjaan bergerak maju di bawah pengarahan dari malaikat itu, yang bergabung dengan malaikat yang ketiga dalam pekabaran untuk diberitakan kepada dunia. Allah akan menggunakan berbagai cara dan sarana oleh mana iaitu akan tampak, bahwa Ia sedang memegang kendali pemerintahan di dalam tanganNya sendiri. Para pekerja akan dibuat kagum oleh sarana-sarana yang sederhana, yang akan digunakanNya untuk memulai dan menyempurnakan pekerjaan pembenaranNya.”

Artinya dari sini menunjukkan bahwa PEKERJAAN YG TERAKHIR INI YANG TUHAN PERSIAPKAN ADALAH SAMA DENGAN AIR BAH YANG LALU….. YAITU T I D A K   M A S U K    A K A L,…… .jadi agumentasi-argumentasi teman yang berbeda dengan kita yang menggunakan logika-logika berpikir MASUK AKAL yang cenderung dipengaruhi pandangan umum yang dipegang di masyarakat, dan mengabaikan petunjuk-petunjuk yang sudah diberikan oleh Roh Nubuatan, pada dasarnya hanya mengulangi argumen-argumen penolakan orang orang di zaman air bah yang lalu,  dan KITA DIINGATKAN UNTUK HARUS TIDAK TERPENGARUH DAN DILARANG MEMPERHATIKANNYA,

  1. Khusus untuk yang terakhir pengumpulan/kelepasan 144000 dilaksanakan Tuhan…… kembali lagi tidak sejalan dengan ILMU PENGETAHUAN. Ellen G. White mengatakan:

Marilah kita beralih kepada firman Allah untuk memperoleh bimbingan. Marilah kita mencari “Demikianlah firman Tuhan.” Kita telah cukup memiliki metode-metode manusia. Pikiran yang hanya dilatih dalam ilmu duniawi tidak akan dapat mengerti ihwal Allah; tetapi pikiran yang sama, yang bertobat dan disucikan, akan melihat kuasa Ilahi di dalam Firman itu. Hanya pikiran dan hati yang dibersihkan oleh penyucian Roh yang dapat mengerti akan hal surgawi. —-PI 271.4

 

 

NASIHAT UNTUK WAKTU YANG TAMPAKNYA LAMA, KEMUNGKINAN PATAH SEMANGAT TERJADI

 

Iman yang menguatkan Habakuk dan semua orang yang suci dan benar pada hari-hari kesukaran yang sengit itu adalah iman sama yang menunjang umat Allah sekarang. Pada saat-saat yang paling gelap, di bawah keadaan yang sangat menakutkan, orang-orang Kristen yang percaya dapat melindungkan jiwanya pada sumber segala terang dan kuasa. Hari demi hari, melalui iman pada Allah, pengharapan dan keberaniannya dapat dibarui. “Orang yang benar itu hidup oleh percaya.” Pekerjaan Allah tidak mengenal patah semangat, keragu-raguan dan ketakutan. Maka Tuhan akan memenuhi pengharapan-pengharapan tertinggi orang-orang yang menaruh kepercayaan mereka pada-Nya. Ia akan memberi mereka hikmat untuk menghadapi bermacam-macam kebutuhan mereka yang mendesak. Mengenai jaminan berlimpah-limpah yang diadakan bagi setiap jiwa yang ditimpa pencobaan, rasul Paulus memberikan kesaksian yang mengesankan. Kepadanyalah diberikan kepastian Ilahi, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu: sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Dengan perasaan hormat dan yakin hamba Allah yang ditimpa pencobaan itu menjawab: “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” 2 Korintus 12:9, 10. —–PR 222.1

