Sabat 15 Juli 2023
Tulisan-tulisan Permulaan:
Ujian Iman kita
Pada masa ujian ini kita perlu dihiburkan dan digembirakan oleh satu sama lain. Penggodaan Setan adalah sekarang lebih kuat dari yang pernah dahulu, karena dia tahu waktunya singkat dan tiada beberapa lama lagi tiap-tiap perkara orang akan diputuskan, baik kepada kehidupan ataupun kepada kematian. Bukanlah waktunya sekarang buat ditenggelamkan oleh pencobaan dan tawar hati; kita mesti berlaku gagah dibawah segala kesengsaraan kita dan semata-mata bersandar kepada Allah Yakub yang maha kuasa itu. Tuhan telah nyatakan kepada saya bahwa kemurahanNya adalah cukup buat segala cobaan kita itu; dan biarpun pencobaan itu lebih besar daripada yang telah pernah dahulu, tetapi kalau kita semata-mata percaya kepada Allah, dapatlah kita mengalahkan tiap-tiap pencobaan dan oleh kemurahan Tuhan kita peroleh kemenangan. ———TP 54.1
Kalau kita kalahkan pencobaan kita dan kita menang atas godaan Setan, maka kita pun dan menahan ujian percaya kita, yang lebih berharga daripada emas, maka kitapun semangkin kuat dan lebih sedia menghadapi pencobaan yang berikut. Tetapi jikalau kita menyerah dan takut kepada penggodaan Setan, kitapun akan bertambah lemah dan tiada mendapat upah buat ujian itu, dan kitapun tidak mempunyai persediaan cukup buat menghadapi ujian yang berikut. Dengan jalan demikian kita makin lama makin bertambah lemah, hingga akhirnya kita ditawan oleh Setan menurut kehendaknya. Kita mesti mengenakan sekalian kelengkapan senjata Allah dan sedia tiap-tiap saat akan bertempur dengan kuasa kegelapan itu. Bila pencobaan dan ujian menyerang kita, baiklah kita pergi kepada Allah dan bergumul dengan Dia dalam doa. Ia tidak akan suruhkan kita pergi dengan hampa, melainkan akan diberikanNya kepada kita rakhmat dan kekuatan buat mengalahkan dan mematahkan kuasa musuh itu. Aduh, kalau kiranya kita sekalian dapat melihat segala perkara ini dalam keadaan yang sebenarnya dan tahan segala kesukaran seperti seorang serdadu Kristus yang baik! Pada masa itu niscaya Israel akan maju, kuat dalam Tuhan, dan dalam kuat kuasaNya.——— TP 54.2
Allah tunjukkan kepada saya, bahwa Dia beri umatNya minum dari piala yang pahit itu untuk membersihkan dan menyucikan mereka. Minuman itu pahit adanya, dan mereka boleh bikin minuman itu lebih pahit oleh bersungut-sungut mengeluh dan bersesal hati. Tetapi barang siapa yang menerima minuman itu dengan demikian, mesti minum semangkuk lagi, oleh sebab yang pertama itu tidak menghabiskan yang dimaksud pada hatinya. Dan bila mangkuk yang kedua itu juga tak melaksanakan usaha itu, maka mereka diberikan satu cawan lagi, dan satu lagi sampai berhasil, dan kalau tidak, mereka akan dibiarkan tinggal kotor hatinya dan najis. Saya lihat bahwa cawan yang pahit ini dapat dijadikan manis oleh kesabaran, ketabahan, dan doa, maka cawan itu akan mendatangkan hasil yang dimaksudkan itu atas hati orang yang menerimanya dengan demikian, maka Allahpun dihormati dan dipermuliakan. Bukanlah itu perkara gampang menjadi orang Kristen dan menjadi milik serta diperkenankan Allah. Tuhan telah menunjukkan kepada saya orang-orang yang mengaku kebenaran sekarang, yang hidupnya tidak setuju dengan pengakuan mereka. Anggapan mereka tentang peribadatan adalah sama sekali terlalu rendah dan jauh dibawah tuntutan kesucian menurut Alkitab. Ada yang suka lagi akan percakapan yang sia-sia dan yang tak sopan, ada yang suka mengemukakan diri. Janganlah kita mengharap hendak menyenangkan diri kita sendiri, hidup dan berlaku seperti dunia ini, mempunyai bahagian dalam kesukaannya dan bergemar dalam pergaulan orang dunia serta nanti berkerajaan dengan Tuhan dalam kemuliaan. ——-TP 55.1
Kita mesti mengambil bahagian dalam sengsara Kristus didunia ini, kalau kita nanti hendak dapat bahagian dalam kemuliaanNya di akhirat. Kalau kita menuntut kepentingan kita sendiri, dan mencahari akal bagaimana memperoleh kesenangan kita ganti mencari akal buat menyukakan Allah dan memajukan pekerjaanNya yang indah dan berkekurangan itu, kita ada memandang enteng terhadap Allah dan pekerjaanNya yang kita akui kita cintai itu. Kita hanya mempunyai sedikit waktu lagi untuk bekerja buat Tuhan. Janganlah lagi ada yang terlalu berharga buat dikorbankan untuk keselamatan kawan kambing Jesus yang tercerai-berai dan terpetcah-belah itu. Mereka, yang pada masa ini telah mengadakan perjanjian dengan Allah disertai korban, akan lekas dibawa kerumah buat menerima upah jang limpah dan memiliki kerajaan baru itu buat selama-lamanya. ——TP 56.1
Aduhai, biarlah kita hidup semata-mata bagi Tuhan dan tunjukkan oleh hidup yang teratur dan benar serta tingkah laku yang alim, bahwa kita sudah beserta Yesus dan kitalah pengikutNya yang lemah lembut dan rendah hati. Kita mesti kerja selama hari ada, sebab bila malam kesusahan dan kepicikan itu datang, waktunya pun sudah terlambat buat bekerja bagi Tuhan. Yesus ada didalam kaabahNya yang suci itu dan sekarang akan menerima korban-korban kita, doa kita, pengakuan kita akan kesalahan dan dosa-dosa kita, dan akan mengampuni segala pelanggaran Israel, supaya itu sekalian dihapuskan sebelum Dia tinggalkan kaabah itu. Bila Yesus tinggalkan bait suci itu, maka orang yang suci dan benar itu menjadi semangkin suci dan benar, karena segala dosa mereka itu telah dihapuskan, dan mereka dimeterai dengan cap Allah yang hidup. Tetapi orang yang berbuat jahat dan yang cemar itu, akan berbuat jahat dan cemar lagi, karena tidak ada lagi Imam didalam kaabah untuk menerima korban, pengakuan dosa dan doa mereka buat dipersembahkan dihadapan tahta Bapa. Oleh sebab itu barang apa yang hendak diperbuat untuk menyelamatkan jiwa dari taufan murka yang akan datang itu, mestilah dijalankan sebelum Yesus meninggalkan bilik yang maha suci dalam kaabah samawi itu.—-TP 56.2
Pelajaran menjadi “Manusia baru” dari memahami asal mula pelanggaran
Catatan:
Pelajaran berikut memberi jawaban kepada kita terhadap perenungan kita :
Walaupun kita telah membaca sedemikian mengerikannya ancaman dan amaran-amaran dari Ellen G. White dan Victor T. Houteff akan murkaNya Tuhan atas pelanggaran-pelanggaran kita yang tidak ada maaf dan tertunda, namun mengapa kita sekarang ini cenderung masih tenang-tenang saja, belum beranjak SADAR akan bahayanya dosa, dan masih saja terlibat dalam kebiasaan-kebiasaan dan prilaku yang tidak benar tersebut dalam banyak praktek-praktek beragama……MENGAPA KEKAWATIRAN dan KETAKUTAN KITA SEDEMIKIAN KECIL serta CENDERUNG SAMA DENGAN KEKAWATIRAN-KEKAWATIRAN ORANG-ORANG DUNIA?
