Sabat 24 Februari 2024
RENUNGAN PENDAHULUAN
Hampir selamat / hampir kehilangan nyawa
Ada beberapa orang yang tampaknya selalu mencari mutiara surga itu. Tetapi mereka tidak menyerahkan sepenuhnya kebiasaan-kebiasaan mereka yang salah. Mereka tidak mati terhadap diri mereka agar Kristus bisa tinggal dalam diri mereka. Itulah sebabnya mereka tidak menemukan mutiara yang berharga itu. Mereka belum mengalahkan cita-cita yang tidak suci dan cintanya terhadap penarikan-penarikan duniawi. Mereka tidak memikul salib dan mengikut Kristus dalam jalan penyangkalan diri dan pengorbanan. Nyaris menjadi umat Tuhan, namun belum menjadi umat Tuhan yang sempurna, yang tampaknya mereka dekat kepada kerajaan surga, namun mereka tidak dapat masuk ke sana. Hampir selamat tetapi tidak sepenuhnya selamat, berarti nyaris saja namun hilang sama sekali. —- MKA 85.3
Penyerahan Diri
Buku kebahagiaan sejati, Bab 5
JANJI Allah ialah: “Kamu akan mencahari dan mendapat Aku, apabila kamu bertanya akan Daku dengan segenap hatimu. ” Yeremia 29:13. —— KS 37.1
Haruslah segenap hati diserahkan kepada Tuhan Allah, kalau tidak perubahan tidak akan pernah berlangsung di dalam diri kita, perubahan yang akan memulihkan kita menjadi seperti Dia. Dengan keadaan kita ini kita cerai dari Allah. Roh Kudus melukiskan keadaan kita di dalam kalimat seperti beri-kut: “Kamupun dahulu sudah mati oleh sebab segala kesalahan dan dosamu” “segenap kepala itu sakit dan segenap hatipun letih-lesu’’”tiada padanya yang lagi baik. ” Epesus 2:1; Yesaya 1:5, 6. Kita telah dikungkung di dalam jerat Setan, “yang sedang menawan mereka itu akan melakukan kehendaknya. ” 2 Timotius 2:26. Allah ingin menyembuhkan kita, membuat kita bebas. Tetapi karena ini memerlukan perubahan yang menyeluruh, pembaharuan seluruh keadaan kita, kita harus menyerahkan segenap diri kita padaNya. —– KS 37.2
Peperangan melawan diri-sendiri adalah merupakan peperangan yang terbesar yang pernah diadakan. Penyerahan diri-sendiri, memasrahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah, mengharuskan satu pergumulan; tetapi jiwa itu harus lebih dahulu diserahkan kepada Allah barulah dapat dibaharui di dalam kesucian. —- KS 37.3
Pemerintahan Allah bukanlah, seperti yang digambarkan Setan, didasarkan atas penyerahan yang buta, satu pengendalian yang tidak masuk di akal. Pemerintahan itu menarik pikiran dan hati nurani. “Marilah kamu, hendaklah kita berhukum bersama-sama ” adalah merupakan undangan Khalik Pencipta kepada mahluk-mahluk ciptaanNya. Yesaya 1:18. Allah tidak memaksa ke- hendak mahluk ciptaanNya. Tuhan tidak mau menerima perbaktian yang diberikan dengan pikiran dan kemauan yang tidak rela. Sebuah penyerahan yang terpaksa akan menghalangi semua pertumbuhan pikiran maupun tabiat; penyerahan yang demikian hanyalah membuat seseorang seperti tidak mem- punyai pikiran. Bukan demikianlah yang dimaksud Khalik Pencipta. Tuhan Allah ingin supaya manusia itu, mahluk ciptaanNya yang mulia, akan mencapai pertumbuhan yang paling penting yang dapat dicapainya. Dia menaruh di hadapan kita puncak kemurahan, ketempat mana Ia ingin membawa kita melalui karuniaNya. Dia mengundang kita supaya memasrahkan diri kita ke- padaNya, supaya Dia dapat mengerjakan kehendakNya di dalam kita. Terserah kepada kitalah memilih apakah kita mau dilepaskan dari rantai dosa, dan mendapat bagian dalam kebebasan yang mulia dengan anak-anak Allah. —— KS 38.1
Dalam menyerahkan diri kita sendiri kepada Allah, kita harus menanggalkan semua hal-hal yang memisahkan kita daripadaNya. Oleh karena itu Juruselamat berkata: “Sedemikian juga barang siapa diantara kamu, yang tiada meninggalkan segala sesuatu yang dipunyainya, tiada dapat menjadi muridKu.” Lukas 14:33. Apapun yang menjauhkan hati dari Tuhan harus dienyahkan. Banyak orang yang berilahkan mammon. Cinta uang, ingin kekayaan, adalah rantai emas yang mengikat mereka pada Setan. Golongan lain pula berilahkan kemuliaan duniawi. Hidup menyenang-nyenangkan diri sendiri serta bebas dari tanggung-jawab adalah berhala bagi orang lain juga. Tetapi rantai yang memperbudak ini harus diretas. Kita tidak boleh setengah-setengah milik Allah dan setengah-setengah milik dunia. Kita bukanlah anak-anak Allah- kecuali kita berserah diri sepenuhnya. —– KS 39.1