Kita harus memegang dan menumbuhkan iman yang olehnya para nabi dan rasul telah bersaksi–iman yang berpegang pada janji-janji Allah dan yang menunggu kelepasan pada waktu dan cara yang telah ditentukan-Nya. Perkataan nubuat yang pasti akan menemukan kegenapannya yang terakhir pada kedatangan Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus kita yang mulia itu, sebagai Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuan. Waktu menunggu mungkin tampaknya lama, jiwa mungkin ditindas oleh keadaan-keadaan yang membuat putus asa, banyak orang yang tadinya mempunyai keyakinan mungkin akan jatuh di jalan; tetapi dengan nabi yang telah memperlihatkan ketabahan untuk membangkitkan semangat Yehuda pada zaman kemurtadan yang tiada bandingannya, marilah kita dengan yakin menyatakan, “Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi.” Habakuk 2:20. Marilah kita selalu ingat akan pekabaran yang menggembirakan itu, “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. . . . Orang yang benar itu akan hidup oleh percaya.” Ayat 3, 4. —–PR 222.2

 

Bagaimana gencarnya usaha orang-orang Samaria dahulu menghalangi orang Yahudi membangun kembali bait suci Yerusalem, merupakan gambaran contoh bagi contoh saingan di masa akhir zaman penghalang pembangunan dan reformasi terlaksana

Ini adalah suatu zaman yang merupakan kesempatan luar biasa bagi orang-orang Yahudi. Wakil-wakil surga yang tertinggi sedang bekerja pada hari para raja, dan adalah bagian umat Allah bekerja dengan mengerahkan segenap tenaga melaksanakan perintah Koresy. Mereka tidak boleh mengecilkan usaha untuk memulihkan bait suci dan upacara-upacaranya, dan untuk membangun kembali keadaan mereka dalam rumah mereka di Yehuda. Tetapi pada hari kuasa Allah dinyatakan ternyata banyak orang yang enggan. Perlawanan musuh mereka kuat dan hebat, dan lambat laun para pembangun kehilangan semangat. Ada orang yang tidak dapat melupakan pemandangan pada peletakan batu dasar, ketika banyak orang yang memberikan kesan kurangnya keyakinan mereka dalam pembangunan ini. Dan ketika orang-orang Samaria sudah semakin berani, banyak orang Yahudi bertanya-tanya apakah telah tiba waktunya yang tepat untuk membangun kembali. Perasaan itu segera tersebar luas. Banyak dari para pekerja menjadi putus asa dan patah semangat, kembali ke rumah mereka dan kembali mencari nafkahnya seperti biasa. ——PR 331.2

 

Selama pemerintahan Kambises pekerjaan pembangunan bait suci maju pelahan-lahan. Dan selama pemerintahan Smerdis palsu (yang disebut Artahsasta dalam Ezra 4:7) orang-orang Samaria membujuk penipu yang sangat jahat untuk mengeluarkan perintah yang melarang orang-orang Yahudi membangun kembali bait suci dan kota mereka. Selama satu tahun lebih bait suci itu terbengkalai dan hampir saja dilupakan. Orang-orang tinggal di rumah mereka dan berusaha mencapai kemakmuran sementara, tetapi keadaan mereka menyedihkan. Bekerja dengan sekuat tenaga, mereka tidak menjadi makmur. Unsur-unsur alam tampaknya bersekutu melawan mereka. Oleh karena mereka telah membiarkan bait suci itu terlantar, maka Tuhan mendatangkan ke atas tanah mereka musim kemarau yang tidak menghasilkan. Allah telah memberi kepada mereka buah-buah di ladang dan kebun, gandum dan anggur dan minyak, sebagai suatu tanda kebaikan-Nya, tetapi oleh karena mereka telah menggunakan pemberian yang berlimpah-limpah ini dengan begitu mementingkan diri, maka berkat-berkat itu diangkat. —–PR 332.1

 