Mulanya dosa:
Sebenarnya Lucifer bisa saja tetap berkenan kepada Allah, dikasihi dan dihormati oleh seluruh malaikat surga, dan menjalankan kuasanya yang mulia untuk memberkati yang lain-lain serta memuliakan Penciptanya. Tetapi kata nabi itu, “Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu.” (Yehezkiel 28:17). Sedikit demi sedikit Lucifer memanjakan suatu keinginan untuk meninggikan diri sendiri. “Ka-rena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.” “Engkau yang tadi-nya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendi-rikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi.” (Yehezkiel 28:6; Yesaya. 14:13-14). Gantinya berusaha membuat Allah yang tertinggi dalam kasih dan kesetiaan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, Lucifer berusaha untuk memenangkan pelayanan dan penghargaan mereka untuk dirinya sendiri. Dan karena menginginkan kehormatan yang dikaruniakan Bapa Semawi kepada Anak-Nya, lalu penghulu malaikat ini menginginkan kuasa yang hanya Kristus saja memiliki hak prerogatif itu. —–KA 517.2
Kemenangan Akhir Bab 30—Permusuhan antara Manusia dan Setan
…….
Allah mengatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan.” Permusuhan ini bukanlah yang datang dengan sendirinya. Pada waktu manusia melanggar hukum Ilahi, maka sifat alamiahnya menjadi jahat, dan ia menjadi selaras, tidak berbeda dengan Setan. Secara alamiah, tidak ada lagi pertentangan antara manusia yang berdosa dengan yang memulai dosa itu. Keduanya menjadi jahat oleh kemurtadan. Orang yang murtad tidak pernah merasa senang kecuali ia mendapat simpati dan dukungan oleh mengajak orang lain mengikuti teladannya. Untuk ini, malaikat-malaikat yang sudah jatuh dan orang-orang jahat bersatu dalam persekongkolan nekad. Seandainya Allah tidak campur tangan, Setan dan manusia akan bersekutu melawan surga, dan gantinya bermusuhan dengan Setan, segenap umat manusia akan bersatu menentang Allah. Setan menggoda manusia supaya berdosa, sebagaimana ia menyebabkan malaikat-malaikat memberontak, agar dengan demikian ia mendapatkan kerja sama dalam peperangannya melawan surga. Tidak ada perselisihan antara dirinya dengan malaikat-malaikat yang sudah jatuh, dalam hubungannya dengan kebencian mereka kepada Kristus, sementara dalam hal lain ada pertentangan. Mereka teguh bersatu melawan kekuasaan Penguasa alam semesta. Tetapi pada waktu Setan mendengar deklarasi adanya permusuhan yang teijadi antara dirinya sendiri dengan “perempuan itu, dan antara keturunannya dengan keturunan perempuan itu,” maka ia mengetahui bahwa usahanya untuk merusak sifat manusia akan terhalang; sehingga oleh sesuatu cara manusia akan sanggup melawan kuasa Setan itu. ——KA 529.2
……..
Adalah merupakan suatu anugerah bahwa Kristus menanamkan di dalam jiwa manusia permusuhan melawan Setan. Tanpa anugerah yang mengubah dan kuasa yang membarui ini, manusia akan terus menjadi tawanan Setan, sebagai hamba yang selalu siap sedia melakukan perintahnya. Tetapi prinsip baru di dalam jiwa manusia menciptakan pertentangan yang sebelumnya dipenuhi damai. Kuasa yang dibagikan Kristus menyanggupkan manusia melawan oknum yang lalim dan perebut kekuasaan itu. Siapa saja yang terlihat membenci dosa gantinya mengasihinya, siapa saja yang melawan dan mengalahkan berbagai nafsu yang telah memerintah dalam dirinya, akan menunjukkan pelaksanaan suatu prinsip yang seluruhnya datang dari atas. ——-KA 530.2
Permusuhan yang sama-juga ditunjukkan kepada pengikut-pengikut Kristus sebagaimana yang ditunjukkan kepada Guru mereka. Siapa saja yang melihat sifat dosa itu menjijikkan, dan dengan kekuatan dari atas melawan penggodaan, maka dengan pasti akan menimbulkan kemarahan Setan dan pengikut-pengikutnya. Kebencian kepada prinsip-prinsip mumi kebenaran, dan celaan serta penganiayaan terhadap pendukung-pendukungnya, akan selalu ada selama dosa dan orang-orang berdosa masih ada. Pengikut-pengikut Kristus dan budak-budak Setan tidak bisa hidup bersama secara harmonis. Perlawanan terhadap salib belum berakhir. “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” (2 Timotius 3:12). ——-KA 531.1
………….