Banyak orang yang mengaku menyembah Allah padahal mereka bergantung atas usaha-usaha mereka sendiri untuk menurut hukumNya, untuk membentuk sebuah tabiat yang benar, dan untuk mendapatkan keselamatannya. Hati mereka bukannya digerakkan oleh perasaan yang mendalam akan kasih Kristus, melainkan mereka berusaha membentuk tanggungjawab-tanggungjawab hidup Kristen sebagaimana mana yang diwajibkan Allah bagi mereka dalam rangka memperoleh surga. Agama yang demikian tiada gunanya. Apabila Kristus berdiam di dalam hati, maka jiwa akan dipenuhi kasihNya, dengan hubungan yang menggembirakan dengan dia, sehingga jiwa akan berpaut padaNya; dan di dalam merenung-renungkan Dia, diri sendiri haruslahl dilupakan. Kasih kepada Kristus akan menjadi sumber pancaran perbuatan yang baik. Barangsiapa yang merasakan kasih Allah tidak akan menanyakan betapa kecilkah yang diberikan untuk memenuhi syarat-syarat tuntutan Allah, mereka tidak akan meminta ukuran yang rendah, melainkan bertujuan menuju kesempurnaan sesuai dengan kehendak Penebusnya. Dengan kerinduan yang sungguh-sungguh mereka memasrahkan semuanya dan menyatakan perhatian yang seimbang terhadap nilai benda yang mereka cari: Mengaku pengikut Kristus tanpa kasih mendalam seperti ini hanyalah omong kosong belaka, formalitas yang kering serta pekerjaan yang amat hina. —– KS 40.1
Banyak orang yang berhati sombong bertanya: “Apa perlunya saya bertobat dan merendahkan diri sebelum saya tahu dengan pasti bahwa Tuhan akan menerima saya?” Saya arahkan engkau kepada Kristus. Dia tiada berdosa sama-sekali, dan lebih daripada ini, Dia adalah Putera Allah; tetapi demi ke-pentingan manusia Dia menjadi dosa bagi umat manusia. “Iapun dibilang dengan orang durhaka dan sudah ditanggungnya dosa orang banyak dan sudah dipintanya doa akan orang durhaka.’’Yesaya 53:12. ——- KS 41.1
Tetapi apakah yang kita korbankan, apabila kita menyerahkan semuanya? — Hati yang telah dikotori dosa supaya disucikan Yesus, dibasuhkan oleh darahNya sendiri, serta untuk diselamatkan dengan kasihNya yang tiada taranya. Namun orang masih mengira berat untuk menyerahkan semuanya itu! Saya merasa malu mendengar orang mengatakan demikian, malu pula menuliskannya. ——- KS 41.2
PELAJARAN KEMENANGAN DARI UJIAN
Mereka yang dipilih
- Menang terhadap tawar hati
Satu-satunya pengharapan mereka ialah pada rahmat Allah, satu-satunya pertahanan mereka ialah doa. Sama seperti Yosua memohon di hadapan Malaikat itu, demikianlah sidang yang sisa, dengan hati yang pecah dan iman yang tekun, memohon keampunan dan kelepasan melalui Yesus Jurudamai mereka. Mereka sungguh menyadari betapa jahatnya hidup mereka, mereka melihat akan kelemahan dan ketidaklayakan mereka, dan sementara mereka memandangi dirinya mereka hampir putus harap. Penggoda itu siap menuduh mereka, sama seperti dia siap menuduh Yosua. Dia menunjukkan pakaiannya yang kotor, kelemahan tabiatnya. Dia menghadapkan kelemahan dan kesalahan mereka, dosa karena tidak bersyukur, keadaan mereka yang tidak sama dengan Kristus, yang sudah menghinakan Penebus mereka itu. Dia berusaha menakut-nakuti manusia dengan perasaan bahwa keadaan mereka itu tidak dapat diharapkan lagi, bahwa kenajisan dosa mereka itu takkan pernah terhapuskan. Dia mengharap dengan jalan demikian akan merusak iman mereka sehingga mereka menyerah kepada pencobaannya, meninggalkan kesetiaannya terhadap Allah, lalu menerima tanda binatang itu. —– NBS 297.1
Berapapun melarat makhluk manusia sehingga orang menghina dan menjauhkan diri dari padanya, mereka itu tidak begitu keji, begitu malang, bagi perhatian dan kasih Allah. Kristus rindu orang-orang yang penuh beban, letih, dan tertindas datang kepadaNya. Ia hendak memberikan kepada mereka terang dan kesukaan serta kedamaian yang tidak akan ditemukan di tempat lain —- Seri Membina, jilid 5, hal. 169
Proses kemenangan
- Ujian cara-cara sederhana/ ujian kemuridan
“Penurutan adalah ujian kemuridan. Adalah pemeliharaan terhadap perintah-perintah yang membuktikan kesungguhan dari pengakuan-pengakuan kasih kita. Apabila ajaran yang kita terima itu mematikan dosa di dalam hati, membersihkan jiwa dari kekotoran, membawakan hasil kepada kesucian, maka kita dapat mengetahui bahwa itulah kebenaran Allah. Apabila kebajikan, baik hati, lemah lembut, simpati, ada dinyatakan dalam kehidupan kita; apabila kesenangan untuk berbuat yang benar terdapat di dalam hati kita; apabila kita meninggikan Kristus dan bukan diri sendiri, maka kita dapat mengetahui bahwa iman kita adalah benar teratur, ‘Dengan inilah kita mengetahui, bahwa kita mengenal Dia, jika kita memeliharakan segala perintah-Nya.!”
Marilah kita berdoa memohonkan kuasa yang dapat memungkinkan kita beralih dari pada menjadi orang-orang munafik, dari pada menjadi hanya pengaku-pengaku kemuridan menjadi pengikut-pengikut Kristus yang sungguh-sungguh, hidup sesuai dengan cara Ia hidup dan bekerja — inti yang terutama dari Kekristenan. —– Amaran Sekarang jilid. 1 No. 45 Naskah untuk berdoa “Ujian kemuridan”.