Begitulah keadaan yang berlaku selama bagian permulaan pemerintahan Darius Hystapes. Baik secara rohani maupun secara jasmani, orang-orang Israel sedang dalam keadaan yang menyedihkan. Begitu lama mereka telah bersungut dan bimbang, begitu lama mereka telah menetapkan menjadikan kepentingan-kepentingan pribadi yang nomor satu, sedangkan memandangi dengan perasaan acuh bait suci Tuhan yang dalam keadaan hancur, bahwa banyak yang telah kehilangan pandangan terhadap rencana Allah mengembalikan mereka ke Yehuda, dan inilah yang dikatakan, “Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!” Hagai 1:2. —–PR 332.2

 

Tetapi walaupun demikian saat yang gelap ini bukan tanpa pengharapan bagi mereka yang berharap pada Allah. Nabi Hagai dan Zakharia diangkat untuk menghadapi krisis ini. Dalam menggerakkan kesaksian utusan-utusan yang ditunjuk ini mengungkapkan kepada orang banyak penyebab kesulitan mereka. Kurangnya kemakmuran jasmaniah adalah akibat kelalaian menaruh kepentingan Allah yang nomor satu, kata nabi-nabi itu. Sekiranya orang-orang Israel telah menghormati Allah, sekiranya mereka telah menunjukkan penghormatan dan penghargaan yang layak kepada-Nya, dengan menjadikan pembangunan rumah-Nya sebagai pekerjaan mereka yang nomor satu, maka mereka akan dapat mendatangkan hadirat dan berkat-Nya. —–PR 332.3

 

Pengalaman Zerubabel, Ezra dan Nehemia dalam membangun kembali bait suci Yerusalem gambaran pekerjaan pemulihan kerohanian pada hari-hari terakhir

 

Pekerjaan pemulihan dan pembaruan yang dilaksanakan orang-orang yang pulang dari pembuangan, di bawah kepemimpinan Zerubabel, Ezra dan Nehemia, memberikan suatu gambaran pekerjaan pemulihan kerohanian yang harus dilakukan pada hari-hari terakhir sejarah dunia ini. Sisa orang Israel adalah bangsa yang lemah, terbuka untuk diporak-porandakan oleh musuh-musuh mereka; tetapi melalui mereka Allah bermaksud menyediakan di bumi suatu pengetahuan tentang diri-Nya sendiri dan hukum-Nya. Mereka adalah para penjaga perbaktian yang sejati, para pemelihara hukum-hukum yang suci. Bermacam-macam pengalaman yang menimpa mereka sementara mereka membangun kembali rumah Allah dan tembok Yerusalem; perlawanan yang kuat mereka harus hadapi. Pikulan-pikulan berat dikenakan oleh para pemimpin dalam pekerjaan ini; tetapi orang-orang ini bergerak maju dengan keyakinan yang tidak goyah, dengan roh kerendahan hati, dan dengan teguh bergantung kepada Allah, sambil percaya bahwa Ia akan membawa kebenaran-Nya kepada kemenangan. Sama seperti raja Hizkia, Nehemia “berpaut kepada Tuhan, tidak menyimpang daripada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah Tuhan . . . . Maka Tuhan menyertai dia.” 2 Raja-raja 18:6, 7.—-PR 393.1

 