|
Setan mengumpulkan segenap kekuatannya dan mengerahkan seluruh tenaganya ke medan pertempuran. Mengapa ia tidak menemui perlawanan yang besar? Mengapa bala tentara Kristus begitu mengantuk dan acuh tak acuh? Oleh karena mereka mempunyai sedikit hubungan yang sesungguh-nya dengan Kristus; oleh karena mereka kekurangan Roh-Nya. Dosa bagi mereka bukanlah yang menjijikkan dan kebencian, seperti kepada Guru mereka. Mereka tidak menghadapinya, seperti Kristus menghadapinya; dengan perlawanan tegas dan menentukan. Mereka tidak menyadari kejahatan yang begitu luar biasa serta keganasan dosa, dan mereka dibutakan terhadap tabiat dan kuasa raja kegelapan itu. Hanya sedikit permusuhan melawan Setan dan pekerjaannya, karena adanya sikap tidak peduli dan masa bodoh mengenai kuasa dan kebencian Setan, dan hebatnya serta luasnya peperangannya melawan Kristus dan jemaat-Nya. Orang-orang banyak tertipu di sini. Mereka tidak tahu bahwa musuh mereka adalah jenderal perkasa, yang mengendalikan pikiran malaikat-malaikat jahat, dan bahwa dengan rencana matang dan gerakan yang trampil ia berperang melawan Kristus untuk mencegah penyelamatan jiwa-jiwa manusia itu. Di antara orang-orang yang mengaku Kristen, bahkan di antara pelayan-pelayan Injil, jarang disebutkan mengenai Setan, kecuali barangkali secara kebetulan disebutkan dari mimbar. Mereka lalai melihat tanda-tanda kegiatannya yang terus-menerus dan keberhasilannya; mereka melalaikan amaran-amaran mengenai kelicikannya; tampaknya mereka mengabaikan keberadaan Setan itu sendiri. ——-KA 532.1
Sementara orang-orang mengabaikan usaha-usaha Setan, musuh yang waspada ini maju terus setiap saat. Ia memaksakan kehadirannya di setiap bagian rumah tangga, di jalan-jalan kota, di dalam jemaat-jemaat, di maje-lis-majelis nasional, di pengadilan-pengadilan, untuk membingungkan, me-nipu, menggoda, untuk menghancurkan tubuh dan jiwa para pria dan wanita dan anak-anak, menghancurkan keutuhan rumah tangga, untuk menaburkan bibit kedengkian, persaingan, perselisihan, hasutan dan pembunuhan. Dan dunia Kristen menganggap hal-hal ini seolah-olah telah ditetapkan oleh Allah dan harus ada. ——-KA 532.2
|
Setan terus-menerus berusaha mengalahkan umat Allah dengan menghancurkan tembok-tembok pemisah yang memisahkan mereka dari dunia ini. Israel kuno terbujuk melakukan dosa pada waktu mereka memberanikan diri mengadakan hubungan yang terlarang dengan bangsa-bangsa kafir. Dengan cara yang sama juga orang-orang Israel modem disesatkan. ” … orang-orang yang tidak percaya yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat adanya cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (2 Korintus 4:4). Semua yang bukan pengikut-pengikut Kristus yang sejati adalah hamba-hamba Setan. Dalam hati yang tidak dibarui terdapat kasih terhadap dosa, dan kecenderungan untuk membela dosa itu dan memaafkannya. Dalam hati yang sudah dibarui ada kebencian terhadap dosa dan tekad untuk melawan dosa itu. Bilamana orang Kristen memilih bergaul dengan orang-orang fasik dan orang-orang yang tidak percaya, mereka membukakan dirinya kepada pencobaan. Setan menyembunyikan dirinya dari pandangan mereka, dan dengan diam-diam menutupi mata mereka dengan tipuan. Mereka tidak bisa melihat bahwa pergaulan seperti itu bisa mendatangkan bahaya. Dan sementara semua waktu digunakan untuk berbaur dengan dunia ini di dalam tabiat, perkataan dan tindakan atau perbuatan, maka mereka menjadi semakin dibutakan. ——-KA 533.1
Persesuaian kepada kebiasaan-kebiasaan dunia membuat gereja bertobat kepada dunia, dan tidak akan pemah mempertobatkan dunia kepada Kristus. Keakraban dengan dosa pasti menyebabkan dosa itu tampak kurang menjijikkan. Ia yang memilih bergaul dengan hamba-hamba Setan, akan segera kehilangan rasa takut kepada tuannya. Bilamana dalam tugas kita menghadapi pencobaan, sebagaimana Daniel di istana raja, kita boleh merasa pasti bahwa Allah melindungi kita. Tetapi jikalau kita menempatkan diri di bawah penggodaan, lambat atau cepat kita akan jatuh. ——KA 533.2
Penggoda itu sering bekerja dengan sangat berhasil melalui orang yang paling sedikit kita curigai, yang berada di bawah pengendalian Setan. Pemilik talenta dan pendidikan dikagumi dan dihormati seolah-olah kemampuan ini dapat menggantikan ketidaktakutan kepada Allah, atau untuk menyanggupkan manusia berkenan kepada Allah. Bakat atau talenta dan pendidikan memang dianggap sebagai karunia Allah. Tetapi kalau karunia ini dibuat menggantikan kesalehan, bilamana kemampuan ini membuat orang jauh dari Allah yang seharusnya membawa orang lebih dekat kepada-Nya, maka bakat, talenta dan pendidikan itu akan menjadi kutuk dan jerat. Pendapat yang tersebar luas mengatakan bahwa semua yang tampak sopan atau kehalusan budi bahasa dan tingkah laku dalam berbagai hal, berhubungan dengan Kristus. Ini adalah suatu kekeliruan besar. Sifat-sifat ini memang haruslah menjadi tabiat orang Kristen, karena akan mendatangkan pengaruh yang kuat bagi agama yang besar. Tetapi sifat-sifat itu haruslah diabdikan kepada Allah, atau kalau tidak, itu juga dapat menjadi alat ampuh bagi kejahatan. Banyak orang yang terdidik dan yang bertingkah laku yang menyenangkan, yang tidak tunduk kepada apa yang biasanya dianggap sebagai tindakan tak bermoral, sebenarnya hanyalah alat yang sudah digosok mengkilap di tangan Setan. Tabiat tersembunyi dan menipu dari pengaruhnya dan teladannya menjadikannya seorang musuh yang lebih berbahaya kepada kepentingan Kristus daripada mereka yang acuh tak acuh dan yang tidak beradab dan tidak berpendidikan. ——-KA 533.3
Dengan doa yang sungguh-sungguh dan ketergantungan kepada Allah, Salomo memperoleh hikmat yang membangkitkan keheranan dan ke-kaguman dunia. Tetapi pada waktu ia berpaling dari Sumber kekuatannya dan bergantung kepada dirinya sendiri, ia menjadi mangsa pencobaan. Kemudian kemampuan-kemampuan luar biasa yang dikaruniakan kepada raja yang paling bijaksana ini, hanya membuatnya menjadi alat yang lebih efektif dari musuh jiwa-jiwa itu. ——-KA 534.1
Akibat dari pelanggaran hukum yang harus dipikul manusia seumur hidup:
Kepada Adam, Allah berkata, “Bahwa sebab telah engkau mendengar akan kata binimu serta sudah makan buah pohon, yang telah kupesan kepadamu jangan engkau makan dia, maka terkutuklah bumi itu sebab engkau, maka dengan kesusahan engkau akan makan hasilnya seumur hidupmu. Maka bumi itu akan menumbuhkan bagimu duri dan onak, dan sayur-sayuran di ladang akan menjadi makananmu. Maka dengan berpeluh mukamu engkau akan .makan rezekimu sehingga engkau kembali pula kepada tanah, karena daripadanya engkau telah diambil; bahwa abulah adanya, maka kepada abupun engkau akan kembali juga.” —–PB1 50.1
Dampaknya:
- Hal-hal duniawi (antara lain – mencari nafkah)
Allah memanggil mereka yang telah dipercayakan memegang harta-Nya untuk menjadi pelayan-pelayan yang setia. Tuhan menempatkan semua ketertarikan akan hal-hal yang sementara menempati tempat yang kedua di dalam hati dan pikiran; tetapi Setan menempatkan hal-hal duniawi pada tempat pertama dalam kehidupan kita. Tuhan menyetujui hal-hal yang baik. Ia menunjukkan kepada kita pertentangan yang harus kita hadapi, bahwa kita harus menyatakan sifat dan rencana penebusan. Ia akan menyatakan bagimu bahaya yang engkau akan temui, kebutuhanmu akan penyangkalan diri, dan Ia akan memberikan penghargaan, memastikan supaya engkau dapat dengan berani menang dalam pertentangan, dan kuasa Ilahi akan bergabung dengan usaha manusia. ———Iman dan Perbuatan 157.1
- Mementingkan/mengutamakan diri sendiri
“Tidak seorangpun akan dapat dibawa ke atas tanpa usaha yang keras dan tekun dalam kepentingannya sendiri. Semua harus melibatkan diri dalam peperangan ini ……….. Peperangan untuk menang atas diri sendiri, untuk mencapai kesucian dan sorga, adalah suatu peperangan seumur hidup. Tanpa usaha yang terus-menerus dan aktifitas yang tetap, tidak akan terdapat kemajuan dalam kehidupan ilahi, tidak akan tercapai mahkota pemenang.” — Testimonies, vol. 8, p. 313.
USAHA MENJADI MANUSIA BARU —- DAMPAK PERGAULAN
Setiap pergaulan yang kita bentuk, betapapun terbatas membawa pengaruh terhadap kita. Meluasnya pengaruh yang menguasai kita itu akan ditentukan oleh derajat keakraban, pergaulan yang secara tetap, dan kasih serta pemujaan kita kepada orang yang menjadi teman kita bergaul. Maka dengan demikian oleh pengenalan dan pergaulan kita dengan Kristus kita boleh menjadi serupa dengan Dia, sebagai satu-satunya teladan yang tidak mempunyai kesalahan.——- Maranatha hal 74
Contoh dari pengalaman umat Allah masa lalu:
Musa telah belajar banyak perkara yang sekarang harus ia lupakan. Pengaruh-pengaruh yang mengelilinginya di Mesir kasih kepada ibu angkatnya, kedudukannya sendiri yang tinggi sebagai cucu raja, kehidupan yang gelojoh di sekitarnya, penarikan, tipu daya dan sifat mistik agama palsu, kemegahan penyembahan berhala, keagungan bangunan dan patung-patung—semuanya ini telah meninggalkan kesan yang dalam pada pikirannya yang sedang berkembang dan sedikit banyaknya telah membentuk kebiasaan serta tabiatnya. Waktu, perubahan sekelilingnya, dan hubungan dengan Allah dapat menghapuskan kesan-kesan ini. Hal ini menuntut dari pihak Musa sendiri satu pergumulan yang sungguh-sungguh untuk meninggalkan kesalahan dan menerima kebenaran, tetapi Allah akan menjadi penolongnya bilamana pergumulan tersebut menjadi terlalu berat bagi kekuatan manusia. ——-SRNJ1 291.2
Menahan sedikit atau banyak dari Allah berarti menahan sesuatu yang akan mengurangi kekuatan dan kesanggupan akhlaknya; karena jika perkara-perkara dunia ini dipelihara dalam hati, meskipun tampaknya tidak menentu dan tidak pantas, namun akan sangat berpengaruh. —-KSZ2 138.2
Catatan:
- Perlunya menghindari pergaulan
Orang-orang didunia secara umum fokus kepada dirinya sendiri, mereka menghabiskan waktu dan tenaganya untuk mencari nafkah yang merupakan dampak dari akibat dosa di taman Eden, dengan demikian kata-kata dalam buku Iman dan Perbuatan hal 157.1 yang mengatakan “Setan menempatkan hal-hal duniawi pada tempat pertama dalam kehidupan kita” tergenapi termasuk juga hal ini terjadi dalam diri orang-orang yang telah mengaku pemegang kebenaran sekarang.
Orang-orang dunia pada umumnya tanpa memandang agama apapun telah diajarkan dan memegang dengan teguh bahwa Tuhan panjang sabar, maha murah, maha mengerti, maha maaf, sehingga khususnya bagi orang Kristen (apapun) walaupun dalam Matius 22:36-40 telah cukup jelas dan mudah dipahami bahwa hukum yang pertama adalah mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi dan baru kemudian kepada sesama dan diri sendiri adalah hukum yang kedua, namun kesemuanya itu pada akhirnya ditolerir dan disepelekan oleh adanya anggapan yang sedemikian kuat tertanam dalam pikiran manusia berdosa.
Kebiasaan lainnya yang juga terdapat didalam orang-orang dunia yang juga tidak memandang dari jenis agama apapun, adalah KEBIASAAN MENILAI/MEMPERTIMBANGKAN DENGAN PERASAAN-PERASAANNYA DAN PIKIRAN-PIKIRAN MANUSIA. Permasalahan-permasalahan termasuk peperangan-peperangan yang terjadi didunia ini cenderung timbul oleh karena kebiasaan orang-orang mengukur bahkan menghakimi/mengadili orang lain dengan ukuran-ukuran pendapat-pendapat manusia. Hal inipun berlaku dalam kehidupan beragama dari para pemimpin-pemimpin agama.
Dalam hal menggunakan perasaan dan pikiran-pikiran manusia Ellen G. White mengatakan :
“Banyak yang tertipu mengenai keadaan hati mereka. Tidak mereka sadari bahwa pada hakekatnya hati itu adalah penipu adanya terlebih dari pada segala sesuatu, dan tiada berketentuan jahatnya. Mereka menyelubungi sekeliling dirinya dengan kebenarannya sendiri lalu merasa puas karena telah mencapai standar sifat-sifat tabiat manusia ukurannya sendiri. Tetapi alangkah bahayanya kegagalan mereka bilamana tidak mereka mencapai standard ukuran Ilahi, yang oleh mereka sendiri tak mungkin dapat mereka penuhi syarat-syarat keinginan Allah.
Kita boleh saja mengukur diri sendiri dengan ukuran kita sendiri, kita boleh saja memperbandingkan diri sendiri diantara sesama kita sendiri, kita boleh saja mengatakan bahwa kita telah berbuat seperti si Anu yang itu atau pun si Anu yang ini, tetapi masyalahnya yang mana pengadilan akan minta untuk dijawab adalah, sudahkah kita memenuhi tuntutan-tuntutan sorga yang diatas? Sudahkah kita mencapai standar ukuran Ilahi itu? Adakah hati kita sesuai dengan Allah segala langit itu?”—-Selected Messages, book 1, pp. 320, 321.
Tidak aman untuk percaya kepada perasaan atau kesan-kesan, hal-hal ini adalah tuntutan yang tidak dapat diandalkan. Hukum Allah adalah satu-satunya ukuran kesucian Tabiat dihakimi oleh hukum. Jika seseorang yang sedang mencari keselamatan bertanya “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Pengajar teori penyucian modern akan menjawab “Hanya percaya kepada Yesus bahwa Ia akan menyelamatkanmu”. Tetapi pada saat Kristus ditanya pertanyaan seperti ini Ia menjawab “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kau baca disana? Dan pada saat orang yang bertanya menjawab “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” Yesus berkata “Jawaban itu benar, perbuatlah demikian maka engkau akan hidup (Lukas 10:25-29) —IP 83.1
Semangat bukanlah penyucian. Penyucian adalah kesesuaian dengan kehendak Allah di surga, dan kehendak Allah dinyatakan melalui hukum-Nya yang suci. Pemeliharaan dari semua perintah-perintah-Nya adalah penyucian. Membuktikan dirimu sebagai anak yang penurut kepada Firman Allah adalah penyucian. Firman Allah harus menjadi penuntun kita, bukan pendapat atau ide dari manusia. Biarlah semua yang benar-benar disucikan mencari akan Firman Allah dengan kesabaran, dengan doa, dengan jiwa yang rendah hati. Biarlah mereka mengingat Yesus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran: Firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17).—-IP 210.1
Oleh karena kita hasil pendidikan manusia, dan tinggal dan besar dalam lingkungan pergaulan yang orang-orangnya berpikir demikian bahkan berasal dari para pelanggar hukum sebelum menerima pekabaran baru, maka kita sedikit banyakpun telah terpengaruh pandangan, kebiasaan-kebiasaan kehidupan orang-orang disekitar kita tersebut. Dan pada akhirnya TABIAT atau KARAKTER kitapun terbentuk sama dengan mereka……..dan akhirnya akibatnya TINGKAT KEKAWATIRAN DAN KETAKUTAN KITA AKAN AMARAN DAN TEGURAN-TEGURAN dari Ellen G. White dan Victor T. Houteff tersebut kurang mempunyai daya sengat ke diri kita, terlebih kita sudah MENCINTAI PELANGGARAN-PELANGGARAN HUKUM tersebut.
- Tidak dapatkah kita memilah-milah pergaulan
Pertanyaan mucul, bukankah tidak semua hasil pergauluan itu buruk – bukankah banyak juga dari pergaulan kita dapat pengetahuan-pengetahuan dan informasi-informasi?, tidak dapatkah kita berlaku bijaksana saja untuk memilah-milah pergaulan tersebut, yaitu yang buruk tidak ikuti dan yang baik kita sadur dan gunakan?.
Bila kita amati dari amaran dan petunjuk Ellen G. White tampak tidak ada pengecualian dari amaran tersebut, berarti kesemua jenis pergaulan dengan orang-orang yang berbeda dengan iman kebenaran sekarang TIDAK DIPERKENANKAN, hal ini mengapa?.
Jawaban yang dapat kita simpulkan adalah khususnya dalam 40 hari pendidikan kita, sekarang ini Tuhan fokuskan kita untuk memikirkan 4 hukum yang pertama dari 10 hukum, sementara sebaik-baiknya pengaruh yang positif dari pergaulan kesemuanya adalah hanya seputar 6 hukum dari 10 hukum. Nasihat itu sedemikian ekstrem sampai-sampai Ellen G White menyarankan kita untuk pindah ke desa ketempat yang terpencil, seperti kutipan berikut:
Tuhan menyerukan kepada anggota-anggota kita untuk bermukim jauh dari kota-kota, sebab pada saat yang tidak disangka-sangka, api dan belerang akan dicurahkan dari langit ke atas kota-kota ini. Hukuman itu setimpal dengan dosa-dosa mereka. Bilamana sebuah kota dibinasakan, janganlah anggota-anggota kita menganggap hal itu suatu kejadian yang enteng, lalu berpikir bahwa jika peluang memungkinkan maka mereka bisa membangun sendiri rumah-rumah di kota yang sama yang telah hancur itu…. —PAZ 71.3
Sudah tiba waktunya bagi anggota-anggota kita untuk membawa keluarganya keluar dari kota ke tempat-tempat yang lebih tenang, kalau tidak banyak dari antara orang-orang muda bahkan juga banyak dari orang-orang yang lebih tua akan terjerat dan ditawan oleh musuh itu.— 8T 101 (1904). PAZ 73.4
Tidak ada satu di antara seratus keluarga yang akan bertambah secara jasmani, pikirani ataupun rohaninya dengan tinggal di kota. Iman, pengharapan, kasih, kebahagiaan, akan jauh lebih baik diperoleh di tempat-tempat yang tenang di mana terdapat ladang-ladang, bukit-bukit dan pepohonan. Bawalah anak-anakmu jauh dari pemandangan dan kebisingan kota, jauh dari hiruk-pikuk lalu lintas di jalan-jalan raya, maka pikiran mereka menjadi lebih sehat. Ternyata akan lebih mudah memasukkan kebenaran firman Allah ke dalam hati mereka.— AH 137 (1905). PAZ 73.5
Adalah karena kita telah gagal dalam pendidikan kita di dalam 3 ½ tahun contoh saingan, sehingga perlu kita membatasi dan memagari diri secara bersungguh-sungguh lebih tegas dari pada kita yang sebelumnya yang penuh toleran-toleran dan memandang ringan ancaman-ancaman murka Tuhan itu.
HASIL DARI SEKOLAH ALLAH DAN HASIL DARI SEKOLAH MANUSIA
Amaran Sekarang jld 2 No. 25:
Siswa-siswa di dalam sekolah Allah belajar berdasarkan prinsip dan dengan hanya satu tujuan untuk memajukan Kerajaan Allah, sebaliknya siswa-siswa dalam sekolah manusia belajar berdasarkan pandangan dari segi keuangan untuk khusus membantu dirinya sendiri dan bukan orang lain, yang mana kita sebagai orang-orang Kristen tidak dapat melakukannya jika kita berharap untuk menjadi pelaksana dari pada apa yang Allah kehendaki kita perbuat. Setiap ahli pikir yang memandang pada segala perkara menurut pandangan Allah, tak dapat tiada adalah hasil dari sekolah Allah.
Contoh dari pengalaman Musa bagaimana ketika Tuhan hendak menggunakan orang-orang dari hasil pendidikan manusia:
Dengan membunuh orang Mesir itu, Musa telah jatuh ke dalam kesalahan yang sama yang sangat sering diperbuat oleh leluhur-leluhurnya, yaitu melaksanakan dengan tangannya sendiri apa yang telah dijanjikan Allah akan dilakukanNya. Bukanlah kehendak Allah untuk melepaskan bangsa itu dengan jalan berperang, sebagaimana yang disangka Musa, melainkan oleh kuasaNya yang besar itu, agar supaya kemuliaan itu hanya diberikan kepadaNya saja. Namun demikian, sekalipun tindakannya yang kejam itu telah dikendalikan oleh Allah sehingga itu dapat melaksanakan maksudmaksudNya. Musa belum bersedia untuk tugasnya yang besar itu. Ia masih harus mempelajari pelajaran yang sama tentang iman yang telah diajarkan kepada Ibrahim dan Yakub—untuk tidak bersandar kepada kekuatan manusia atau kebijaksanaan manusia tetapi kepada kuasa Allah bagi kegenapan janji-janjiNya. Dan ada juga pelajaran lain yang, di tengah-tengah kesunyian di antara gunung-gunung itu, harus dipelajari oleh Musa. Di dalam sekolah penyangkalan diri serta kesukaran ia harus belajar untuk sabar dan untuk menahan nafsunya. Sebelum ia dapat memerintah dengan bijaksana, ia harus diajar untuk menurut. Hatinya harus selaras dengan Allah sebelum ia dapat mengajarkan pengetahuan tentang kehendakNya kepada Israel. Oleh pengalamannya sendiri ia harus dipersiapkan untuk mempraktekkan penjagaannya sebagai seorang bapa terhadap semua orang yang memerlukan pertolongannya. —–PB1 257.3
Musa telah belajar banyak perkara yang sekarang harus ia lupakan. Pengaruh-pengaruh yang mengelilinginya di Mesir—kasih kepada ibu angkatnya, kedudukannya sendiri yang tinggi sebagai cucu raja, kehidupan yang gelojoh di sekitarnya, penarikan, tipu daya dan sifat mistik agama palsu, kemegahan daripada penyembahan berhala, keagungan daripada bangunan dan patung-patung—semuanya ini telah meninggalkan kesan yang dalam pada pikirannya yang sedang berkembang dan sedikit banyaknya telah membentuk kebiasaan serta tabiatnya. Waktu, perubahan sekelilingnya, dan perhubungan dengan Allah dapat menghapuskan kesan-kesan ini. Hal ini menuntut dari pihak Musa sendiri satu pergumulan yang sungguh-sungguh untuk meninggalkan kesalahan dan menerima kebenaran, tetapi Allah akan menjadi penolongnya bilamana pergumulan tersebut menjadi terlalu hebat bagi kekuatan manusia. —–PB1 258.1
Dikelilingi oleh barisan gunung-gunung, Musa terasing bersama dengan Allah. Kuil-kuil Mesir yang megah itu tidak lagi mengesankan pikirannya dengan segala takhyul dan kepalsuannya. Di dalam suasana khidmat di antara bukit-bukit itu, ia dapat melihat keagungan Yang Mahatinggi, dan sebaliknya, kini ia menyadari betapa tidak berdayanya dan tidak berartinya ilah-ilah Mesir itu. Di mana-mana nama Khalik tertulis. Musa seolah-olah berdiri di dalam hadiratNya dan dikelilingi oleh kuasaNya. Di tempat ini kesombongannya dan sifat merasa diri cukup sama sekali dihapuskan. Di dalam kesederhanaan hidup di padang belantara, akibat-akibat daripada kemewahan dan kesenangan Mesir hilang dari dalam dirinya. Musa menjadi orang yang sabar, bersikap hormat dan rendah hati, “amat lemah lembut perangainya, terlebih lembut daripada seegala orang yang di atas bumi.” (Bilangan 12:3), tetapi kuat di dalam iman kepada Allah Yakub yang berkuasa itu. —-PB1 259.1
Catatan mengenai nasihat Ellen G. White untuk pindah ke desa dari tulisan-tulisan Victor T. Houteff.
- Amaran skrg jld 1 no 1
Ia telah menjadi seorang besar, mungkin sebagai seorang walikota dari kota itu seperti beberapa orang perkirakan, dan bahwa dengan demikian itulah ia telah duduk pada pintu gerbang kota Sodom itu. Sungguhpun begitu adalah sangat mungkin ia telah
duduk di sana menunggui orang-orang asing untuk diundangnya ke rumah. Sesungguhnya keluarga Lot memiliki hidup yang menarik dan juga tidak teratur di antara orang-orang Sodom, tetapi kegembiraan itu tidak berlangsung untuk selama-lamanya, maka Lot pada malamnya telah kehilangan segala perkara yang pernah ia miliki; ia kemudian telah keluar sebagai orang yang termiskin dari pada segala orang miskin. Saudara saksikan, Lot membayar mahal untuk kesenangannya, MAKA JIKA SAUDARA MAU MEMBAYAR HARGA YANG SEDEMIKIAN INI UNTUK KESENANGANMU, MAKA ENGKAU DAPAT MELAKUKANNYA SEPERTI YANG TELAH DILAKUKANNYA.
- Renungan Doa Amaran Sekarang Jld II no. 19 ttg berbagai godaan mendatangkan kebanjiran berbagai godaan
……Mengejar keplesiran dan kesenangan umumnya terdapat di kota-kota besar. Banyak orangtua yang memilih tinggal di kota bagi kepentingan anaknya mengira demi untuk memberikan kepada mereka manfaat yang lebih besar, ternyata telah menemui kekecewaan, sehingga sudah sangat terlambat untuk merubah kekeliruan mereka yang besar itu. Kota-kota pada zaman ini cepat sekali menjadi seperti Sodom dan Gommorah …… Orang-orang muda hanyut dibawa oleh arus kepopulerannya. Orang-orang yang belajar mencintai hiburan demi untuk kepentingan hiburan itu sendiri, membuka pintu bagi datangnya kebanjiran berbagai godaan……. Mereka dibawa dari bentuk pemborosan yang satu kepada bentuk pemborosan lainnya, sampai akhirnya mereka kehilangan baik cita-cita maupun kemampuan bagi suatu hidup yang berguna.
Marilah kita berdoa sekarang baik bagi para orangtua maupun bagi anak-anak, bagi Sidang itu sendiri dalam keadaan surutnya yang terendah sementara ia memajukan keduniawian dengan cara-caranya mengumpulkan uang; rumah Allah dicemarkan, dan kota-kota menjadi bagaikan Sodom dan Gommorah. Marilah kita berdoa agar kiranya kita sebagai orangtua dan sebagai pengawal-pengawal akan selalu dekat kepada Majikan dan selalu berusaha mencarikan bantuan Ilahi dalam menghantarkan anak-anak menurut petunjuk-petunjuk Allah, karena keselamatan mereka yang utama sedang terancam.
- Amaran Sekarang Jld II no. 8:
“Sementara orang-orang suci meninggalkan kota-kota dan kampung-kampung, mereka dikejar dari belakang oleh orang-orang jahat yang berusaha membinasakan mereka, Namun pedang-pedang yang diangkat untuk membunuh umat Allah itu patah dan jatuh tak berdaya bagaikan rumput kering”.”– Early Writings, pp,284-285.
- Pehukuman dan Penuaian:
Hamba Allah dalam melukiskan perayaan ini mengatakan sebagai berikut: “Aku tampak orang-orang suci meninggalkan kota-kota dan kampung-kampung, lalu mereka berkumpul bersama secara berkelompok-kelompok, dan tinggal di tempat-tempat yang sangat terpencil. Malaikat-malaikat memberikan mereka makanan dan air, sementara orang-orang jahat menderita kelaparan dan kehausan.” —- Early Writings, p. 282.
- Buku Symbolic Code 10, No. 1 September 1954 hal 1-5
Kita sekali lagi, bahkan dengan perhatian yang lebih besar untuk mencapai tujuannya, Pusat Gunung Karmel sekali lagi memberitahukan kepada orang-orang Davidian yang setia dan yang akan menyadari bahwa kabar baik ini adalah merupakan satu pertanda. Pertama sekali, Pusat Gunung Karmel memulainya dengan menjual kelebihan harta miliknya, kemudian menjual seluruhnya, adalah lambang yang mengingatkan kepada program yang digambarkan oleh Alkitab dan Roh Nubuat dalam kata-kata berikut:
Sekali lagi, “Hal kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang dan yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Matius 13:44. Yesus sendiri sedang membuka jalan itu.
“…..Yesus telah membuat perkara itu mungkin bagi kamu untuk menerima kasihNya, dan dengan suka cita bekerja sama dengan dia dibawah pengaruh keharumannya. Ia menghendaki kamu untuk menggunakan harta milikmu dalam pelayanan yang tidak mementingkan diri, supaya rencana keselamatan jiwa-jiwa dapat berjalan dengan kuasa. Ia mengharapkan kamu untuk memberikan tenaga yang tidak terbagi bagi kedalam pekerjaanNya.
Maukah kamu agar harta milikmu terjamin aman? Berikanlah itu ke dalam tangan yang terpaku di kayu salib. Menahan harta milikmu adalah kerugian kekal bagimu. Berikanlah itu kepada Allah, maka pada saat itu semuanya itu akan diukirkan. Itu akan dimeteraikan dengan keabadianNya. Maukah kamu menikmati kemampuanmu? Maka gunakanlah itu menjadi persembahan “. Testimonies Jilid 9, No. 50, 51
Aku melihat bahwa kalau ada orang yang berpegang pada hartanya dan tidak bertanya kepada Tuhan mengenai kewajiban mereka, maka Tuhan tidak akan memberitahukannya serta mengijinkan hartanya disimpan, namun pada masa kesukaran hartanya itu akan merupakan sebuah gunung yang akan menimpa kepada mereka dan mereka akan mencoba untuk menggunakannya, tetapi tidak dapat digunakan lagi. Saya mendengar ada orang yang bersungut-sungut begini, “Pekerjaan tersendat sendat, umat Allah sedang kelaparan akan kebenaran, sedangkan kita tidak berusaha untuk menutupi kekurangan itu; dan sekarang harta kita tidak ada gunanya. Aduh, sekiranya kita telah menyumbangkannya, dan menyimpan harta di surga!”. Aku melihat, bahwa pengorbanan tidak bertambah melainkan berkurang dan dihabiskan. Saya juga melihat bahwa Allah tidak menghendaki semua umatNya untuk menggunakan harta mereka pada saat yang sama, tetapi jika mereka mau diajar, Ia akan mengajar mereka pada saat kekurangan, kapan untuk menjual dan berapa banyak yang akan dijual. Ada orang yang telah diminta untuk menggunakan harta mereka pada masa yang lampau untuk menunjang pekerjaan Advent, sementara yang lainnya dibiarkan untuk menyimpan harta mereka sampai pada masa ia itu dibutuhkan. Barulah pada saat harta itu dibutuhkan, maka kewajiban merekalah untuk menjualnya”. —- Early Wrintings, p. 57.
……..Dengan semakin berlalunya hari kita melihat bahwa Allah menghendaki umatNya supaya dengan suka cita mereka membantu pekerjaanNya, pertama melalui perpuluhan dan persembahan mereka (Maleakhi 3:8-10), dan akhirnya dengan menjual seluruh hartanya, jika mereka mau masuk kedalam kehidupan yang kekal. Mereka yang memenuhi persyaratan yang pertama, akhirnya akan bergembira menjual semua hartanya apabila Allah memerintahkannya. Hanya dengan demikianlah mereka akan dapat dikatakan, bergembira membeli “ladang” yang memendam harta itu.
Sekarang hal itu menjadi sangat jelas karena waktunya sudah singkat, sehingga ia yang mau bersedia bagi “perjamuan besar” dan bagi “rumah kekalnya”, akan membuka matanya terhadap kebenaran dan membuka hatinya kepada keselamatan kekalnya. Hari demi hari Allah akan menuntun dia.
Maka dengan pasti langkah ini dapat menjadi satu tonggak pertanda baik kepada orang-orang Davidian maupun kepada orang-orang Laodekia, bahwa pekabaran Jam Sebelas itu sudah berada pada puncak terakhir dan sekuat tenaga berusaha untuk merebut kembali sidang dari tangan-tangan musuh.
……….
Maka siapakah yang tahu, kecuali Tuhan, bahwa contoh yang mendebarkan hati ini dapat segera berubah menjadi bunyi tanda bahaya dan yang akan diikuti oleh setiap orang Davidian yang setia diseluruh negeri itu. Bahkan sekarang, contoh yang diberikan Tuhan untuk mengumpulkan dana dengan menjual harta milikNya, adalah merupakan satu seruan nyaring kepada setiap orang Davidian untuk menyadari kenyataan bahwa mereka memiliki hak istimewa untuk ikut berkampanye mula-mula dengan memberikan perpuluhan dan persembahan dengan setia, dan akhirnya menambah jumlah dana itu dengan memberikan segala sesuatu sehingga pekerjaan itu dapat diselesaikan lalu orang-orang suci dapat berkumpul kembali pulang ke rumah.
SIAPAKAH YANG DAPAT MELAKUKAN PERTOBATAN SEBAGAI PERSYARATAN PERTAMA RENDAH HATI
Orang-orang yang belum merendahkan dirinya di hadapan Allah dengan jalan mengakui kesalahan mereka, berarti belumlah memenuhi syarat pertama penerimaan itu. Jika kita belum mengalami pertobatan yang tidak perlu disesalkan, serta belum mempunyai rendah-hati yang sejati dalam jiwa dan roh pengakuan yang luluh mengakui dosa-dosa kita, jijik akan kesalahan- kesalahan kita, berarti kita belum berusaha dengan sungguh-sungguh mencari keampunan dosa; dan jika kita tidak pernah mencarinya dengan sungguh-sungguh, maka kita tidak akan pernah mendapat damai Allah. Satu-satunya sebab mengapa kita tidak mendapat keampunan dosa-dosa kita pada masa lampau ialah karena kita tidak mau merendahkan hati serta menurut syarat-syarat firman kebenaran itu. Petunjuk-petunjuk yang jelas telah diberikan mengenai hal ini. Pengakuan dosa, apakah di hadapan orang-banyak atau hanya sendirian, haruslah dengan sepenuh hati dan dinyatakan dengan tulus. Bukannya harus karena terpaksa dari orang yang berdosa itu. Bukan pula dengan cara sembrono dan remeh, atau dipaksa dari orang-orang yang tidak menyadari rasa jijiknya sifat dosa itu. Pengakuan yang mengalir dari segenap jiwa berjalan menuju Allah yang mempunyai kasih tiada batasnya. Penulis Mazmur berkata seperti berikut: ,,Maka Tuhan itu hampirlah pada segala orang yang hancur hatinya, dan akan orang yang luluh-lantak hatinyapun ditolongnya. ”Mazmur 34:19. ——KS 33.1
BAGAIMANAKAH seorang manusia dapat benar di hadapan Allah? Bagaimanakah orang berdosa itu dapat dibenarkan? Hanya melalui Kristuslah kita dapat rukun dengan Allah, dengan kesucian, tetapi bagaimanakah kita datang kepada Kristus? Banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang serupa itu, sebagaimana yang juga ditanyakan orang banyak pada Hari Pentakosta, ketika dosanya ditunjukkan, mereka berseru: “Apakah yang wajib kami perbuat? ” Jawab Petrus yang pertama ialah: “Hendaklah kamu bertobat.” Kisah 2:37, 38. Pada saat yang lain dengan singkat dikatakannya; “Sebab itu hendaklah kamu menyesal dan bertobat, supaya dosamu dihapuskan.” Kisah 3:19. ————–KS 18.1
Pertanyaan yang perlu direnungkan :
Nasihat-nasihat Ellen G. White ini dimaksudkan kepada jenis dosa yang bagaimanakah, apakah kepada semua jenis dosa?
Jawaban :
Matius 12:31, 32:
Sebab itu aku berkata kepadamu : Segala dosa dan hujat melawan anak manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang anak manusia ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang roh kudus, ia tidak akan diampuni di dunia ini tidak dan didunia yang akan datangpun tidak.
SDA Bible Commentary Vol. 7A, p 213:
Orang tidak perlu memandang akan dosa melawan Roh Suci itu sebagai sesuatu yang misterius dan yang tak dapat didefenisikan. Dosa melawan Roh Suci ialah dosa karena terus menolak menyambut undangan untuk bertobat.
Evangelism, p. 255, 256
“Di masa lalu Allah berbicara kepada manusia melalui mulut para nabi dan para rasul (di dalam Alkitab). Di hari-hari sekarang ini (di akhir zaman). IA berbicara kepada mereka melalui kesaksian-kesaksian dari Roh-Nya. Belum pernah ada sesuatu waktu apabila Allah telah menginstruksikan kepada umat-Nya dengan sedemikian seriusnya daripada yang Ia instruksikan kepada mereka di waktu ini mengenai kehendak-Nya, serta arah perjalanan yang Ia ingin mereka tempuh.”.
“Adalah oleh perantaraan ROH SUCI, Tuhan Allah berkomunikasi dengan manusia, maka mereka yang dengan sengaja menolak a g e n p e -r a n t a r a ini sebagai berasal dari Setan, mereka telah memutuskan saluran komunikasi di antara jiwanya dengan Sorga. Tuhan Allah bekerja melalui manifestasi ROH-NYA untuk menegur dan meyakinkan orang berdosa akan dosa-dosanya; maka jika pekerjaan ROH ini pada akhirnya ditolak, tak akan ada lagi apapun yang dapat Allah perbuat bagi jiwa. Sumber terakhir dari kemurahan Ilahi telah dilaksanakan. Pelanggar hukum itu telah memutuskan dirinya lepas dari Allah, maka dosa tidak lagi memiliki obatnya yang akan dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Tidak ada lagi kuasa cadangan oleh mana Allah dapat berupaya untuk meyakinkan dan mentobatkan orang berdosa itu. “Tinggalkan dia” (Hosea 4 : 17), demikianlah perintah Ilahi.” – Patriarchs and Prophets, p. 405.
Orang yang berulang kali ditarik oleh Juru Selamatnya, dan yang melalaikan amaran-amaran yang telah disampaikan, tidak berserah diri sesuai keinsyafannya untuk bertobat serta tidak mau mendengar bilamana ia dinasehati untuk berusaha mencari pengampunan dan kemurahan akan berada di dalam kedudukan yang sangat berbahaya. Yesus sedang memanggil dia, Roh sedang menggunakan kuasanya ke atas dia sambil mengajurkan kepadanya untuk menyerahkan kemauannya kepada kemauan Allah, maka bilamana undangan ini tidak juga diperhatikan, maka Roh itu akan meninggalkannya dengan sedih. Pelaku dosa itu memilih untuk tetap di dalam dosa dan tanpa perasaan menyesal, walaupun ia memiliki kenyataan untuk mendorong imannya, dan makin banyak kenyataan tidak akan membawa kebaikan. Dosa-dosanya di masa lalu serta dosa-dosanya di waktu ini semuanya dikemukakan kehadapannya, namun penarikan inipun sia-sia saja, sebab ia menolak untuk merobah tindak tanduknya. Ada suatu penarikan lagi untuk mana ia boleh menyambutnya, maka itu adalah penarikan dari Setan. Ia tunduk kepada kuasa-kuasa kegelapan. Jalan inilah yang mematikan, meninggalkan jiwa di dalam keadaan tidak menyesal secara gigih. Inilah pendurhakaan yang sangat umum terdapat diantara manusia, dan kerjanya adalah demikian licik caranya, sehingga pelaku dosa sama sekali tidak merasakan kesadaran menyesal, tidak bertobat, dan akibatnya tidak diampuni. Orang ini dibiarkan kepada dirinya sendiri mencintai kegelapan lebih besar dari pada terang. Ini adalah masyalah dari beribu-ribu orang diwaktu ini.
Namun saya ingin menyampaikan beberapa penggarisan ini kepada mereka yang memiliki terang, mereka yang memiliki hak dan kesempatan-kesempatan, mereka yang telah memperoleh amaran-amaran dan undangan-undangan, yaitu mereka yang belum mengambil keputusan untuk berusaha menyerahkan dirinya sendiri dengan penyerahan penuh kepada Allah. Saya ingin mengamarkan kepadamu supaya takutlah, agar supaya tidak kamu berdosa melawan Rohulkudus, lalu dibiarkan kamu kepada jalanmu sendiri, tenggelam di dalam ketiduran moral, sehingga tidak pernah lagi memperoleh pengampunan. Mengapa kau membiarkan dirimu lebih lama lagi dididik pada sekolahnya Setan, dan mengikuti jalan kehidupan yang tidak akan memungkinkan untuk bertobat dan bereformasi?.”—–Review and Herald, Juni 29, 1897
Allah bekerja melalui pernyataan RohNya untuk menegur dan meyakinkan orang yang berdosa; dan jikalau pekerjaan Roh itu akhirnya ditolak, tidak ada lagi yang dapat diperbuat Allah bagi jiwa kita. Sumber yang terakhir daripada rahmat ilahi telah digunakan. Orang-orang yang melanggar itu telah memutuskan diri dari Allah, dan dosa tidak mempunyai obat untuk menyembuhkan dirinya. Tidak ada kuasa cadangan oleh mana Allah dapat bekerja untuk meyakinkan dan menjadikan orang berdosa itu bertobat. “Biarkan dia sendiri,” (Hosea 4:17) adalah perintah ilahi. Kemudian “tidak ada lagi korban karena dosa, melainkan ada dahsyat orang menantikan hukuman itu, dan ada suatu hangat api yang akan melulur segala orang yang melawan.” Ibrani 10:26, 27. ——–PB1 428.1