Gideon menuruti perintah Tuhan, dan dengan hati yang berat ia melihat dua puluh dua ribu orang, atau lebih dari dua pertiga dari seluruh bala tentara itu, pulang ke rumah mereka (seluruhnya 32000 – PB2 149.1). Sekali lagi firman Tuhan datang kepadanya: “Ada lagi terlalu banyak orang. Suruhlah mereka itu turun ke tempat air, maka di sana Aku mencobai akan mereka itu kelak karena sebab engkau, bahwasanya barangsiapa yang firmanKu kepadamu akan halnya demikian: Orang ini hendaklah berjalan sertamu, biarlah iapun berjalan sertamu; tetapi barangsiapa yang firmanKu akan halnya: Orang ini tiada akan berjalan sertamu, jangan iapun berjalan sertamu.” Orang banyak itupun dipimpin ke tepi sebuah sungai, sambil mengharapkan bahwa dengan segera mereka akan menyerang musuh. Sedikit saja orang yang dengan cepat-cepat mengambil sedikit air dengan tangannya, dan menghirupnya sambil berjalan terus: tetapi hampir semuanya yang bertelut di atas lutut mereka, dan dengan tenangnya minum dari permukaan sungai itu. Mereka yang menciduk air dengan tangannya hanya berjumlah tiga ratus orang dari antara kesepuluh ribu orang itu, namun demikian mereka inilah yang telah dipilih; semua yang lain diijinkan pulang kembali ke rumah mereka. ———- PB2 150.2
Oleh cara-cara yang paling sederhana sering tabiat kita diuji. Mereka yang di dalam saat-saat yang berbahaya bermaksud mencukupi kebutuhannya sendiri, bukanlah orang-orang yang patut dipercayai dalam keadaan darurat. Tuhan tidak mempunyai tempat di dalam pekerjaanNya bagi orang yang malas dan suka memanjakan diri. Orang-orang pilihanNya adalah mereka yang jumlahnya sedikit yang tidak mau membiarkan kebutuhan pribadinya memperlambat panggilan tugas. Ketiga ratus orang pilihan itu bukan saja memiliki keberanian dan pengendalian diri, tetapi juga adalah orang-orang yang beriman. Mereka tidak pernah menajiskan diri dengan penyembahan berhala. Allah dapat memimpin mereka, dan melalui mereka Ia dapat mengadakan kelepasan bagi Israel. Sukses tidaklah bergantung kepada jumlah bilangan. Ia tidaklah lebih dihormati oleh jumlah yang lebih besar daripada oleh tabiat dari mereka yang melayani Dia. ———- PB2 150.3
- Ujian Berat/kemenangan
Pengikut-pengikut Kristus hanya mengetahui sedikit tentang persekongkolan yang dibuat oleh Setan dan pasukannya melawan mereka. Tetapi Ia yang duduk di segala langit akan mengatasi semua rencana-rencana ini untuk mencapai rencana-rencana-Nya yang besar. Tuhan mengizinkan umat-Nya mendapat pencobaan berat, bukan karena Ia senang melihat kesusahan dan penderitaan mereka, tetapi karena proses ini penting bagi kemenangan mereka yang terakhir. Sejalan dengan kemuliaan-Nya, Ia tidak dapat melindungi mereka dari pencobaan, karena tujuan utama pencobaan itu adalah untuk mempersiapkan mereka melawan semua daya pikat dan bujukan Setan. —- KA 555.3
Dalam segala zaman saksi-saksi yang ditentukan oleh Allah telah menampakkan diri sendiri kepada hinaan dan aniaya karena kebenaran. Yusuf difitnah dan dianiaya sebab ia memelihara kebajikan dan ketulusannya. Daud, pesuruh Allah yang dipilih, dikejar-kejar seperti binatang perburuan oleh musuh-musuhnya. Daniel dibuang ke dalam lubang singa sebab ia setia kepada penurutannya. Ayub kehilangan harta dunia, dan sangat menderita dalam tubuh sehingga ia dibenci oleh sanak-saudara dan sahabat-sahabatnya; meskipun demikian ia mempertahankan ketulusannya. Yeremia tidak dapat ditahan untuk mengatakan sabda yang telah dikaruniakan Allah kepadanya untuk dikatakan; dan kesaksiannya sangat menggusarkan raja dan pangeran-pangeran sehingga ia dibuang ke dalam kubang yang menjijikkan. Stefanus dilontari dengan batu sebab ia mengkhotbahkan Kristus dan Ia yang disalibkan. Paulus dipenjarakan, dipukul dengan rotan, dilontari dengan batu, dan akhirnya dibunuh sebab ia seorang pesuruh yang setia kepada Allah untuk orang-orang kafir. Dan Yohanes dibuang ke Pulau Patmos “karena sabda Allah, dan karena kesaksian Yesus Kristus.”-————– KR 485.1
Contoh-contoh tentang ketabahan manusia ini menyaksikan kesetiaan janji-janji Allah hadiratnya yang tetap dan anugerah-Nya yang menabahkan. Mereka memberikan kesaksian kepada kuasa iman untuk menahan kuasa-kuasa dunia. Adalah pekerjaan iman untuk berharap pada Allah pada saat yang paling gelap, untuk merasa, walaupun diuji dengan berat dan terombang-ambing oleh angin ribut, karena Bapa kita memegang kemudi. Hanya mata iman saja yang dapat melihat perkara-perkara di seberang waktu untuk menaksir dengan benar harga kekayaan yang kekal. ————— KR 485.2
HARUS BERHENTI MENYAYANGI DIRI SENDIRI
PADA MULANYA manusia dikaruniai kuasa berpikir yang mulia dan seimbang. Manusia itu sempurna tubuhnya, selaras dengan kehendak Allah. Pikiran- pikirannya bersih, maksud-maksudnya pun suci. Tetapi karena durhaka, kuasanya berubah, lalu rasa mementingkan diri-sendiri mengambil-alih tempat kasih itu. Keadaannya menjadi amat lemah karena pelanggaran itu sehingga membuat dia tidak mungkin, dengan kekuatannya sendiri, melawan kuasa kejahatan itu. Dia telah ditawan Setan dan akan tetap dikuasainya kalau Tuhan Allah tidak turut campur-tangan secara khusus. Maksud penggoda ialah menghalang-halangi rencana ilahi di dalam penciptaan manusia itu, lalu memenuhi bumi ini dengan bencana yang memilukan. Dan dia akan menunjukkan bahwa semuanya ini terjadi sebagai akibat daripada pekerjaan Tuhan Allah dalam menjadikan manusia itu
Kebiasaan-kebiasaan buruk lebih mudah dibentuk daripada kebiasaan-kebiasaan baik, dan lebih banyak kesulitan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut. Kemerosotan moral alamiah dari dalam hati untuk fakta yang dikenal secara baik ini yang memerlukan jauh lebih sedikit pekerjaan untuk melemahkan moralitas pemuda, mengotori ide-ide mereka tentang karakter moral dan religius daripada menanamkan pada karakter mereka kebiasaan-kebiasaan yang tidak kotor, murni, dan kekal dari kesalehan dan kebenaran. Pemaafan diri, cinta kesenangan, rasa permusuhan, kesombongan, harga diri, iri hati, kecemburuan, akan tumbuh secara spontan tanpa contoh dan pengajaran. Dalam keadaan kejatuhan kita yang perlu dilakukan adalah menyerahkan pikiran dan karakter kepada kecenderungan-kecenderungannya yang alami. Dalam dunia alami, tinggalkanlah sebidang tanah sendirian dan engkau akan melihat bahwa ia itu diselubungi dengan onak dan semak berduri; tetapi jika ia itu menghasilkan butir-butir yang berharga atau bunga-bunga yang indah, maka perawatan dan pekerjaan yang terus-menerus harus diberikan. 229.3 — Maranatha 9 Agustus hal 229
Kita tidak boleh membiarkan perasaan kita dengan mudah tersinggung. Kita harus menghayati, bukan sekadar menjaga perasaan kita atau nama baik kita, tetapi untuk menyelamatkan orang. Manakala kita tertarik kepada keselamatan orang lain, maka kita tak akan memikirkan lagi perbedaan kecil yang sering timbul dalam pergaulan kita satu dengan yang lain. Apa saja yang mungkin orang lain pikirkan tentang kita, itu tidak perlu mengganggu kesatuan kita dengan Kristus, yakni perhubungan dengan Roh itu. “Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah” (1 Petrus 2:20). ——- PI 407.5
Kita tidak tahan membiarkan roh kita luka atas setiap kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja yang dilakukan pada orang lain. Diri kita sendiri adalah musuh yang sangat perlu kita waspadai. Tidak ada bentuk kejahatan yang mempunyai pengaruh terselubung atas tabiat melebihi nafsu manusia yang tidak berada di bawah pengendalian Roh Kudus. Tidak ada kemenangan lain yang dapat kita raih yang lebih berharga daripada kemenangan atas diri sendiri. ——- PI 407.4
Cinta dirilah yang merusak kedamaian kita. Bila diri masih hidup, kita terus siaga melindunginya dari pelecehan dan penghinaan; tapi bila ego kita telah mati, dan hidup kita tersembunyi dengan Kristus dalam Allah, hati tak lagi terusik bila ditolak dan diremehkan orang. Kita akan tuli terhadap celaan dan buta terhadap caci-maki atau hinaan. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” 1 Korintus 13”4-8. —— KAB 26.1
Kita perlu waspada terhadap rasa kasihan pada diri sendiri. jangan pernah menurutkan perasaan bahwa engkau tidak dihargai sebagaimana yang seharusnya, bahwa usaha-usahamu tidak dihargai, bahwa pekerjaanmu terlalu sukar. Biarlah ingatan terhadap apa yang telah ditanggung Kristus demi kita mendiamkan setiap pemikiran keluhan. Kita diperlukan lebih baik daripada Tuhan kita.”Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri? janganlah mencarinya! (Yeremia 45:5) — MH 476 (1905)
Berhentilah bersimpati kepada dirimu sendiri, dan ingatlah Penebus dunia ini. Renungkanlah pengorbanan yang telah dilakukannya demi manusia, dan pikirkanlah kekecewaanNya bahwa sesudah ia membuat pengorbanan seperti itu demi manusia, manusia memilih bersekutu dengan mereka yang membenci Kristus dan kebenaran, dan menjadi salah seorang dari mereka yang memanjakan diri mereka dalam selera yang menyesatkan, dengan demikian mendatangkan kebinasaan kekal kepada jiwanya —- 5T 508 (1889)
Pelajarilah kisah tentang Yusuf dan Daniel. ‘Tuhan tidak mencegah rencana orang yang berusaha membahayakan mereka, tetapi Ia menyebabkan semua rencana ini bekerja demi kebaikan bagi hamba-Nya, yang berada di tengah tengah kesukaran dan pertentangan, memelihara iman dan kesetiaan mereka. —– PI 409.1
Tidak perlu kita menyimpan catatan tentang kesukaran, kesulitan, kesedihan dan kesusahan kita. Semua hal ini tertulis dalam buku surga, dan surga yang akan menjaganya. Sementara kita menghitung-hitung hal-hal yang tidak menyenangkan, banyak hal yang menyenangkan untuk dipantulkan berlalu dari ingatan; antara lain seperti kebaikan Allah yang penuh rahmat yang mengelilingi kita setiap saat, dan kasih di atas mana malaikat-malaikat kagum, yaitu Allah mengaruniakan Anak-Nya mati demi kita. Jikalau sebagai pekerja Kristus engkau merasa bahwa engkau telah mengalami kekurangan dan kesukaran yang lebih besar daripada yang telah menimpa orang lain, ingatlah bahwa bagimu ada kedamaian yang tidak diketahui oleh mereka yang menolak beban ini. Terdapat hiburan sukacita dalam pekerjaan Kristus. Biarlah dunia melihat bahwa hidup bersama Dia tidak pernah gagal. ——PI 409.3
Contoh pelajaran Yesus kepada murid-muridnya untuk siap direndahkan
Sifat tidak percaya telah menguasai hati dan pikiran mereka. Cinta akan kehormatan telah membutakan mereka. Mereka mengetahui bahwa Yesus dibenci oleh orang Farisi, sehingga mereka rindu melihat Dia diagungkan sesuai dengan pikiran mereka. Bersatu dengan seorang guru yang dapat melakukan mukjizat yang besar; malahan dicaci sebagai seorang penipu adalah suatu ujian yang dapat mereka tanggung dengan sukar. Apakah mereka selalu dianggap sebagai pengikut seorang nabi palsu? Apakah Kristus tidak pernah akan menyatakan kuasa-Nya sebagai raja? Mengapa Ia yang mempunyai kuasa semacam itu tidak memperlihatkan diri-Nya sendiri di dalam sifat-Nya yang sejati, dan membuat jalan mereka tidak begitu susah? Mengapakah Ia tidak menyelamatkan Yohanes Pembaptis dari kematian yang ngeri itu? Demikianlah pikiran murid-murid itu sehingga mereka menyelubungi diri mereka sendiri dengan kegelapan rohani yang besar. Mereka bertanya: Mungkinkah Yesus seorang penipu, sebagaimana yang dituduhkan oleh orang Farisi? —– KSZ1 408.2
Murid-murid mengetahui bahwa adalah maksud Kristus untuk memberkati orang-orang Samaria oleh hadirat-Nya; dan sikap dingin, kecemburuan, dan tidak hormat, yang ditunjukkan kepada Tuhan mereka memenuhi mereka dengan keheranan dan amarah. Yakobus dan Yohanes terutama telah digerakkan. Bahwa Ia yang mereka harus hormati harus diperlakukan secara demikian, tampaknya kepada mereka suatu kesalahan yang terlalu besar untuk dilewati tanpa hukuman segera. Dalam semangat mereka, mereka pun berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” menyinggung kepada kebinasaan kapten-kapten Samaria dan rombongan mereka yang dikirim untuk mengambil nabi Elia. Mereka terkejut untuk melihat bahwa Yesus merasa sedih oleh perkataan mereka, dan masih juga terkejut sementara kemarahan-Nya jatuh atas telinga mereka. Lukas 9:54-56. —— KR 456.2
(Catatan: Seperti inilah karakter murid-murid sebelum mereka memperoleh pendidikan 40 hari, yaitu sama persis dengan kita-kita sekarang…..yaitu masih CINTA AKAN KEHORMATAN, atau HARGA DIRI atau TIDAK RELA DIRENDAHKAN dan mengira Yesus seperti mereka juga, oleh karena itu mereka sempat bertanya-tanya meragukan Yesus sebagai Mesias)
Pelajaran ruginya tinggi tinggi hati dari contoh Petrus yang hampir kehilangan nyawanya
Waktu berjalan berdampingan, dengan tangan Petrus dipegang oleh Tuhan, mereka naik ke dalam perahu bersama-sama. Tetapi kini Petrus menjadi tunduk dan diam. Tiada alasan baginya menyombongkan diri di hadapan kawan-kawannya, karena oleh kurang percaya dan kesombongannya ia hampir kehilangan nyawanya. Bila ia memalingkan matanya dari Yesus, langkahnya lenyap dan ia tenggelam di tengah-tengah gelombang.
Apabila kesusahan menimpa kita, betapa sering kita seperti Petrus! Kita memandang gelombang itu, gantinya menunjukan mata kita pada Juruselamat. Langkah-langkah kita tergelincir, dan gelombang hidup keangkuhan itu menimpa jiwa kita. Yesus tidak menyuruh Petrus datang kepada-Nya agar ia binasa; Ia tidak memanggil kita mengikut Dia, dan kemudian meninggalkan kita. “Janganlah takut,” firman-Nya, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah Tuhan, Aliahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruse- lamatmu.” Yesaya 43:1-3
Yesus membaca tabiat murid-murid-Nya. Ia tahu betapa hebatnya iman mereka diuji. Di dalam peristiwa di atas danau ini Ia ingin menunjukkan kepada Petrus kelemahannya, untuk menunjukkan bahwa keselamatannya terletak dalam ketergantungannya yang terus menerus pada kuasa Ilahi. Di tengah-tengah amukan topan pencobaan ia dapat berjalan dengan selamat hanyalah jikalau ia tidak bersandar pada dirinya sendiri, melainkan harus bergantung pada Juruselamat. Di saat ia merasa dirinya kuat di saat itulah Petrus lemah; dan sampai ia melihat kelemahannya barulah ia dapat menyadari perlunya ia bergantung pada Kristus. Jikalau ia telah mempelajari pelajaran yang telah ditunjukkan untuk mengajar dia di dalam pengalaman di atas danau itu, ia tidak akan gagal bila pencobaan yang besar datang kepadanya. — KSZ1 410.4-411.3
Mereka yang gagal menyadari perlunya ketergantungan mereka yang tetap kepada Allah akan dikalahkan oleh pencobaan. Sekarang kita dapat menduga bahwa kaki kita berdiri teguh, dan bahwa kita tidak akan pernah bergerak dari sana. Kita dapat berkata dengan penuh keyakinan: Aku tahu kepada siapa aku percaya; tiada sesuatu yang dapat menggoncangkan imanku kepada Allah dan firman-Nya. Tetapi Setan bermaksud untuk mengambil keuntungan dari tabiat warisan dan sifat-sifat yang dipupuk, serta membutakan mata kita akan keperluan dan kekurangan kita. Hanyalah dengan menyadari akan kelemahan kita sendiri dan dengan teguh memandang pada Yesus, kita dapat berjalan dengan selamat. — KSZ1 412.1
Membina Keluarga Bahagia
Pasal 27—Siapakah Sesamaku Manusia?
Catatan belajar:
Pelajaran dari tulisan Ellen G. White ini memberikan wawasan kepada kita bahwa diluar dari kita umat Allah ini, yaitu tepatnya di orang-orang yang tidak menerima kebenaran tertulis/kebenaran Laodekia (Roh Nubuatan Ellen G. White dan Victor T. Houteff) terdapat orang-orang yang berhati lembut dan bersikap baik hati seperti orang-orang Samaria walaupun mereka sama sekali tidak mengenal kebenaran Allah seperti yang kita telah miliki, serta tulisan Ellen G. White ini hendak membuka mata dan mengkritik praktek beragama kita juga diakhir zaman ini yang mungkin masih ada yang merendahkan orang-orang yang tidak menerima kebenaran sebagaimana kita dan memandang perintah mengasihi sesama manusia itu sebagai kebenaran kecil
Di antara orang Yahudi pertanyaan, “Siapakah sesamaku manusia?” mengakibatkan perselisihan yang tiada habis-habisnya. Mereka tidak memikirkan orang kafir dan orang Samaria. Mereka adalah orang asing dan musuh. Tetapi di manakah perbedaan harus ditarik di antara bangsanya sendiri dan di antara tingkat masyarakat yang berbeda-beda? Siapakah yang dianggap oleh imam, guru, tua-tua, sebagai sesama manusia? Mereka menghabiskan waktunya dalam suatu rentetan upacara untuk menjadikan diri mereka sendiri kudus. Mereka berpikir bahwa berhubungan dengan orang yang bodoh dan lalai, akan menajiskan diri mereka sehingga memerlukan usaha yang amat meletihkan untuk memulihkan. Apakah mereka harus menganggap orang “keji” itu sebagai sesama manusia? MKA 291.1
Pertanyaan ini dijawab Kristus dalam perumpamaan mengenai orang Samaria yang baik hati. Ia menunjukkan bahwa sesama manusia tidak berarti hanya orang yang satu agama dengan kita. Ia tidak memandang kebangsaan, warna atau perbedaan tingkat. Sesama manusia adalah setiap orang yang memerlukan pertolongan kita. Sesama manusia adalah setiap jiwa yang dilukai dan cedera oleh musuh. Sesama manusia adalah setiap orang yang menjadi milik Allah. MKA 292.1
Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik muncul oleh sebuah pertanyaan yang dilontarkan kepada Kristus oleh seorang ahli Taurat. Ketika Juruselamat tengah mengajar, “Berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Orang Farisi telah menganjurkan pertanyaan ini kepada ahli Taurat itu, dengan harapan bahwa mereka dapat menjerat Kristus dari perkataan-Nya dan mereka mendengar dengan penuh keinginan jawaban-Nya. Tetapi Yesus tidak memancing suatu perbantahan. Ia mendapat jawab dari si penanya itu sendiri. “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?” Ia bertanya, “Apa yang kau baca di sana?” Orang Yahudi tetap menuduh Yesus menganggap remeh hukum yang diberikan di Sinai tetapi Ia mengalihkan pertanyaan mengenai keselamatan itu atas pemeliharaan hukum-hukum Allah. MKA 292.2
Ahli Taurat itu berkata, “Kasihilah Tuhan, Aliahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” MKA 292.3
“Jawabmu itu benar,” sahut Kristus,“perbuatlah demikian maka engkau akan hidup.” MKA 292.4
“Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup,“kata Kristus. Dalam pengajaran-Nya, Ia selalu menyatakan hukum itu sebagai suatu kesatuan Ilahi, menunjukkan bahwa adalah mustahil untuk memelihara satu hukum dan melanggar hukum yang lainnya; karena prinsip yang sama berlaku untuk semua. Nasib manusia akan ditentukan oleh penurutannya kepada segenap hukum. MKA 293.1
Kristus tahu bahwa tidak seorang pun dapat menaati hukum dengan kekuatannya sendiri. Ia ingin memimpin ahli Taurat itu kepada penelitian yang lebih jelas dan terang, agar ia boleh mendapat kebenaran. Hanya oleh menerima kebajikan dan karunia Kristus kita dapat memelihara hukum. Percaya atas perdamaian untuk dosa menyanggupkan manusia yang telah jatuh untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti ia mengasihi dirinya sendiri. MKA 293.2
Ahli Taurat itu tahu bahwa ia telah memelihara baik empat hukum yang pertama maupun enam hukum yang terakhir. Ia merasa yakin di bawah kata-kata Kristus yang menyelidik, tetapi gantinya mengakui dosanya, coba memaafkannya. Gantinya mengakui kebenaran itu, ia berusaha untuk menunjukkan betapa sulitnya menaati hukum itu. Dengan demikian ia berharap untuk menangkis pernyataan salah dan untuk membenarkan dirinya di mata orang banyak. Perkataan Juruselamat telah menunjukkan bahwa pertanyaannya tidak perlu, karena ia dapat menjawabnya sendiri. Namun ia menyampaikan sebuah pertanyaan yang lain dengan berkata, “Siapakah sesamaku manusia?” MKA 293.3
Sekali lagi Kristus menolak untuk ditarik ke dalam suatu perbantahan. Ia menjawab pertanyaan ini dengan menyampaikan sebuah peristiwa, suatu peristiwa yang masih segar dalam ingatan para pendengar-Nya. “Adalah seorang,” kata-Nya, “yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.” MKA 293.4
Dalam mengadakan perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho, orang yang sedang mengadakan perjalanan itu harus melewati sebagian padang belantara Yudea. Jalan itu melintasi tebing-tebing batu, di mana bersembunyi para perampok, dan di sini kerapkali terjadi peristiwa yang kejam. Di sinilah orang yang mengadakan perjalanan itu diserang, dirampas dari segala sesuatu yang berharga dan ditinggalkan setengah mati di tepi jalan. Manakala ia terbaring, seorang imam lewat dari jalan itu; ia melihat orang itu terbaring luka dan cedera, bersimbah darahnya sendiri; tetapi imam itu meninggalkan dia tanpa memberikan sesuatu pertolongan. Ia “melewatinya dari seberang jalan.” Kemudian datang seorang Lewi. Ingin tahu apa yang terjadi, ia berhenti dan memandang si korban. Ia merasakan apa yang harus diperbuatnya, tetapi ini bukanlah kewajiban yang disenanginya. Ia ingin kalau ia tidak melewati jalan ini, agar ia tidak berpapasan dengan orang yang cedera itu. Ia membujuk dirinya dengan mengatakan bahwa persoalan ini jangan menjadi wewenangnya dan ia juga “melewatinya dari seberang jalan.” MKA 293.5
Tetapi seorang Samaria, yang mengadakan perjalanan melalui jalan itu, melihat korban itu, dan ia melakukan pekerjaan yang tidak dilakukan orang lain. Dengan lemah lembut dan murah hati ia merawat orang yang cedera itu. “Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.” Imam dan orang Lewi itu kedua-duanya mengaku sebagai orang saleh, tetapi orang Samaria itu menunjukkan bahwa dialah orang yang benarbenar sudah bertobat. Ini tidak lebih menyenangkan bagi dia daripada imam dan orang Lewi itu, untuk melakukan perbuatan itu, tetapi dalam roh dan perbuatan, orang Samaria itu membuktikan dirinya melakukan perkara yang sesuai dengan kehendak Allah. MKA 294.1
Dalam memberikan pelajaran ini, Kristus menyatakan prinsip-prinsip mengenai hukum dalam cara yang langsung, mendesak, menunjukkan kepada para pendengar-Nya bahwa mereka telah lalai melaksanakan prinsip-prinsip ini. Perkataan-Nya begitu tandas dan menunjukkan bahwa para pendengar-Nya tidak bisa mendapat kesempatan untuk mengecam. Ahli Taurat itu tidak menemukan apa-apa dalam pelajaran itu yang dapat dikritiknya. Prasangkanya terhadap Kristus telah disingkirkan. Tetapi ia belum dapat mengalahkan kebencian nasional untuk memberikan pujian yang jelas kepada orang Samaria. Tatkala Kristus bertanya, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Ahli Taurat itu menjawab, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” MKA 294.2
“Kata Yesus kepadanya: Pergilah dan perbuatlah demikian.” Tunjukkan kemurahan hati kepada orang yang susah. Sehingga dengan demikian engkau akan memberikan bukti bahwa engkau memelihara seluruh hukum. MKA 295.1
Perbedaan yang besar di antara orang Yahudi dan orang Samaria adalah perbedaan dalam kepercayaan agama, suatu masalah yang meliputi apa sebenarnya perbaktian yang sejati itu. Orang Farisi tidak mau mengatakan sesuatu kebaikan tentang orang Samaria, malah melampiaskan kutukannya yang keji kepada mereka. Begitu kuat perasaan antipati di antara orang Yahudi dan orang Samaria sehingga bagi perempuan Samaria tampaknya suatu perkara yang aneh bila Kristus meminta minum dari padanya, “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepada seorang Samaria?” “Sebab,” tambah Yohanes, “orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.” Dan ketika orang Yahudi dipenuhi dengan kebencian hendak membunuh Kristus sehingga mereka bangkit dalam kaabah hendak merajam Dia, mereka tidak bisa menemukan kata-kata yang lebih baik untuk menuturkan kebenciannya, “Bukankah benar kalau kami katakan bahwa engkau orang Samaria dan kerasukan Setan?” Namun demikian imam dan orang Lewi itu justru melalaikan pekerjaan yang Tuhan sudah berikan kepada mereka, membiarkan seorang Samaria yang dibenci dan diremehkan untuk melayani salah seorang warga bangsanya. MKA 295.2
Orang Samaria itu telah menggenapi perintah, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” dengan demikian menunjukkan bahwa ia lebih benar daripada orang yang mencela dia. Sambil mempertaruhkan nyawanya sendiri, ia telah merawat orang yang cedera sebagai saudaranya sendiri. Orang Samaria ini menggambarkan Kristus. Juruselamat kita menunjukkan kepada kita kasih yang tak dapat disamai oleh kasih manusia. Manakala kita cedera dan sedang sekarat, ia mempunyai pengasihan kepada kita. Ia tidak melewati kita dari seberang jalan dan membiarkan kita tidak berdaya dan tidak berpengharapan, untuk binasa. Ia tidak tinggal di rumah-Nya yang kudus dan suci, di mana Ia dikasihi oleh setiap penghuni surga. Ia melihat keperluan kita yang mendesak, Ia memikul perkara kita dan menunjukkan perhatian-Nya kepada umat manusia. Ia mati untuk menyelamatkan orang-orang yang memusuhi-Nya. Ia berdoa bagi para pembunuh-Nya. Menunjuk kepada teladan-Nya sendiri, Ia berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain,” “sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” MKA 295.3
Imam dan orang Lewi itu pergi hendak berbakti di bait suci dengan upacara yang ditetapkan oleh Allah sendiri. Ikut serta dalam upacara itu adalah kesempatan yang mulia dan luhur, dan imam serta orang Lewi itu merasa bahwa setelah mendapat kehormatan yang demikian, maka adalah di luar kewajiban mereka untuk melayani penderita yang tidak dikenal di tepi jalan. Dengan demikian mereka melalaikan kesempatan yang istimewa, yang diberikan Allah kepada mereka sebagai alat-alatNya untuk memberkati sesama manusia. MKA 296.1
Banyak orang sekarang ini melakukan kesalahan yang sama. Mereka memisahkan kewajiban mereka ke dalam dua golongan yang berbeda. Golongan yang satu terdiri dari perkara-perkara yang besar, yang harus diatur oleh hukum Allah; golongan yang lain terdiri dari apa yang disebut perkara-perkara yang kecil, yang di dalamnya terdapat perintah, “Kasihilah sesamamu manusia sama seperti dirimu sendiri’ dilalaikan. Bidang pekerjaan ini dibiarkan ke perubahan pikiran tanpa alasan, korban dari kecenderungan hati atau dorongan hati. Lalu tabiat dirusakkan dan agama Kristus disalahgambarkan. MKA 296.2
Kebenaran Ilahi memberikan pengaruh yang kecil ke atas dunia, yang seharusnya ia memberikan banyak pengaruh melalui tindak tanduk kita. Sekadar mengaku beragama memang banyak sekali, tetapi sedikit bobotnya. Kita dapat mengaku pengikut-pengikut Tuhan, kita dapat mengaku percaya setiap kebenaran dalam sabda Allah; tetapi hal ini tidak akan membawa kebaikan apa-apa kepada sesama manusia kecuali kepercayaan kita dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pengakuan kita boleh setinggi langit, tetapi itu tidak akan menyelamatkan baik diri kita sendiri maupun sesama kita kecuali kita adalah orang rohani. Sebuah teladan yang benar akan lebih banyak bermanfaat bagi dunia ini daripada segenap pengakuan kita. MKA 297.1
Bila ada dorongan hati yang penuh kasih sayang, ke mana pun hati itu menjangkau untuk memberkati dan mengangkat orang lain, di sana akan ternyata pekerjaan Roh Kudus Allah. Di tengah kekafiran, orang yang tidak mengenal hukum Allah yang tertulis, yang belum pernah mendengar nama Kristus, telah menunjukkan kebaikan hati kepada hambahamba-Nya, melindungi mereka dengan ancaman bahaya kepada nyawanya sendiri. Perbuatan mereka menunjukkan adanya kuasa Ilahi yang bekerja. Roh Kudus telah menanamkan karunia Kristus dalam hati orang yang liar, membangkitkan kasih sayangnya yang berlawanan dengan sifatnya, berlawanan dengan pendidikannya. “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia,” bersinar dalam jiwanya; dan terang ini, jika diperhatikan, akan menuntun kakinya kepada kerajaan Allah. MKA 298.2
Bila engkau melaksanakan pekerjaan ini, engkau mempunyai peserta yang tidak terlihat dengan mata manusia. Malaikat surga berada di samping orang Samaria yang merawat orang asing yang terluka. Malaikat dari istana surga berdiri di sisi semua orang yang melakukan pekerjaan Allah dalam melayani sesamanya manusia. Dan engkau mendapat kerja sama dari Kristus sendiri. Ia adalah pemulih dan bila engkau bekerja di bawah pengawasan-Nya, engkau akan menyaksikan hasil-hasil yang besar. MKA 301.1
Atas kesetiaanmu dalam pekerjaan ini, tidak saja kesejahteraan orang lain, tetapi juga nasibmu yang kekal bergantung atasnya. Kristus berusaha untuk mengangkat semua orang yang mau ditinggikan untuk bersahabat dengan Dia, agar kita boleh menjadi satu dengan Dia sebagaimana Dia adalah satu dengan Bapa. Ia mengizinkan kita berhubungan dengan kesengsaraan dan kemalangan manusia agar dapat memanggil kita keluar dari sifat mementingkan diri kita sendiri; Ia berusaha untuk mengembangkan dalam diri kita sifat-sifat tabiat-Nya—pengasihan, lemah lembut dan kasih. Oleh menerima pekerjaan pelayanan ini kita menempatkan diri kita dalam sekolah-Nya, untuk dilayakkan bagi istana Allah. Dengan menolak-Nya, kita menolak pengajaran-Nya dan memilih perpisahan yang kekal dari hadirat-Nya. MKA 301.2
“Apabila engkau… melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu,“kata Tuhan, “Aku akan mengizinkan engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini,“ bahkan di antara malaikat-malaikat yang mengelilingi takhta-Nya. Oleh bekerja sama dengan makhluk-makhluk surga dalam pekerjaannya di atas bumi, kita menyiapkan persekutuannya di surga. “Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?” Malaikat di surga akan menyambut orang yang telah tinggal di dunia “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” Dalam persekutuan yang berbahagia ini kita akan belajar, dengan kesukaan abadi, segala sesuatu yang meliputi pertanyaan, “Siapakah sesamaku manusia?” MKA 301.3
PENUTUP
Apabila dosa sudah mematikan ajaran-ajaran moral, maka orang-orang yang berdosa tidak akan dapat lagi melihat kekurangan tabiatnya ataupun menyadari hebatnya kejahatan yang telah dilakukannya; jadi kecuali dia menyerah dalam kuasa Roh Kudus yang menyakinkannya maka dia masih tetap tinggal buta terhadap dosa-dosanya. Pengakuan-pengakuan yang diadakannya tidak sungguh-sungguh dan dengan tulus hati terhadap pengakuan segala dosanya selalu ditambahi dalih-dalih, mengatakan bahwa kalau bukan karena situasi tertentu dia tidak akan pernah melakukan ini dan itu atas hal mana dia ditegur.—- KS 34.2