Dengan demikian para pembangun tidak dibiarkan berjuang sendirian; “Mereka didampingi dan dibantu oleh nabi-nabi Allah;” dan Tuhan semesta alam Sendiri telah memaklumkan, “Kuatkanlah hatimu, . .. bekerjalah: sebab Aku ini menyertai kamu.” Ezra 5:2; Hagai 2:5. Dengan hati yang bertobat dan kemauan untuk maju dengan iman, datanglah janji untuk kemakmuran jasmaniah. “Mulai dari hari ini,” Tuhan telah memaklumkan, “Aku akan memberi berkat!” Ayat 20. Kepada Zerubabel pemimpin mereka–ia yang sepanjang tahun-tahun sejak mereka kembali dari Babel, mendapat pencobaan yang begitu sengit–diberi suatu pekabaran yang sangat indah. Harinya sudah tiba, kata Firman Tuhan, apabila segala musuh umat pilihan-Nya akan ditumbangkan. “Pada waktu itu, demikianlah Firman Tuhan semesta alam, Aku akan mengambil engkau, hai Zerubabel, hamba-Ku, . . .dan akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih.” Ayat 24. Kini gubernur Israel dapat melihat arti pemeliharaan yang telah memimpinnya melalui keputusasaan dan kebimbangan; ia dapat mengenal maksud Allah dalam kesemua hal itu. Perkataan kepada Zerubabel secara pribadi ini telah menjadi catatan untuk memberi dorongan kepada anak-anak Allah dalam setiap zaman. Allah mempunyai suatu maksud dengan mengirim pencobaan kepada anak-anak-Nya. Ia tidak pernah memimpin mereka terbalik daripada yang mereka tetapkan untuk dituntun jikalau mereka dapat melihat akhir dari permulaan, dan mengerti kemuliaan rencana yang mereka sedang genapi. Semua yang Ia kenakan ke atas mereka berupa ujian dan pencobaan adalah supaya mereka menjadi kuat untuk bekerja dan menderita bagi-Nya. —–PR 335.1

 

Pekabaran-pekabaran yang diberikan oleh Hagai dan Zakharia membangkitkan semangat orang banyak untuk mengerahkan setiap usaha yang dapat dilakukan untuk pembangunan kembali bait suci itu; tetapi sementara mereka bekerja, dengan sedih mereka menghadapi bahaya dari orang-orang Samaria dan orang-orang lain yang merencanakan banyak rintangan. Pada suatu kejadian para pegawai propinsi dalam kerajaan Media-Persia mengunjungi Yerusalem dan menanyakan nama orang yang telah memberikan kuasa untuk memulihkan bangunan itu kembali. Jikalau pada waktu itu orang-orang Yahudi tidak berharap dalam bimbingan Allah, maka orang-orang yang bertanya ini akan mengakibatkan bahaya bagi mereka. “Tetapi mata Allah mengamat-amati para tua-tua orang Yahudi, sehingga mereka tidak dipaksa berhenti oleh orang-orang itu sampai ada berita diterima oleh Darius.” Ezra 5:5. Para pegawai pemerintah itu mendapat jawaban dengan begitu bijaksana sehingga mereka memutuskan menulis surat kepada Darius Hystapes, kemudian raja Media-Persia, perhatiannya terarah kepada perintah asli yang dibuat oleh Koresy, yang memerintahkan bahwa rumah Allah di Yerusalem harus dibangun kembali, dan bahwa pembiayaan untuk hal itu dibayar dari perbendaharaan kerajaan. ——PR 335.2

 

 

HASIL SEKOLAH MANUSIA HARUS DIGANTI PENDIDIKAN KHUSUS PERSIAPAN MILIK TUHAN

 

Buku Tanya Jawab buku 5 pertanyaan no. 108:

Adalah suatu, kenyataan yang terkenal bahwa sebagai pedoman pada umumnya orang-orang yang sangat terpelajar adalah orang-orang yang paling ragu-ragu untuk menerima injil  Kristus, dan tergolong orang-orang yang paling terakhir dalam menyesuaikan langkah dengan Kebenaran. Dalam hal ini lebih dari pada di sesuatu yang lain berlakulah kata-kata yang berbunyi : “Berbahagialah kamu yang miskin, karena milik kamulah kerajaan Allah itu.” Lukas 6 : 20.

————————————————————————————————————————————–

MUSA

Dalam segala hal, Musa telah menjadi seorang pria yang hebat. Sebagai seorang penulis, sebagai pimpinan militer, dan seorang ahli filosofi, ia tidak ada bandingannya. Kesukaan kepada kebenaran dan keadilan telah menjadi dasar dari tabiatnya dan telah menghasilkan kesetiaan pada tujuan yang tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan dari mode, opini atau pencapaian kesenangan. Kesopansantunan, kerajinan, dan kepercayaan teguh pada Allah memadai kehidupannya. Ia muda dan penuh semangat, berlimpah energi dan kekuatan. Ia sangat bersimpati terhadap penderitaan saudara-saudaranya, dan jiwanya bergejolak dengan satu keinginan untuk melepaskan mereka. Tentu saja, kelihatan bagi hikmat manusia bahwa ia dalam segala hal cocok untuk tugas ini.

Tetapi Allah tidak melihat apa yang dilihat manusia; cara-caraNya bukanlah cara-cara kita. Musa belum dipersiapkan untuk menjalankan tugas besar ini, bangsa itupun belum siap untuk kelepasan. Ia telah dididik di sekolah Mesir, tetapi ia masih harus melalui sekolah disiplin yang keras sebelum ia memenuhi syarat untuk tugas suci itu. Sebelum ia sukses memerintah kumpulan besar orang Israel, ia harus belajar untuk menurut, pengendalian diri. Selama empat puluh tahun ia menjalani masa istirahat di padang belantara, agar dalam kehidupannya yang tak menonjol, dalam pekerjaan rendahan menjaga domba-domba, ia dapat memperoleh kemenangan menaklukkan hawa nafsunya sendiri. Ia harus belajar berserah sepenuhnya pada kehendak Allah sebelum ia dapat mengajarkan kehendak itu kepada bangsa yang besar.

Makhluk-makhluk fana tentunya tak tahan dengan empat puluh tahun pelatihan di tengah pengunungan Midian, karena menganggapnya sebagai kehilangan waktu sangat lama. Namun Ia yang Mahabijaksana menempatkan dia yang kelak akan menjadi pelepasan bangsanya dari perbudakan, selama periode ini agar mengembangkan kejujurannya, visinya, kesetiaan dan kepeduliannya, dan kemampuannya untuk mengidentifikasi dirinya sendiri dengan kebutuhan para dombanya yang bisu. Mereka yang diberikan tanggung jawab penting oleh Allah tidak dibesarkan dalam kemudahan dan kemewahan; para nabi agung, para pimpinan dan hakim yang ditunjukkan Allah, adalah mereka yang memiliki karakter yang dibentuk oleh kenyataan -kenyataan hidup yang pahit.

Allah tidak memiliki orang-orang yang bekerja bagiNya dari satu model dan satu watak saja, tetapi individu-individu dengan berbagai tabiat. —–Sign of the Times, 19 Feb 1880

 

PAULUS

Paulus adalah seorang pembicara yang fasih. Sebelum pertobatannya ia sering mencoba mengesankan para pendengarnya tentang fasihnya ia berpidato. Tetapi sekarang ia mengesampingkan segala perkara ini. Gantinya menurutkan lukisan sastra dan gambaran yang aneh, yang dapat menyenangkan perasaan dan memberi makan kepada angan-angan, tetapi tidak akan menjamah pengalaman sehari-hari, Paulus berusaha dengan menggunakan bahasa yang sederhana untuk menjelaskan kepada hati akan kebenaran-kebenaran yang sangat penting. Gambaran yang aneh akan kebenaran boleh menyebabkan kegembiraan perasaan yang luar biasa, tetapi terlalu sering kebenaran yang dipersembahkan dengan jalan ini tidak mencukupi makanan yang perlu untuk menguatkan dan meneguhkan orang-orang percaya untuk pertempuran kehidupan. Keperluan-keperluan yang segera, ujian-ujian yang sekarang, dari jiwajiwa yang bergumul, hal ini harus dipenuhi dengan nasihat yang sehat dan praktis di dalam prinsip-prinsip dasar Kekristenan.—-KR 212.3 

 

Dalam suratnya yang pertama, Paulus menunjuk kepada cara kerjanya di antara orang-orang Tesalonika. la menyatakan bahwa ia tidak berusaha untuk mencari orang bertobat melalui penipuan atau tipu muslihat. “Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. Karena kami tidak pernah bermulut manis hal itu kami ketahui dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi Allah adalah saksi juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. Tetapi kami berlaku ramah antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawat anak-anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.”—-KR 216.4

“Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi—dan memang sungguh-sungguh demikian-sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.” “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.”—-KR 217.2

 

Selama satu setengah tahun yang digunakan oleh Paulus di Korintus, ia bermaksud untuk mempersembahkan Injil dalam kesederhanaannya. “Aku tidak datang dengan kata-kata yang indah” di Korintus; “tetapi dengan takut dan gentar, dan “dengan keyakinan akan kekuatan Roh telah ia nyatakan “kesaksian Allah,” bahwa mereka “jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” 1 Korintus 2:1, 4, 5.—-KR 228.1

 

PERINGATAN

 

Apabila Allah memulai membinasakan bangsa-bangsa, Ia akan mencurahkan ke atas umat kesucian-Nya Roh rahmat, maka mereka kemudian akan betul-betul meratap sebab berdosa melawan Tuhan. Adalah karena manusia kini tidak memiliki Roh itu sehingga perasaan pribadinya adalah mudah sekali tersinggung karena hanya sesuatu perkara kecil dibuat melawan mereka. Dan karena Roh rahmat itu membuat seseorang menangis bukan bagi dirinya sendiri, maka dapatlah dimengerti, bahwa mengasihani diri sendiri, dan merasa dilukai karena orang lain berbuat atau mengatakan melawan dia adalah pertanda yang pasti, bahwa gantinya diisi dengan Roh rahmat ia telah diisi dengan roh si jahat, yang setiap hari berusaha mengecewakan dan menyakiti dengan cara mengasihani diri sendiri. Ingatlah, bahwa mengasihani diri sendiri adalah sekaligus kekalahan diri sendiri. Tidak seorang pun dari kita pernah disia-siakan seperti Tuhan, namun “diri sendiri” di dalam Dia itu tidak pernah terluka.——Amaran Sekarang jld 1 No. 9

 

 

ANALISA MENGISI LAMBANG MASA PERALIHAN / LAMBANG CONTOH 40 TAHUN/HARI

 

Dari beberapa lambang masa peralihan atau suatu masa persiapan sebelum penugasan penting pengalaman umat-umat Allah, kita coba menganalisa dari 2 orang contoh yang Tuhan persiapkan sebelum penugasannya, yaitu Musa dan Yohanes pembabtis.

Bila kita cermati dalam pengalaman Musa dan Yohanes Pembabtis tidak keseluruhan 40 tahun dan 30 tahun mereka keseluruhannya adalah  satu jenis PENDIDIKAN MENJADI MANUSIA BARU, ternyata haruslah kita membaginya menjadi 2 bagian, yaitu saat meninggalkan manusia lama, meninggalkan/menghindari/menjauhi/merubah semua kebiasaan, gaya hidup, perhatian, kesukaan, minat, kecintaan, pemakluman terhadap kesalahan, kesemuanya itu kita dapat simpulkan sebagai BAGIAN PERTAMA,

Kemudian BAGIAN KEDUAnya adalah

Penyesuaian diri dengan semua tuntutan, proses membiasakan diri dengan gaya hidup baru, pikiran baru, perhatian baru.

Kapan bagian pertama Musa dan Yohanes pembabtis lakukan?……jawabannya adalah di AWAL PENDIDIKAN 40 TAHUN Musa meninggalkan Mesir atau 30 TAHUN Yohanes pembabtis meninggalkan pergaulan dan keluarganya. Lalu setelah Musa tinggal dipadang belantara dan Yohanes di padang gurun barulah mereka memasuki tahapan bagian kedua dari pendidikannya, yaitu Penyesuaian diri. Jadi Musa dan Yohanes bukan selama 40 tahun atau 30 tahun belajar meninggalkan  kesemua gaya hidup lamanya, jatuh bangun mereka jadi bukanlah dalam hal meninggalkan, akan tetapi dalam hal menyesuaikan, karena bila kita mau cermati adalah 2 hal yang berbeda jatuh bangun pada bagian meninggalkan dan jatuh bangun pada bagian penyesuaian, jatuh bangun pada tahap meninggalkan cenderung mengarah kepada kekalahan, tetapi bila sudah masuk dibagian  penyesuaian diri, kecenderungan kekalahan lebih kecil dan potensi untuk sepenuhnya sesuai jauh lebih besar dibandingkan bila orang masih di tahapan atau bagian meninggalkan.

Dari pengalaman Musa dan Yohanes Pembabtis tergambarkan hal tersebut, yaitu tahapan “meninggalkan” mereka lakukan di awal dari pendidikan 40 tahun dan 30 tahunnya bukan diakhir atau dipertengahan, jadi masa terpanjang dari waktu 40 tahun dan 30 tahun mereka adalah tahapan “penyesuaian diri”, dan oleh karena kepada kita dicontoh dan contoh saingankan, maka seharusnya sekarang ini kita sebagai siswa yang sama dari tahapan pendidikan persiapan pekerjaan besar yang akan dibebankan kepada kita, bukanlah diisi dengan bertele-tele, tawar-tawar atau menciptakan maaf-maaf, melainkan berjuang “menyesuaikan” menjadi manusia yang baru, bukan terus mempertahankan manusia lama kita.


Tahap terpanjang dari pendidikan persiapan adalah penyesuaian diri atau membiasakan diri dengan gaya hidup, prilaku, kebiasaan, budaya baru. Dibutuhkannya waktu panjang karena selain meninggalkan manusia lama kita, kepada kita juga harus diperoleh jaminan bahwa kita tidak akan kembali lagi jatuh, sebagaimana kata-kata Ellen G. White:

Tetapi orang-orang yang menunggu untuk melihat perubahan magis dalam karakter mereka tanpa menjalankan usaha untuk mengalahkan dosa, akan kecewa. Kita tak punya alasan untuk takut sementara menatap Yesus, tak ada alasan untuk ragu melainkan percaya bahwa Dia dapat menyelamatkan sepenuhnya semua orang yang datang kepadaNya; tetapi kita boleh tetap takut kalau tabiat kita yang lama akan kembali merajalela, sehingga musuh itu akan memikirkan perangkap dimana kita akan kembali menjadi tawanannya. Kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, sebab adalah Allah yang bekerja di dalam dirimu untuk menghendaki dan melakukan kesenangan baikNya.  Dengan kekuatan kita yang terbatas kita dapat suci dalam ruang lingkup kita sebagaimana Allah adalah suci dalam ruang lingkupNya. Pada tingkatan kemampuan kita, kita harus membuat manifestasi kebenaran dan kasih serta keunggulan karakter ilahi. Sebagaimana lilin mendapat tanda cetakan dari meterai, demikian pula jiwa memperoleh cetakan dari Roh Allah dan memegang teguh gambaran Kristus.  ——Maranatha 7 Agustus 227.2

 

Mereka yang hanya sedikit melatih imannya sekarang, berada dalam bahaya yang sangat besar untuk jatuh ke bawah kuasa penipuan Setan dan perintah pemaksaan hati nurani. Dan walaupun mereka tahan terhadap ujian itu, mereka akan terjerumus ke dalam kesusahan dan penderitaan yang lebih dalam pada waktu kesesakan itu, sebab mereka tidak membiasakan diri percaya kepada Allah. Pelajaran-pelajaran iman yang telah mereka lalaikan, terpaksa mereka harus pelajari di bawah tekanan keputusasaan yang hebat. Kita harus membiasakan diri sekarang dengan Allah dengan cara membuktikan janji-janji-Nya. Malaikat-malaikat mencatat setiap doa yang tekun dan sungguh-sungguh. Memang baik kita melakukan kepentingan diri kita namun tidak melalaikan persekutuan dengan Allah, yang paling dalam, penyangkalan diri yang paling besar dengan persetujuan-Nya adalah lebih baik daripada kekayaan, kehormatan, kesenangan dan persahabatan tanpa persetujuan-Nya. Kita harus mengambil waktu untuk berdoa. Jikalau kita membiarkan pikiran kita disibukkan oleh penarikan-penarikan dunia ini, mungkin Tuhan akan memberikan waktu bagi kita untuk membuangkan dari kita berhala-berhala emas, rumah, atau tanah-tanah yang subur. —-KA 655.2

 

Tabiat tidak dibentuk oleh kesempatan. Tidak pula ditentukan oleh satu ledakan amarah yang tiba-tiba, selangkah yang mengarah pada tujuan yang salah. Hal itu merupakan tindakan yang diulang-ulangi sehingga menjadi kebiasaan lalu membentuk tabiat untuk kebaikan  atau kejahatan.—–Kasih Karunia Allah Bagi Setiap Insan sub judul Pengaruh Kasih Karunia 4 Agustus hal 238

 

Adalah … dengan mengulang-ulangi perbuatan maka tabiat itu dibentuk dan tabiat dikuatkan —-MABJ 209.2

 

Jika jiwa dimurnikan dan dimuliakan, dan dibuat sedemikian rupa sesuai dengan pengadilan surga, ada dua hal yang harus dipelajari yaitu pengorbanan diri dan pengendalian diri. Beberapa orang mempelajari pelajaran penting ini lebih mudah dari yang lain, karena mereka telah dilatih oleh disiplin sederhana yang diberikan Tuhan dalam kelembutan dan kasih. Yang lainnya membutuhkan disiplin penderitaan yang lebih lambat, sehingga api penyucian akan memurnikan hati mereka dari kesombongan dan kebergantungan pada diri sendiri, dari hasrat keduniawian dan cinta akan diri sendiri, sehingga tabiat yang benar akan muncul dan mereka akan menjadi pemenang melalui kemurahan Kristus.—IP145. 2

 

Dengan demikian  bukanlah sekedar perubahan-perubahan sementara yang berpotensi akan dapat kembali lagi ke dalam sifat dan karakter manusia lama kita…..melainkan perubahan SECARA PERMANEN dan itulah AKHIR DARI PENDIDIKAN PERSIAPAN LAMBANG 40 TAHUN, 40 HARI ATAUPUN 30 HARI, yaitu DISELAMATKAN DARI DOSA bukan DALAM DOSA.


Dalam pendidikan 40 tahun atau 30 hari tersebut, kita harus menjadikan diri kita melihat setiap pelanggaran hukum adalah sesuatu yang MENJIJIKAN bukan sebaliknyanya membela dan mencintainya lagi sebagaimana sebelumnya.

Ilustrasi contoh untuk mudah dipahami adalah seperti perjalanan vegetariannya kita…… dahulu sebagian dari kita pemakan daging, mencintai makanan daging tersebut, bagaimana pada awal-awalnya meninggalkan dan bandingkan ketika kita telah lama dan telah menyesuaikan diri dengan pola makanan yang sudah tidak memakan daging, tentunya setelah meninggalkannya dan telah menjalani proses panjang kebiasaan hidup tanpa daging, maka sekarang kita sebaliknya dari dahulu, kita sekarang risih dan bahkan jijik melihat berbagai jenis makanan daging tersebut walaupun orang-orang banyak sangat menikmatinya, kita sudah tidak tergiur terhadap makanan daging tersebut…… karena apa karena KEBIASAAN KITA SUDAH BERUBAH, BUDAYA HIDUP KITA SUDAH BERBEDA, kemungkinan kembali memakan daging sudah tidak ada lagi.

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart