<< Go Back

Sabat 19 Oktober 2024

RENUNGAN PENDAHULUAN

 

Tidak peduli betapa berdosanya kita ini, apa pun posisi kita, jika kita bertobat dan percaya datang kepada Kristus, dan mempercayai Dia sebagai Juruselamat pribadi, maka kita dapat diselamatkan seutuhnya. Tetapi betapa berbahayanya posisi dia yang mengetahui kebenaran tetapi menunda mempraktekkannya. Betapa membahayakan bagi pria dan wanita yang berusaha menghibur pikiran, memuaskan cita rasa dan memuaskan pertimbangan, dengan mengabaikan apa yang telah dinyatakan sebagai tugas dan mengembara mencari sesuatu yang mereka tidak ketahui.

Yesus berkata, “Berjalanlah selagi engkau memiliki terang, kalau tidak kegelapan datang kepadamu.”…Praktekkan setiap ajaran kebenaran yang disampaikan kepadamu. Hiduplah oleh setiap kata yang keluar dari mulut Allah, lalu engkau mengikuti Yesus kemanapun Ia pergi…Tuhan tidak menolak memberikan Roh Kudus kepada mereka yang memintaNya. Ketika keyakinan datang ke hati nurani, mengapa tidak didengarkan, dan mengindahkan suara Roh Allah? Oleh setiap keragu-raguan dan penundaan, kita menempatkan diri sendiri ditempat yang lebih sulit bagi kita untuk menerima terang surga, dan akhirnya akan tidak mungkin dipengaruhi oleh nasihat dan peringatan….

Jiwa-jiwa yang pada awalnya menunda dan ragu, menolak terang dan menentangnya dengan semua pengetahuan, memiliki maksud baik untuk berubah haluan bilamana saat yang cocok tiba; tetapi musuh cerdik yang ada dijalan mereka membuat rencana mengikat mereka dengan tali yang tak terlihat yakni kebiasaan-kebiasaan jahat. Tabiat dibentuk oleh kebiasaan, dan satu langkah turun ke tengah jalannya merupakan satu persiapan untuk langkah kedua, dan langkah berikut yang akan mengikut….

Anak-anak Allah harus bersinar sebagai terang ditengah generasi yang bengkok dan suka memberontak. Tetapi bila kebiasaan baik tidak dibiasakan, maka mereka akan memberikan jalan kepada kecenderungan alamiah, dan akan menjadi berpuas diri, menyenangkan diri, sembrono, iri hati, penuh dendam, bebas, sesuka hati, keras, sombong, menyukai kesenangan daripada menyukai Allah.

Karekter Daniel merupakan sebuah ilustrasi tentang apa jadinya seorang pendosa melalui kasih karunia Kristus. Ia adalah seorang yang kuat secara intelektual dan rohani…..Roh Kudus harus tinggal dalam diri kita. Kemudian biarlah rasa syukur dan kasih berkelimpahan di dalam hatimu kepada Allah—–Review and Herald, 29 Juni 1897

 

 

BACAAN-BACAAN DARI POSTINGAN GRUP

Pemanjaan yang tidak dikendalikan dan penyakit yang diakibatkannya serta kemerosotan yang ada pada kedatangan Kristus yang pertama kalinya, akan timbul lagi, dengan keburukan yang hebat, sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali. Kristus mengatakan bahwa keadaan dunia ini akan sama seperti pada zaman sebelum air bah, dan seperti di Sodom dan Gomora. Setiap angan-angan hati akan senantiasa jahat adanya. Justru di ujung zaman yang menakutkan itulah kita hidup sekarang, maka kepada kita haruslah tertanam dengan sedalam-dalamnya pelajaran tentang puasa Juruselamat itu. Hanya oleh penderitaan yang tak terperikan yang ditanggung oleh Kristus itulah kita dapat menilai buruknya pemanjaan yang tak dikekang. Teladan yang diberikan-Nya menyatakan bahwa satu-satunya harapan kita untuk mendapat hidup kekal ialah oleh menundukkan segala selera dan nafsu kepada kehendak Allah.——-KSZ 1, 117

Catatan:

“Satu-satunya harapan kita untuk mendapat hidup kekal ialah oleh menundukkan segala selera dan nafsu kepada kehendak Allah”…… ini kata-kata yg HARUS jadi peringatan ke kita, SEGALA berarti SEMUA, berarti perhatian, minat, kesenangan, keinginan semua harus kita kendalikan dan harus diarahkan kepada Allah saja.

—————-

Pekerjaan pengudusan dimulai di dalam hati, dan kita harus masuk ke dalam hubungan yang demikian dengan Allah, sehingga Yesus dapat menaruh cetakan ilahi-Nya pada kita. Kita harus mengosongkan diri kita untuk memberi ruang bagi Yesus, tetapi betapa banyak hati kita dipenuhi dengan berhala-berhala sehingga mereka tidak memiliki ruang bagi Sang Penebus dunia. Dunia menahan hati manusia dalam tawanan. Mereka memusatkan pikiran dan kasih sayang mereka pada bisnis mereka, kedudukan mereka, keluarga mereka. Mereka berpegang pada pendapat dan cara mereka, dan menghargainya sebagai berhala dalam jiwa; tetapi kita tidak mampu untuk menyerahkan diri kita untuk melayani diri sendiri, berpegang pada cara dan ide kita sendiri, dan mengesampingkan kebenaran Allah……—– —  The Review and Herald, 23 Februari 1892

Catatan:

Kutipan ini mengajarkan kita bahwa bila kita pikiran kita dipusatkan pada bisnis kita, kedudukan, dan juga keluarga kita…..artinya kesemua itu dianggap oleh Alkitab sebagai BERHALA dalam jiwa.

—————

Agar dapat melayani Tuhan dengan cara yang berkenan, kita harus “dilahirkan kembali.” Kecenderungan alamiah kita, yang bertentangan dengan Roh Tuhan, harus disingkirkan. Kita harus dijadikan pria dan wanita baru di dalam Kristus Yesus. Kehidupan kita yang lama dan belum diperbarui harus digantikan dengan kehidupan yang baru—kehidupan yang penuh kasih, kepercayaan, dan ketaatan yang rela. Apakah Anda pikir perubahan seperti itu tidak diperlukan untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan? Dengarkan perkataan Yang Mahabesar di surga: “Kamu harus dilahirkan kembali” ( Yohanes 3:7 ). “Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” ( Matius 18:3 ). Jika perubahan itu tidak terjadi, kita tidak dapat melayani Tuhan dengan benar. Pekerjaan kita akan cacat; rencana-rencana duniawi akan dijalankan; api asing, yang tidak menghormati Tuhan, akan dipersembahkan. Kehidupan kita akan menjadi tidak kudus dan tidak bahagia, penuh dengan kegelisahan dan masalah.

Perubahan hati yang dilambangkan oleh kelahiran baru hanya dapat terjadi melalui pekerjaan Roh Kudus yang efektif. Hanya Roh Kudus yang dapat membersihkan kita dari segala kenajisan. Jika Roh Kudus dibiarkan membentuk dan menata hati kita, kita akan mampu membedakan karakter kerajaan Allah, dan menyadari perlunya perubahan yang harus dilakukan sebelum kita dapat memperoleh jalan masuk ke dalam kerajaan ini. Kesombongan dan cinta diri menentang Roh Allah; setiap kecenderungan alami jiwa menentang perubahan dari kesombongan dan keangkuhan diri kepada kelembutan dan kerendahan hati Kristus. Namun jika kita ingin menempuh jalan menuju kehidupan kekal, kita tidak boleh mendengarkan bisikan diri sendiri. Dalam kerendahan hati dan penyesalan, kita harus memohon kepada Bapa surgawi kita, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh” ( Mazmur 51:10 ). Saat kita menerima terang ilahi, dan bekerja sama dengan kecerdasan surgawi, kita “dilahirkan kembali,” dibebaskan dari pencemaran dosa oleh kuasa Kristus…..—-  The Youth’s Instructor, 9 September 1897

Catatan:

Perhatikan kata-kata: “Perubahan hati yang dilambangkan oleh kelahiran baru hanya dapat terjadi melalui pekerjaan Roh Kudus yang efektif”, …….ROH KUDUS yang dibicarakan ini bila kita kaitkan dengan petunjuk dari pengalaman murid-murid Yesus dalam 40 hari, jelas ROH KUDUS pendahuluan contoh saingan inilah yang dapat membuat calon 144000 mengalami PERUBAHAN HATI.

Jadi dari kutipan ini dan setelah kita kaitkan dengan cerita pengalaman murid-murid Yesus tersebut, kita sekarang paham …….mengapa BATISAN2 kita tidak maksimal dan cenderung TIDAK TERJADI PERUBAHAN HATI

————

Dalam pergaulan kita satu sama lain, kita harus berhati-hati supaya kita jangan melupakan Yesus, dan berjalan terus dengan tiada mengingat bahwa Ia tidak bersama kita. Apabila hati kita sudah penuh dengan hal-hal duniawi sehingga kita tidak lagi menaruh ingatan akan Dia yang dalamnya berpusat harapan kita akan hidup kekal, kita memisahkan diri kita dari Yesus dan dari malaikat-malaikat surga. Makhluk-makhluk suci tidak dapat tinggal di tempat hadirat Yesus yang tidak diingini, dan ketiadaan hadirat-Nya tidak diperhatikan. Inilah sebabnya mengapa perasaan tawar hati begitu sering dialami oleh orang-orang yang mengaku peng-ikut Kristus. ——- The Desire of Ages chapter 8

—————

… “Kita adalah milikNYA berdasarkan penciptaan dan penebusan. Tubuh bukanlah milik kita sendiri yang akan kita perlakukan sekehendak kita, untuk merusaknya dengan kebiasaan yang merosot sehingga tidak mungkin bagi kita untuk memberikan pelayanan yang sempurna kepada Allah. Hidup dan pikiran kita adalah milikNYA. Dia melindungi kita setiap saat….. Kita sepenuhnya bergantung kepada Allah….. “Kamu bukanlah milikmu sendiri, kamu sudah dibeli dengan harga tunai, “ Seharusnya tersimpan di dalam ingatan supaya kita dapat senantiasa mengakui hak-hak Allah atas talenta kita, harta benda kita, pengaruh kita dan pribadi kita. Kita perlu mempelajari bagaimana sebaiknya memperlakukan anugerah Allah dalam pikiran, tubuh dan jiwa agar kita dapat memberikan pelayanan yang baik dan sehat kepada NYA karena kita adalah milik-Nya.” — Petunjuk Diet dan Makanan Anda, hal. 60-61

Catatan:

Yesus bayar diri kita masing2 lunas, artinya hak kepemilikan sudah beralih, pemilik sebelumnya gak ada hak lagi. Banyak kita sdh baca kata2 ini, tapi banyak yang tidak terlalu perhatian sehingga cenderung mengira kita masih dapat melakukan sesuatu menurut pikiran kita, padahal perbuatan kita itu sudah menyerobot dari pemilik yang sah.

Jadi kalo pemilik sebelumnya (yaitu kita sendiri berikut dengan Roh pelanggaran hukum pengaruh setan) setelah dibayar lunas, coba-coba memakai tubuh ini untuk melaksanakan yang bukan kemauan pemilik yang sah, maka kita sudah  LANCANG/MENYEROBOT, dan MEMASUKI WILAYAH HUKUM ORANG LAIN.

Sehingga sekarang tubuh kita ini hanya boleh digerakan, dipakai, termasuk memikirkan hanya hal-hal yang berkenan bagi Yesus sebagai pemilik yang sah. Dan nanti di akhirnya karena sudah dibayar lunas semuanya, maka TUHAN BERHAK UNTUK MEN-YEHESKIEL 9 kan kita, baik memeteraikan sebagai hasil buah pertama atau membiarkan tanpa materai untuk menjadi sasaran malaikat-malaikat yang telah diingatkan untuk tidak memiliki rasa kasihan.

————-

“Dunia ini sedang bersiap untuk kehancurannya. Allah hanya dapat bersabar sedikit lebih lama dengan orang-orang berdosa. Mereka harus minum ampas dari cawan murka-Nya yang tidak dicampur dengan belas kasihan. Mereka yang akan menjadi ahli waris Allah dan ahli waris bersama Yesus Kristus untuk warisan kekal, akan menjadi istimewa. Ya, begitu istimewanya sehingga Allah memberi tanda pada mereka sebagai milik-Nya, sepenuhnya milik-Nya. Apakah Anda berpikir bahwa Allah akan menerima, menghormati, dan mengakui suatu umat yang begitu bercampur dengan dunia sehingga mereka hanya berbeda dari mereka dalam nama? Baca lagi Titus 2:13-15 . Akan segera diketahui siapa yang ada di pihak Tuhan, yang tidak akan malu akan Yesus. Mereka yang tidak memiliki keberanian moral untuk mengambil posisi mereka dengan hati-hati di hadapan orang-orang yang tidak percaya, dan meninggalkan gaya hidup dunia dan meniru kehidupan Kristus yang menyangkal diri, merasa malu akan Dia, dan tidak mencintai teladan-Nya”——RH 25 Juni 1861

Catatan:

Kata-kata “yang tidak akan malu akan Yesus” menunjukkan nanti itu mengikuti Yesus (dalam kebenarannya) adalah sesuatu yang MEMALUKAN, artinya akan menjadi hinaan kebenaran Tuhan itu, dan dibutuhkan KEBERANIAN MORAL untuk menerima dan mengikuti kebenaran yang berkembang, maka itu lambang calon 144000 adalah BIJI SESAWI….yaitu sesuatu yang kecil, remeh, tidak diperhitungkan, tidak disangka-sangka seperti lambang Daud yang orang tuanya tidak menduga.

Tetapi dalam kutipan ini selain MEMALUKAN, juga mengatakan MEMBUTUHKAN KEBERANIAN artinya akan ada aniaya untuk mempertahankannya, hal ini sementara belum kita lihat wujud penggenapannya, tetapi petunjuk ini merupakan ramalan, berarti kita harus siap-siap, pengalaman Petrus bisa saja terjadi kepada kita, berada dalam ancaman kejujuran dan kesetiaan kita dipertaruhkan, apakah kita juga akan menyangkal seperti Petrus, peringatan tulisan ini sudah jauh-jauh hari disampaikan agar kita mempersiapkan diri lebih matang daripada meremehkan dan berlaku percaya diri seperti Petrus dahulu.

Buku Para Nabi dan Bapa jilid 1:

Panggilan kepada Ibrahim

(Pelajaran perlunya berpisah dari dunia)

 

Uraian Kutipan

Catatan pemahaman

Latar Belakang lingkungan dan orang tua Ibrahim: 

 

Setelah tercerai-berainya manusia dari Babil, kembali penyembahan berhala merajalela hampir di segenap bumi ini, dan Tuhan akhirnya membiarkan orang-orang berdosa yang keras kepala itu mengikuti jalan mereka yang jahat, sementara la memilih Ibrahim, dari garis keturunan Sem, dan menjadikan dia sebagai pemelihara hukumNya bagi generasi-generasi mendatang. Ibrahim telah dibesarkan di tengah-tengah tahyul dan kekafiran. Sedangkan rumah tangga bapanya, yang olehnya pengetahuan akan Allah telah dipelihara, menyerah kepada pengaruh-pengaruh yang menyesatkan yang ada di sekeliling mereka, dan mereka “melayani dewa-dewa lain” gantinya Tuhan. Tetapi iman yang benar tidak dibiarkan untuk jadi musnah. Tuhan selalu memelihara satu umat yang sisa untuk melayani Dia. Adam, Set, Henokh, Metusalah, Nuh, Sem dalam satu garis yang tak terputus, dari zaman ke zaman telah memelihara kenyataan-kenyataan yang berharga dari kehendakNya. Anak Terah telah menjadi pewaris harta yang suci itu. Penyembahan berhala menggodanya dari segala penjuru tetapi tidak berhasil. Setia di antara orang-orang yang tidak setia, tak ternoda oleh kemurtadan yang tengah merajalela, ia berpegang teguh kepada penyembahan kepada satu Allah yang benar. “Tuhanpun ada hampir kepada segala orang yang berseru kepadanya, yaitu segala orang yang berseru kepadanya dengan sebenarnya.” Mazmur 145:18. Ia menyampaikan kehendakNya kepada Ibrahim, dan memberikan kepadanya satu pengetahuan yang jelas akan tuntutan-tuntutan hukumNya, dan tentang keselamatan yang akan dilaksanakan melalui Kristus. ———PB1 122.1

 

1.       Ibrahim hidup di lingkungan yang sama dengan kita sekarang ini, yaitu ditengah-tengah orang-orang dunia yang menyukai tahyul dan kekafiran,

2.       Pengalaman Ibrahim yang diceritakan oleh Ellen G. White adalah sesuatu pelajaran berharga bagi kita sebagai “generasi mendatang”, yaitu suatu gambaran pelajaran tentang PEMELIHARAAN HUKUMNYA, sehingga pengalaman Ibrahim yang diceritakan bukanlah sekedar cerita dongeng sekolah minggu pelajaran anak-anak,

3.       Terah adalah umat Allah yang sama dengan kita, yaitu umat yang telah dipercayakan pengetahuan akan Allah, namun dalam perjalanan hidupnya “menyerah” kepada pengaruh yang ada disekelilingnya,

4.       Ibrahim tidak sama dengan ayahnya, penyembahan berhala tidak berhasil menggodanya, ia setia diantara orang yang tidak setia, tidak ternoda kemurtadan yang merajalela.

5.       Ketahanan Ibrahim terhadap godaan adalah karena ia berpegang teguh kepada penyembahan kepada satu Allah yang benar.

Disini kita diperlihatkan 2 orang contoh yang tidak setia dan tetap mampu bertahan setia tidak terpengaruh dengan tawaran-tawaran kesenangan oleh lingkungan dunia sekitar.

 

 

Ibrahim disuruh keluar dari negerinya, kaum keluarga dan dari lingkungan rumah bapanya

 

 

Pekabaran dari Allah datang kepada Ibrahim, “Keluarlah engkau dari negerimu dan daripada kaum keluargamu dan dari dalam rumah bapamu, pergilah ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu kelak.” Agar supaya Allah dapat melayakkan dia bagi tugasnya yang besar sebagai pemelihara hukum-hukum yang suci itu, Ibrahim harus dipisahkan dari pergaulan masa kanak-kanaknya. Pengaruh kaum kerabat dan sahabat-sahabatnya akan menghalangi latihan-latihan yang akan Tuhan berikan kepada hambaNya. Karena Ibrahim sekarang, dengan satu cara yang istimewa mempunyai hubungan dengan sorga, ia harus hidup di antara orang-orang asing. Tabiatnya harus berbeda daripada orang-orang di dalam dunia ini. Ia sendiri tidak dapat menjelaskan segala tindakan yang telah diambilnya agar dapat dimengerti oleh sahabat-sahabatnya. Perkara-perkara rohani harus dipahami secara rohani, motif yang menggerakkan tindakannya tidak dapat dipahami oleh kaum keluarganya yang menyembah berhala-berhala itu. ——–PB1 123.1

 

Panggilan dari sorga datang kepada Ibrahim pertama kalinya pada waktu ia tinggal di “Urkasdim” dan sesuai dengan perintah itu ia pindah ke Haran. Sejauh itu keluarga bapanya ikut menemaninya, karena bersama dengan penyembahan berhala mereka telah mencampurnya dengan perbaktian kepada Allah yang benar. Ibrahim tinggal di tempat ini sampai kematian Terah. Selesai menguburkan bapanya itu, suara Tuhan memerintahkannya agar ia maju terus. Saudaranya, Nahor, bersama dengan keluarganya tetap berpegang pada rumah dan berhala-berhala mereka. Di samping Sarai, isteri Ibrahim, hanya Lut, anak daripada Haran yang sudah lama mati, memilih untuk bersama-sama dengan Ibrahim menempuh satu hidup pengembaraan. Namun demikian yang meninggalkan tanah Mesopotamia itu adalah merupakan satu kelompok yang besar. Ibrahim sudah memiliki kawanan kambing domba yang banyak, harta kekayaan dari Timur, dan ia dikelilingi oleh sejumlah besar hamba-hamba dan pelayan-pelayan. Ia tinggalkan tanah leluhurnya untuk tidak kembali lagi, dan ia telah membawa segala sesuatu yang dimilikinya, “segala orang yang telah diperolehnya di Haran.” Di antara mereka itu ada yang ikut oleh karena didorong oleh pertimbanganpertimbangan yang lebih tinggi daripada sekedar untuk melayani diri dan kepentingan-kepentingan pribadi. Selama mereka tinggal di Haran, baik Ibrahim dan juga Sarai, telah memimpin orang lain kepada perbaktian serta pelayanan akan Allah yang benar. Mereka ini mengikatkan diri kepada rumah tangga Ibrahim, dan menemaninya menuju ke tanah perjanjian. “Maka berjalanlah mereka itu sekalian hendak pergi ke tanah Kanaan; maka sampailah mereka itu ke tanah Kanaan.” ——-PB1 124.2

 

1.       Perintah kepada Ibrahim untuk keluar dari negeri, dari keluarga dan rumah bapanya adalah gambaran yang sama dengan perintah yang Tuhan juga sampaikan kepada kita di akhir zaman ini untuk terpisah dengan dunia dan bahkan dengan keluarga kita serta lingkungan kita tinggal, yaitu dalam bacaan ini “pergaulan masa kanak-kanaknya”…..artinya termasuk orang-orang terdekat sekalipun, kutipan Ellen G. White berikut memperkuatkannya:

Pekerjaan pengudusan dimulai di dalam hati, dan kita harus masuk ke dalam hubungan yang demikian dengan Allah, sehingga Yesus dapat menaruh cetakan ilahi-Nya pada kita. Kita harus mengosongkan diri kita untuk memberi ruang bagi Yesus, tetapi betapa banyak hati kita dipenuhi dengan berhala-berhala sehingga mereka tidak memiliki ruang bagi Sang Penebus dunia. Dunia menahan hati manusia dalam tawanan. Mereka memusatkan pikiran dan kasih sayang mereka pada bisnis mereka, kedudukan mereka, keluarga mereka. Mereka berpegang pada pendapat dan cara mereka, dan menghargainya sebagai berhala dalam jiwa; tetapi kita tidak mampu untuk menyerahkan diri kita untuk melayani diri sendiri, berpegang pada cara dan ide kita sendiri, dan mengesampingkan kebenaran Allah….. —  The Review and Herald, 23 Februari 1892,

2.       Pada PB1 126.3 kita diberitahu bahwa Tuhan memberikan ujian kesukaran kepada Ibrahim di dalam perjalanan keluar dari Ur Kasdim, mungkin kita bertanya mengapa Tuhan tidak membiarkan Ibrahim tetap berada di kota Ur Kasdim dan ujian diberikan disana?, jawabannya adalah yang pertama ujian yang Tuhan siapkan tidak pernah terduga oleh siswaNya, kedua ujian yang diberikan sebagaimana dijelaskan pada paragraf ini adalah untuk mematangkan siswaNya dan mempertegas “Tabiatnya harus berbeda daripada orang-orang di dalam dunia ini”, yang mana hal ini tidak akan ia dapatkan bila ia tidak keluar dari Ur Kasdim.

3.       Sesuai paragraf sebelumnya dijelaskan bahwa Ibrahim tidak sama dengan ayahnya, penyembahan berhala tidak berhasil menggodanya, ia setia diantara orang yang tidak setia, tak ternoda oleh kemurtadan, namun Tuhan tetap menyuruh Ibrahim keluar dari kota Ur Kasdim, hal ini dimaksudkan agar Tuhan memperoleh jaminan “Tabiatnya harus berbeda daripada orang-orang dunia”  mengingat ia adalah keturunan Terah yang selama ia hidup, ia telah menyerah turut terbawa pengaruh tawaran-tawaran mencampur adukan kebenaran dengan penyembahan berhala (sesuai dengan PB1 124.2), hal demikian dapat saja terjadi karena Ibrahim masih manusia berdosa dan saudaranya Nahor terbukti juga terpengaruh seperti Terah, dan selain itu pengalaman Daud menggambarkan hal demikian, yaitu awal-awalnya setia, namun lambat laun oleh sanjungan dan kekuasaan iapun dapat jatuh juga oleh mengambil istri orang lain.

4.       Sebagaimana di awal dikatakan pengalaman Ibrahim ini menjadi pelajaran bagi kita, maka jelas bila Ibrahim saja yang terbukti setia saja diperintahkan untuk keluar dari Ur Kasdim untuk menjaga tabiatnya, tentunya perintah-perintah sejenis yang sudah kita baca dari Ellen G. White dalam tulisan yang diperuntukan bagi orang-orang diperiode jam-jam terakhir adalah sangat jelas sekali diperlukan bagi kita, terlebih kita harus akui kita berbeda dengan Ibrahim yang bertahan, mayoritas kita telah memiliki kebiasaan/budaya pelanggaran hukum, hidup kita mayoritas sehari-hari mementingkan diri sendiri, kita menyukai dan mencintai kenyamanan, kenikmatan pesona dosa, sehingga bila dikelompokan, mayoritas kita berada pada karakter Terah, bukan Ibrahim. Dengan demikian kita semua harus melaksanakan perintah TERPISAH DARI DUNIA, meninggalkan sebagaimana perintah kepada Ibrahim,

5.       Apabila kita lakukan perintah keluar dari kota Ur Kasdim contoh saingan, maka sama halnya dengan Ibrahim…..orang-orang sekitar kita tidak akan mengerti alasan kita meninggalkan semua yang kita telah miliki, lalu memilih tempat lain yang tidak jelas nasib akhirnya.   

Penurutan Ibrahim yang dilaksanakan tanpa bertanya-tanya

 

“Dari sebab iman juga Ibrahim menurut tatkala dipanggil, sehingga ia keluar pergi ke satu tempat yang ia akan terima menjadi warisan; lalu keluarlah ia dengan tidak mengetahui ke mana hendak pergi.” Ibrani 11:8. Penurutan Ibrahim yang dilaksanakan tanpa bertanya-tanya itu merupakan salah satu daripada bukti-bukti yang menonjol daripada iman yang terdapat dalam seluruh Alkitab. Kepadanya iman adalah “perkara-perkara yang diharapkan dan keyakinan akan perkara-perkara yang tidak kelihatan.” Ibrani 11:1. Dengan bergantung kepada janji ilahi tanpa adanya jaminan yang dapat dilihat bahwa itu akan digenapkan, ia telah meninggalkan rumah tangga, keluarga dan kampung halaman dan pergi tidak tahu ke mana, untuk mengikut ke mana saja Allah memimpinnya. “Dari sebab iman juga ia telah menumpang di tanah yang dijanjikan seperti di tanah orang, maka duduklah ia di dalam kemah, demikian juga Ishak dan Yakub, yang sama waris dengan Dia di dalam perjanjian itu juga.” Ibrani 11:9. –——–PB1 123.2

 

Apa yang telah dihadapkan kepada Ibrahim bukanlah satu ujian yang enteng, bukan pula satu pengorbanan yang kecil yang dituntut daripadanya. Ada ikatan yang kuat yang mengikat Ibrahim kepada negerinya, keluarganya dan rumah tangganya. Tetapi ia tidak ragu-ragu untuk menurut kepada panggilan itu. Ia tidak mengemukakan pertanyaan tentang negeri perjanjian itu—apakah tanahnya subur dan udaranya menyehatkan; apakah keadaan sekelilingnya baik serta memberikan kesempatan untuk mengumpulkan kekayaan. Tuhan telah berbicara dan hambanya harus mentaatinya; baginya tempat yang paling berbahagia di atas bumi ini adalah tempat di mana Allah tentukan bagi dirinya. ———-PB1 123.3

 

1.       Pada paragraf ini kita diingatkan kembali dari pengalaman murid-murid Yesus ketika masing-masingnya dipanggil untuk menjala manusia, Ibrahim dan murid-murid Yesus dahulu adalah contoh-contoh teladan bagi kita, yaitu jangan kita mempunyai pertanyaan-pertanyaan yang biasa orang-orang dunia tanyakan, seperti bagaimana kita makan, bagaimana kita pakai, bagaimana kita tinggal, seperti yang telah disampaikan dalam Lukas 14,

2.       Dalam tulisan ini diingatkan kita untuk juga melaksanakan perintah yang diberikan Tuhan sebagaimana Ibrahim, yaitu sepenuhnya mempercayakan nasib kehidupan kepada Tuhan, walaupun tidak tampak seperti apa perjalanan di depan, kita harus meninggalkan semua kebiasan menggunakan pertimbangan-pertimbangan kita sendiri.

 

Jalan yang penuh dengan penyangkalan diri, kesukaran dan pengorbanan…. untuk merasakan kebutuhan akan pertolongan, dan bergantung hanya kepadaNya saja

 

Banyak yang masih diuji sebagaimana halnya Ibrahim. Mereka tidak mendengar suara Allah berkata-kata langsung dari sorga, tetapi Ia memanggil mereka melalui pengajaran-pengajaran sabdaNya dan peristiwa-peristiwa yang merupakan pimpinanNya. Boleh jadi mereka dituntut untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang akan mendatangkan kekayaan dan kehormatan, untuk meninggalkan pergaulan yang menyenangkan dan menguntungkan, dan berpisah dari keluarga, untuk memasuki apa yang kelihatan hanya sebagai satu jalan yang penuh dengan penyangkalan diri, kesukaran dan pengorbanan. Tuhan memberikan kepada mereka satu tugas untuk dilaksanakan; tetapi satu kehidupan yang senang-senang dan pengaruh daripada sahabat serta keluarga, akan menghalangi perkembangan tabiat yang amat dibutuhkan pelaksanaannya. Ia memanggil mereka keluar dari pengaruh-pengaruh serta pertolongan manusia, dan memimpin mereka untuk merasakan kebutuhan akan pertolonganNya, dan bergantung hanya kepadaNya saja, agar Ia dapat menyatakan DiriNya kepada mereka. Siapakah yang mau menerima tanggung jawab yang baru, dan masuk ke ladangladang yang belum pernah dimasuki serta melaksanakan pekerjaan Allah dengan sungguh-sungguh dan sukarela, dan demi untuk Kristus menghitung segala kerugian itu sebagai satu keuntungan? Ia yang mau melakukan hal ini mempunyai iman Ibrahim dan bersama-sama dengan dia akan mengambil bahagian dalam “satu kemuliaan yang kekal yang berlimpah-limpah,” dan dengan mana “sengsara yang ada sekarang ini tidak berarti apa-apa jika dibandingkan.” 2 Korintus 4:17; Rum 8:18. ——–PB1 124.1

 

Tempat di mana mereka pertama kali berhenti adalah Sikhem. Di bawah naungan pohon jati More, di lembah yang luas dan hijau dengan kebun pohon zaitunnya, serta mata air yang memancar, di antara bukit Ebal di sisi yang satu dan bukit Gerizim pada sisi yang lain, Ibrahim telah mendirikan tendanya. Adalah satu negeri yang indah serta subur yang telah dimasuki oleh Ibrahim “satu tanah tempat anak sungai dan mata air dan tasik dan yang ada pancaran air, baik di lembah baik di gunung, suatu tanah tempat gandum dan jagung dan pokok anggur dan pokok ara dan delima, suatu tanah tempat minyak zaitun dan air madu.” Ulangan 8:7, 8. Tetapi bagi penyembah-penyembah Tuhan, satu bayang-bayang gelap kelihatan menutupi bukit-bukit kayu dan padang yang subur itu. “Pada zaman itu orang-orang Kanaan tinggal di tempat itu.” Ibrahim telah tiba di tempat tujuan yang diharap-harapkannya itu, dan mendapati satu negeri yang dihuni oleh satu bangsa asing dan dipenuhi oleh penyembahan berhala. Di dalam kebun-kebun didirikan mezbah-mezbah untuk dewa-dewa palsu, dan korban manusia dipersembahkan di atas puncak-puncak bukit yang ada di sekelilingnya. Sekalipun ia bergantung kepada janji ilahi, bukanlah tanpa suatu firasat yang buruk di mana ia telah mendirikan tendanya. Kemudian “kelihatanlah Tuhan kepada Ibrahim, lalu firmanNya: Bahwa tanah ini akan kuanugerahkan kepada anak cucumu.” Imannya dikuatkan oleh jaminan bahwa hadirat ilahi ada bersama-sama dengan dia, bahwa ia tidak akan dibiarkan begitu saja kepada belas kasihan orang jahat. “Dan di sana ia mendirikan sebuah mezbah bagi Tuhan yang kelihatan kepadanya.” Masih sebagai seorang pengembara, ia dengan segera pindah ke satu tempat dekat dengan Bait-el dan sekali lagi mendirikan mezbah dan berseru akan nama Tuhan. ——-PB1 125.1

 

Ibrahim melanjutkan perjalanannya ke arah Selatan, dan sekali lagi imannya telah diuji. Hujan tidak turun, di lembah-lembah mata air telah menjadi kering, dan rumput-rumput di padang menjadi layu. Kawanan kambing dan domba tidak mendapati padang rumput dan kelaparan mengancam semua pengikutnya. Sekarang ini tidakkah Ibrahim meragukan pimpinan Allah? Tidakkah sekarang ini ia menoleh kembali dengan penuh kerinduan ke padang-padang Kasdim yang subur itu? Semua orang dengan perhatian mengamat-amati apa yang akan dilakukan oleh Ibrahim, sementara kesulitan demi kesulitan datang menimpanya. Selama kepercayaannya kelihatan tak tergoncangkan, mereka merasa bahwa ada pengharapan; mereka merasa pasti bahwa Allah adalah Sahabatnya, dan Ia masih tetap memimpinnya. ——-PB1 126.1

 

1.       Kutipan ini memberi gambaran pengalaman Ibrahim di suruh keluar dari kehidupannya di Ur Kasdim untuk ia terhindar dari kehidupan yang senang-senang walaupun kita ketahui Ibrahim mampu melepaskan diri dari pengaruh, namun nasihat ini dimaksudkan kepada ujian kepada kita supaya SEPENUHNYA HANYA BERGANTUNG KEPADA TUHAN, dan untuk maksud tersebut hal yang terberat mungkin kita rasakan adalah pernyataan berikut : “Boleh jadi mereka dituntut untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang akan mendatangkan kekayaan dan kehormatan, untuk meninggalkan pergaulan yang menyenangkan dan menguntungkan, dan berpisah dari keluarga, untuk memasuki apa yang kelihatan hanya sebagai satu jalan yang penuh dengan penyangkalan diri, kesukaran dan pengorbanan.”,

2.       Pada PB 125.1 kita melihat walaupun percaya, Ibrahim juga dibayang-bayangi firasat buruk, sama dengan kita yang sering punya ragu dan takut namun hal disini yang disampaikan kepada kita bagaimana Ibrahim mengatasi pikiran buruk/ketakutannya tersebut, yaitu dengan terus berserah kepada Tuhan, dan itu bukan seperti kita yang cenderung hanya di mulut tetapi dalam tindakan mengandalkan diri sendiri atau bantuan orang lain.

 

Pelajaran tentang BERSERAH, SABAR dan IMAN dicatat untuk semua orang yang dikemudian hari akan menahan penderitaan

 

Tuhan di dalam pimpinanNya telah mendatangkan ujian ini kepada Ibrahim untuk mengajarkan kepadanya pelajaran-pelajaran tentang berserah, sabar dan iman —pelajaran-pelajaran yang harus dicatat demi keuntungan semua orang yang di kemudian hari dipanggil untuk menahan penderitaan. Tuhan menuntun anak-anakNya melalui satu jalan yang mereka tidak ketahui, tetapi Ia tidak melupakan atau meninggalkan mereka yang berharap kepadaNya. Ia mengizinkan penderitaan menimpa diri Ayub, tetapi Ia tidak meninggalkannya. Ia membiarkan Yohannes yang kekasih dibuang ke pulau Patmos yang terpencil tetapi Anak Allah menemuinya di sana dan khayalnya dipenuhi oleh pemandangan-pemandangan yang dipenuhi oleh kemuliaan yang baka. Allah mengizinkan penggodaan menyerang umatNya agar oleh ketetapan hati serta penurutan mereka, mereka sendiri akan diperkaya secara rohani dan agar teladan hidup mereka dapat menjadi sumber kekuatan bagi orang lain. “Karena Aku ini amat mengetahui akan segala maksud yang kutaruh akan kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu maksud akan selamat dan bukan akan barang sesuatu yang jahat, supaya pada akhirnya Aku mengaruniakan kepadamu barang yang kamu harap itu.” Yeremia 29:11. Kesukaran-kesukaran yang menguji iman kita dengan hebatnya, dan yang menjadikan seolah-olah Tuhan telah meninggalkan kita, harus memimpin kita untuk datang lebih dekat kepada Kristus agar dapat kita meletakkan segala beban kita di kakiNya dan mengalami damai yang akan diberikan kepada kita sebagai penggantinya. ——-PB1 126.3

Allah senantiasa menguji umatNya di dalam dapur api penderitaan. Adalah di dalam panasnya dapur api itu di mana kotoran-kotoran dipisahkan dari mas murni yaitu tabiat Kristen. Yesus mengamat-amati ujian itu; Ia mengetahui apa yang diperlukan untuk menyucikan logam mulia itu, agar itu dapat memantulkan cahaya kasihNya. Adalah melalui penderitaan-penderitaan yang menguji bahwa Tuhan mendisiplin hamba-hambaNya. Ia melihat bahwa beberapa orang mempunyai kuasa yang dapat digunakan untuk memajukan pekerjaanNya, dan Ia menempatkan orang-orang ini dalam ujian; di dalam pimpinanNya Ia membawa mereka ke keadaankeadaan yang menguji tabiat mereka dan menyatakan cacat cela serta kelemahan-kelemahan yang tersembunyi dari pengetahuan mereka. Ia memberikan kepada mereka kesempatan untuk memperbaiki cacat cela ini agar melayakkan dia untuk bekerja dalam pelayanan kepadaNya. Ia menunjukkan kepada mereka kelemahan-kelemahan mereka, dan mengajar mereka agar bersandar kepadaNya karena Ialah satu-satunya penolong dan pelindung. Dengan cara demikian maksudNya dapat dicapai. Mereka dididik, dilatih, dan didisiplin, dipersiapkan untuk memenuhi maksud yang agung untuk mana kesanggupan-kesanggupan itu telah diberikan kepada mereka. Apabila Tuhan memanggil mereka untuk bekerja, mereka siap sedia, dan malaikat-malaikat suci dapat bergabung dengan mereka di dalam tugas yang harus dilaksanakan di atas bumi ini. ——–PB1 127.1

 

1.       Melihat dari penjelasan Ellen G. White dari pengalaman Ibrahim, Ayub, Yohanes tampaknya kesemuanya ini memberi gambaran, bahwa perjalanan kita ke depan pada sisa-sisa waktu kelepasan akan penuh dengan drama penderitaan, dan sama seperti yang mereka alami, kesemuanya TIDAK TERTEBAK/TIDAK TERDUGA, sehingga kesediaan kita untuk sepenuhnya berserah kepada Tuhan DIBUTUHKAN,

2.       Kita harus buang pandangan bahwa setiap penderitaan adalah karena ketidak setiaan kita kepada Tuhan, seperti itulah yang bila kita baca pengalaman Ayub dahulu dalam penilaian para sahabat dan orang-orang lain pada umumnya,

3.       Kesukaran-kesukaran yang kita hadapi, dalam tulisan ini memberikan ramalan bagaimana beratnya perjalanan pra kelepasan yang ada didepan nanti atau sebagian dari kita sedang hadapi dan yang paling menyedihkan adalah ketika kesukaran tersebut tiba dengan hebatnya, sebagaimana Ayub dahulu, nanti pada kitapun dari bacaan ini dikatakan  “seolah-olah Tuhan telah meninggalkan kita”, pengalaman itu kita juga jumpai dari pengalaman Musa, Elia dan bahkan Yesus sendiri sempat Ia mengeluarkan kata-kata “Eli Eli Saba Tani”.

4.       Kata-kata “Adalah melalui penderitaan-penderitaan yang menguji bahwa Tuhan mendisiplin hamba-hambaNya. Ia melihat bahwa beberapa orang mempunyai kuasa yang dapat digunakan untuk memajukan pekerjaanNya”, menunjukkan bahwa semua orang calon-calon 144000 akan merasakan penderitaan-penderitaan, namun hanya BEBERAPA saja yang dilihat dapat digunakan Tuhan, jadi akan ada orang-orang yang walaupun telah turut merasakan penderitaan-penderitaan yang sama, tetapi tidak terpilih, hal ini kita teringat dengan pengalaman anak-anak Lot yang sama-sama keluar dari penderitaan kehancuran kota Sodom dan Gomora, namun hanya Lot seorang diri saja yang menang, anak-anaknya terbukti TIDAK DAPAT DIGUNAKAN, dan baru diketahui SETELAH MENJALANI PENDERITAAN TERSEBUT…….bukan dari awal perjalanan penderitaan.

5.       Kata-kata “Mereka dididik, dilatih, dan didisiplin, dipersiapkan untuk memenuhi maksud yang agung untuk mana kesanggupan-kesanggupan itu telah diberikan kepada mereka. Apabila Tuhan memanggil mereka untuk bekerja, mereka siap sedia” menunjukkan bahwa PENDIDIKAN YANG TUHAN SIAPKAN BAGI KITA DIDEPAN INI YAITU SESUAI YANG KITA PELAJARI CONTOH SAINGAN 40 HARI MURID-MURID YESUS ADALAH PENDIDIKAN PENUH PENDERITAAN…..dan kesemuanya itu diperlukan untuk kita SIAP SEDIA ketika Tuhan memanggil untuk bekerja.

Tidak ada penyimpangan dari kejujuran yang sungguh berkenan di hadapan Tuhan

 

Selama ia tinggal di Mesir, Ibrahim memberikan bukti bahwa ia tidak lepas dari kelemahan dan ketidak-sempurnaan manusia. Di dalam menyembunyikan fakta bahwa Sarai adalah isterinya, ia telah meragukan penjagaan ilahi. Ia menunjukkan kurang iman dan keberanian yang amat sering dinyatakan dalam hidupnya. Sarah mempunyai wajah yang cantik, dan Ibrahim merasa yakin bahwa orang-orang Mesir yang berkulit hitam itu akan mengingini orang asing yang elok itu, dan agar memperolehnya, tentu mereka tidak segan-segan untuk membunuh suaminya. Ia berpendapat bahwa ia tidak berdusta dengan mengatakan bahwa Sarah adalah saudarinya karena dia adalah anak daripada bapanya sekalipun berbeda ibu. Tetapi hal menyembunyikan hubungan mereka yang sebenarnya adalah merupakan satu penipuan. Tidak ada penyimpangan dari kejujuran yang sungguh berkenan di hadapan Tuhan. Olehkarena kurangnya iman Ibrahim, Sarah telah ditempatkan dalam satu bahaya yang besar. Raja Mesir, setelah mendengar kabar tentang kecantikannya, memerintahkan agar ia dibawa ke istana, dengan maksud akan dijadikan isterinya. Tetapi Tuhan di dalam rahmatnya yang besar, telah melindungi Sarah dengan menyatakan hukuman terhadap seisi istana raja. Oleh cara ini raja mengetahui apa yang sebenarnya menjadi persoalan dan dengan marah olehkarena merasa ditipu oleh Ibrahim, ia telah menempelaknya dan mengembalikan kepadanya isterinya itu, sambil berkata: “Apakah yang telah engkau lakukan terhadap diriku? Mengapa engkau katakan, Dia adalah saudaraku? Sehingga hampir aku mengambil dia menjadi isteriku. Maka sekarang inilah isterimu: ambillah akan dia lalu pergi!” ——–PB1 127.2

1.       Cerita yang disampaikan Ellen G. White disini memperlihatkan Ibrahim yang kita selama ini percayai sebagai bapa orang beriman, pada dasarnya juga orang-orang yang sama dengan kita yang juga memiliki kekawatiran-kekawatiran.

Kondisi Elia yang hidupnya berbeda dengan orang-orang lainnya pada umumnya

 

DI SEBELAH timur sungai Yordan, di celah-celah pegunungan Gilead, hiduplah seorang pada zaman raja Ahab, seorang yang setia dan selalu berdoa yang bekerja dengan tidak gentar khusus untuk mengamat-amati tersebarnya kemurtadan yang begitu cepat di Israel. Tinggal jauh sekali dari kota yang ramai, serta tidak menjabat suatu kedudukan yang tinggi dalam kehidupannya, namun Elia orang Tisbe menerjunkan diri ke atas tugasnya dengan penuh keyakinan terhadap maksud Allah yang akan meratakan jalan yang terbentang di hadapannya dan yang akan memberikan kemajuan yang limpah kepadanya. Perkataan yang beriman dan berkuasa ada pada bibirnya, dan seluruh hidupnya telah dibaktikan kepada pekerjaan pembaruan. Suaranyalah yang berseru-seru di padang belantara untuk mencela dosa dan untuk menekan kembali arus pasangnya kejahatan. Dan ketika ia muncul pada orang banyak sebagai orang yang akan memperbaiki dosa, pekabarannya laksana minyak Gilead bagi jiwa-jiwa yang sakit dosa dari semua orang yang ingin disembuhkan.——PR 68.1

 

Catatan:

Membaca kutipan di atas terlihat Elia berbeda dengan contoh umat-umat Allah lainnya yang menjadi contoh bagi contoh saingan pendidikan persiapan 40 tahun, 40 hari, 30 tahun, atau 300 tahun, kesemua mereka memerlukan pendidikan persiapan dahulu sebelum diberikan penugasan, sementara Elia tidak, jawabannya adalah seperti Musa kehidupan sebelum menjalani pendidikan 40 tahunnya ia adalah anak raja, calon tunggal Firaun dengan pendidikan dunia, sehingga untuk dapat melaksanakan tugas penting membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ia harus menempuh pendidikan menghilangkan manusia lamanya di padang belantara, demikian pula bangsa Israel perlu pendidikan 40 tahun untuk mendapatkan 2 orang Yusak dan Kaleb yang layak memasuki tanah Kanaan, demikian pula seperti Ibrahim harus keluar dari kota Ur Kasdim dan Lotpun demikian harus dibawa keluar dari kota Sodom dan Gomora dan  yang lainnya juga sama. Tetapi Elia jelas berbeda karena seperti telah dikatakan  dalam kutipan tersebut ia tidak tinggal di kota yaitu di celah-celah pegunungan Gilead jauh sekali dari kota yang ramai, serta tidak menjabat suatu kedudukan yang tinggi dalam kehidupannya”

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart