RENUNGAN PENDAHULUAN
Rendah Hati Syarat Pertama
- Kewajiban merendahkan hati
Orang-orang yang belum merendahkan dirinya di hadapan Allah dengan jalan mengakui kesalahan mereka, berarti belumlah memenuhi syarat pertama penerimaan itu. Jika kita belum mengalami pertobatan yang tidak perlu disesalkan, serta belum mempunyai rendah-hati yang sejati dalam jiwa dan roh pengakuan yang luluh mengakui dosa-dosa kita, jijik akan kesalahan- kesalahan kita, berarti kita belum berusaha dengan sungguh-sungguh mencari keampunan dosa; dan jika kita tidak pernah mencarinya dengan sungguh-sungguh, maka kita tidak akan pernah mendapat damai Allah. Satu-satunya sebab mengapa kita tidak mendapat keampunan dosa-dosa kita pada masa lampau ialah karena kita tidak mau merendahkan hati serta menurut syarat-syarat firman kebenaran itu. Petunjuk-petunjuk yang jelas telah diberikan mengenai hal ini. Pengakuan dosa, apakah di hadapan orang-banyak atau hanya sendirian, haruslah dengan sepenuh hati dan dinyatakan dengan tulus. Bukannya harus karena terpaksa dari orang yang berdosa itu. Bukan pula dengan cara sembrono dan remeh, atau dipaksa dari orang-orang yang tidak menyadari rasa jijiknya sifat dosa itu. Pengakuan yang mengalir dari segenap jiwa berjalan menuju Allah yang mempunyai kasih tiada batasnya. Penulis Mazmur berkata seperti berikut: ,,Maka Tuhan itu hampirlah pada segala orang yang hancur hatinya, dan akan orang yang luluh-lantak hatinyapun ditolongnya. ”Mazmur 34:19. ——KS 33.1
Kesombongan, mengasihi diri sendiri, mementingkan diri sendiri, kebencian, iri hati dan kecemburuan telah meredupkan kemampuan persepsi —-2T 605 (1871)
- Contoh dari Rasul-Rasul
Untuk melakukan pekerjaan-Nya, Kristus tidak memilih orang terpelajar atau yang fasih dari Sanhedrin orang Yahudi atau kuasa Roma. Mengabaikan guru-guru Yahudi yang membenarkan diri sendiri, Pekerja yang Agung itu memilih yang rendah hati, orang yang tidak terpelajar untuk memasyhurkan kebenaran yang akan menggerakkan dunia ini. Orang-orang ini Ia maksudkan untuk dilatih dan dididik sebagai pemimpin-pemimpin sidang-Nya. Mereka sebaliknya harus mendidik orang-orang lain dan mengirim mereka dengan pekabaran Injil. Supaya mereka memperoleh kemajuan dalam pekerjaan Tuhan, mereka harus diberi kuasa Roh Suci. Bukannya dengan kuasa manusia atau dengan kebijaksanaan manusia Injil itu harus dimasyhurkan, tetapi dengan kuasa Allah. —–KR 15.1
Kepura-puraan orang Parisi ialah hasil mementingkan diri sendiri yang merupakan tujuan hidup mereka…..Bahkan murid-murid, walaupun mereka telah meninggalkan segala sesuatu demi Kristus, namun dalam hati belumlah berhenti mencari perkara-perkara besar bagi dirinya sendiri……Sebagaimana ragi, jika dibiarkan menyelesaikan pekerjaannya, akan merusak dan membusukkan, demikian juga halnya dengan roh mementingkan diri sendiri, bila dipertumbuhkan dalam hati, akan menimbulkan kenajisan dan kebinasaan jiwa. Diantara para pengikut Kristus dewasa ini, sama seperti pada zaman dahulu, betapa besarnya dosa yang licik dan menyesatkan itu! Betapa seringnya pelayanan kita kepada Kristus, persekutuan kita satu sama lain dirusakkan oleh keinginan yang meninggikan diri!……Kepada murid-muridNya sendiri amaran Kristus diucapkan, “Ingatlah baik-baik, jagalah dirimu dari ragi orang Parisi.”……Hanya kuasa Allahlah yang dapat membuangkan sifat memikirkan diri sendiri dan kepura-puraan.——Kasih Karunia Allah Bagi Setiap Insan 8 April hal. 112
Catatan:
Oleh karena dari contohnya dahulu kita tidak melihat adanya Yesus membuat suatu mujizat perubahan rendah hati terhadap diri rasul-rasul, maka nasihat berikut harus menyadarkan kita:
Tetapi kalau kita menghinakan dan melalaikan segala ketentuan dan kesempatan-kesempatan yang baik ini, Tuhan Allah tidak akan mengadakan mujizat untuk menyelamatkan salah seorang dari kita, dan kitapun akan hilang sama seperti Yudas dan setan.
Janganlah sekali-kali pikir bahwa Tuhan Allah akan melakukan satu mujizat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang lemah yang sangang akan dosa, yang hidup dalam dosa, atau yang sesuatu anasir surga akan dimasukkan dalam hidup mereka itu, mengangkatnya ke luar dari diri kepada satu suasana yang lebih tinggi di mana segala-galanya akan menjadi gampang, dengan tidak usah mengeluarkan tenaga istimewa, pergumulan yang luar biasa, dengan tiada menyalibkan diri, karena semua orang yang membuang-buang tempo dalam daerah setan dengan maksud hal yang demikian diadakan atasnya, akan binasa dengan orang yang berbuat jahat. Mereka itu akan dibinasakan dengan sekonyong-konyong dan itupun dengan tidak ada penawar suatu apa.—Testimonies to Ministers, p 453.
CONTOH PENGALAMAN MURID-MURID YESUS BERPISAH DARI KEBIASAAN, PERGAULAN DAN PERUBAHAN MENJADI MANUSIA BARU
- Saat mereka dipilih, mereka dipisahkan dari kebiasaan dan pergaulan
Untuk melakukan pekerjaan-Nya, Kristus tidak memilih orang terpelajar atau yang fasih dari Sanhedrin orang Yahudi atau kuasa Roma. Mengabaikan guru-guru Yahudi yang membenarkan diri sendiri, Pekerja yang Agung itu memilih yang rendah hati, orang yang tidak terpelajar untuk memasyhurkan kebenaran yang akan menggerakkan dunia ini. Orang-orang ini Ia maksudkan untuk dilatih dan dididik sebagai pemimpin-pemimpin sidang-Nya. Mereka sebaliknya harus mendidik orang-orang lain dan mengirim mereka dengan pekabaran Injil. Supaya mereka memperoleh kemajuan dalam pekerjaan Tuhan, mereka harus diberi kuasa Roh Suci. Bukannya dengan kuasa manusia atau dengan kebijaksanaan manusia Injil itu harus dimasyhurkan, tetapi dengan kuasa Allah. ——-KR 15.1
Selama tiga setengah tahun murid-murid mendapat petunjuk dari Guru yang terbesar yang pernah dikenal dunia. Oleh perhubungan pribadi dan pergaulan, Kristus melatih mereka untuk pekerjaan-Nya. Setiap hari mereka berjalan dan bercakap-cakap dengan Dia, mendengarkan perkataan-Nya yang menghibur orang yang lelah dan yang berbeban berat, dan melihat kenyataan kuasa-Nya untuk kepentingan orang sakit dan yang dirundung malang. Kadang-kadang Ia mengajar mereka, duduk dengan mereka di lereng gunung; kadang-kadang di tepi pantai atau sementara berjalan, Ia menyatakan rahasia kerajaan Allah. Di mana saja hati terbuka untuk menerima pekabaran Ilahi, Ia membukakan kebenaran untuk jalan keselamatan. Ia tidak memerintahkan murid-murid-Nya untuk melakukan ini atau itu, tetapi mengatakan, “ Ikutlah Aku. ” Dalam perjalanan-Nya melalui negeri dan kota-kota Ia membawa mereka serta-Nya, supaya mereka melihat bagaimana Ia mengajar orang banyak. Mereka mengadakan perjalanan dengan Dia dari tempat ke tempat. Mereka mengambil bagian dari makanan-Nya yang sederhana dan seperti Dia kadang-kadang lapar dan sering lelah. Di jalan-jalan yang ramai, di tepi danau, di padang pasir yang sunyi, mereka beserta dengan Dia. Mereka melihat Dia pada setiap segi kehidupan. ———KR 15.2
Lihatlah pada pemandangan yang mengharukan. Lihatlah kemuliaan surga yang mengelilingi keduabelas murid yang telah dipilih-Nya. la telah mengasingkan mereka untuk pekerjaan mereka. Oleh alat yang lemah ini, dengan perantaraan perkataan dan Roh-Nya, Ia merencanakan untuk menaruh keselamatan yang dapat dijangkau oleh semua orang. —-KR 16.2
Catatan:
Bila kita mengikuti cerita pengalaman murid-muridNya dahulu, kita dapat ikuti bahwa setelah murid-murid ini menerima tawaran Yesus untuk mengikuti dia, maka sejak saat itu pula mereka meninggalkan semua aktifitas sehari-harinya, termasuk dari lingkungan pergaulan, mereka dituntut untuk berbeda dari dirinya yang sebelumnya, mereka secara perlahan-lahan berubah menjadi manusia baru….kita dapat ikuti pada awal-awalnya dari antara mereka masih kita jumpai cerita satu sama lain meninggikan diri, tidak mampu menahan amarah ketika Yesus direndahkan, hingga takut diketahui sebagai muridNya ketika Yesus di pengadilan.
- Beberapa contoh perjalanan proses rasul-rasul mengalami perubahan manusia lama kepada manusia baru
- Pertanyaan “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?”
Ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan dibunuh dan bangkit lagi, Ia sedang berusaha menarik perhatian mereka ke dalam percakapan mengenai ujian besar bagi iman mereka. Sekiranya mereka sudah bersedia menerima apa yang hendak diberitahukan-Nya kepada mereka, sudah tentu mereka terhindar dari kesedihan dan putus asa yang pahit. Perkataan-Nya dapat membawa penghiburan pada saat kematian Yesus dan kekecewaan. Tetapi meskipun la telah mengatakan dengan jelas sekali tentang apa yang akan dialami-Nya, namun ucapan-Nya tentang kenyataan bahwa Ia harus pergi dengan segera ke Yerusalem sekali lagi membangkitkan harapan mereka bahwa kerajaan itu didirikan. Hal ini menyebabkan mereka bertanya mengenai siapa yang akan mengisi kedudukan yang tetinggi. Ketika Petrus kembali dari danau, murid-murid itu menceritakan pertanyaan Juruselamat kepadanya, dan akhirnya seorang memberanikan diri untuk bertanya kepada Yesus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” —–KSZ2 45.3
Juruselamat mengumpulkan murid-murid-Nya di sekeliling-Nya, dan mengatakan kepada mereka, “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Dalam perkataan ini terdapatlah kesungguh-sungguhan dan kesan yang masih sukar dipahami oleh murid-murid. Apa yang dilihat oleh Kristus tidak dapat mereka lihat. Mereka tidak mengerti sifat kerajaan Kristus, dan kurang pengetahuan ini tampaknya menyebabkan pertengkaran mereka. Tetapi sebab yang sebenarnya terletak lebih dalam lagi. Dengan menjelaskan sifat kerajaan itu, Kristus dapat memadamkan perselisihan mereka pada saat itu; tetapi hal ini tidak akan mempengaruhi sebab utamanya. Meskipun mereka sudah menerima pengetahuan sepenuhnya, suatu pertanyaan tentang siapa yang patut didahulukan dapat membarui kesulitan itu. Dengan demikian malapetaka dapat dibawa kepada sidang sesudah Kristus naik ke surga. Perselisihan untuk mendapat tempat tertinggi adalah pekerjaan roh yang sama yang menjadi permulaan pertentangan besar, dan yang telah membawa Kristus dari surga untuk mati. Timbullah di hadapan-Nya pandangan tentang Bintang Kejora, “putra fajar,” dalam kemuliaan yang melebihi segala malaikat yang mengelilingi takhta, dan bersatu dalam ikatan yang paling erat dengan Anak Allah. Bintang Kejora, telah berkata, “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” Yes. 14:12, 14, dan keinginan untuk meninggikan diri telah membawa perselisihan ke dalam istana surga, dan telah membuangkan sejumlah besar bala tentara Allah. Seandainya Bintang Kejora sungguh-sungguh mengingini untuk menjadi seperti Yang Mahatinggi, sekali-kali ia tidak akan meninggalkan tempat yang ditentukan baginya di surga; karena roh Yang Mahatinggi dinyatakan dalam pelayanan yang tidak mementingkan diri. Bintang Kejora mengingini kuasa Allah, tetapi bukan tabiatNya Ia mencari bagi dirinya tempat tertinggi, dan setiap makhluk yang digerakkan oleh rohnya akan berbuat seperti itu. Dengan demikian, permusuhan, kurang persesuaian dan perselisihan tidak akan dapat dielakkan. Kekuasaan jatuh ke tangan orang yang paling kuat. Kerajaan Setan ialah kerajaan kekerasan, setiap orang menganggap orang lain sebagai penghalang di jalan kemajuannya sendiri, atau batu loncatan yang di atasnya ia sendiri dapat naik ke tempat yang lebih tinggi. —–KSZ2 46.1
Kepura-puraan orang Parisi ialah hasil mementingkan diri sendiri yang merupakan tujuan hidup mereka…..Bahkan murid-murid, walaupun mereka telah meninggalkan segala sesuatu demi Kristus, namun dalam hati belumlah berhenti mencari perkara-perkara besar bagi dirinya sendiri……Sebagaimana ragi, jika dibiarkan menyelesaikan pekerjaannya, akan merusak dan membusukkan, demikian juga halnya dengan roh mementingkan diri sendiri, bila dipertumbuhkan dalam hati, akan menimbulkan kenajisan dan kebinasaan jiwa. Diantara para pengikut Kristus dewasa ini, sama seperti pada zaman dahulu, betapa besarnya dosa yang licik dan menyesatkan itu! Betapa seringnya pelayanan kita kepada Kristus, persekutuan kita satu sama lain dirusakkan oleh keinginan yang meninggikan diri!……Kepada murid-muridNya sendiri amaran Kristus diucapkan, “Ingatlah baik-baik, jagalah dirimu dari ragi orang Parisi.”……Hanya kuasa Allahlah yang dapat membuangkan sifat memikirkan diri sendiri dan kepura-puraan.——Kasih Karunia Allah Bagi Setiap Insan 8 April hal. 112
- Yakobus dan Yohanes melalui ibunya meminta kedudukan dalam kerajaanNya
Pada kesempatan yang lain Yakobus dan Yohanes mengemukakan melalui ibu mereka suatu permohonan yang meminta supaya mereka diperkenankan menduduki jabatan yang tinggi dalam kerajaan Kristus. Meskipun nasihat yang diulang-ulangi mengenai pengajaran sifat kerajaan-Nya, murid-murid yang muda ini masih menghargai pengharapan tentang Mesias yang akan mengambil takhta dan kuasa kerajaan-Nya setuju dengan keinginan manusia. Ibu itu, yang mendambakan kehormatan dalam kerajaan ini untuk anak-anaknya, meminta, “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu, yang seorang lagi di sebelah kiriMu.” ——KR 457.1
- Yakobus dan Yohanes bersikap emosional dan tidak bersedia direndahkan
Murid-murid mengetahui bahwa adalah maksud Kristus untuk memberkati orang-orang Samaria oleh hadirat-Nya; dan sikap dingin, kecemburuan, dan tidak hormat, yang ditunjukkan kepada Tuhan mereka memenuhi mereka dengan keheranan dan amarah. Yakobus dan Yohanes terutama telah digerakkan. Bahwa Ia yang mereka harus hormati harus diperlakukan secara demikian, tampaknya kepada mereka suatu kesalahan yang terlalu besar untuk dilewati tanpa hukuman segera. Dalam semangat mereka, mereka pun berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” menyinggung kepada kebinasaan kapten-kapten Samaria dan rombongan mereka yang dikirim untuk mengambil nabi Elia. Mereka terkejut untuk melihat bahwa Yesus merasa sedih oleh perkataan mereka, dan masih juga terkejut sementara kemarahan-Nya jatuh atas telinga mereka. Lukas 9:54-56. ——KR 456.2
Catatan:
- Yesus tidak haus pujian, penghargaan dan penghormatan, walaupun dalam cerita Maria Magdalena dan seorang yang disalibkan disebelah kanan Yesus menghibur kepedihan Yesus selama dibumi namun hal tersebut tidak mempengaruhi putusannya untuk menghukum atau tidak menyelamatkan seseorang,
- Sikap Yakobus dan Yohanes menggambarkan kita sekarang ini yaitu masih menggunakan perasaan yaitu naluri ingin dihargai, diakui, dihormati dan disanjung-sanjung. Hal reaksi seperti ini dari Yakobus dan Yohanes ternyata masih menjadi satu ukuran dalam menilai seseorang layak dihukum atau tidak layak dihukum…..artinya putusannya masih terpengaruh RASA, berbeda dengan Yesus yang sama sekali penerimaan atas kehadirannya tidak menjadikannya ukuran, barulah bila tawaran kebenaran keselamatan ditolak disinilah Yesus akan memutuskan,
- Satu pelajaran dari sikap Yesus dan murid-muridNya ini menunjukkan Yesus sama sekali tidak menjadikan diri sendiri kepeduliannya, Yesus sedih ternyata ia masih melihat murid-muridNya masih mempedulikan atau menyayangi dirinya sendiri
- Ketika kesombongan dan keragu-raguan menghampiri Petrus
Dengan memandang pada Yesus, Petrus berjalan dengan selamat; tetapi di saat perasaan kesombongannya muncul ia menoleh ke belakang kepada teman-temannya yang di dalam perahu, pandangannya dipalingkan dari Juruselamat. Angin mengamuk. Ombak bergulung tinggi, datang di antara dia dan Guru; ia pun takutlah. Seketika itu pandangannya lepas dari Kristus, lalu imannya pun runtuh, la mulai tenggelam. Tetapi waktu gelombang mengancam nyawanya, Petrus mengangkat matanya dari air yang bergelora itu dan mengarahkan pandangannya kepada Yesus, sambil berserulah ia, katanya: “Tuhan, tolonglah aku.” Dengan segera Yesus mengulurkan tangan-Nya sambil berkata kepadanya: “Hai orang yang kurang percaya mengapa engkau bimbang?”
Waktu berjalan berdampingan, dengan tangan Petrus dipegang oleh Tuhan, mereka naik ke dalam perahu bersama-sama. Tetapi kini Petrus menjadi tunduk dan diam. Tiada alasan baginya menyombongkan diri di hadapan kawan-kawannya, karena oleh kurang percaya dan kesombongannya ia hampir kehilangan nyawanya. Bila ia memalingkan matanya dari Yesus, langkahnya lenyap dan ia tenggelam di tengah-tengah gelombang.
Apabila kesusahan menimpa kita, betapa sering kita seperti Petrus! Kita memandang gelombang itu, gantinya menujukan mata kita pada Juruselamat. Langkah-langkah kita tergelincir, dan gelombang hidup keangkuhan itu menimpa jiwa kita. Yesus tidak menyuruh Petrus datang kepada-Nya agar ia binasa; Ia tidak memanggil kita mengikut Dia, dan kemudian meninggalkan kita. “Janganlah takut,” firman-Nya, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah Tuhan, Aliahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruse- lamatmu.” Yesaya 43:1-3
Yesus membaca tabiat murid-murid-Nya. Ia tahu betapa hebatnya iman mereka diuji. Di dalam peristiwa di atas danau ini Ia ingin menunjukkan kepada Petrus kelemahannya, untuk menunjukkan bahwa keselamatannya terletak dalam ketergantungannya yang terus menerus pada kuasa Ilahi. Di tengah-tengah amukan topan pencobaan ia dapat berjalan dengan selamat hanyalah jikalau ia tidak bersandar pada dirinya sendiri, melainkan harus bergantung pada Juruselamat. Di saat ia merasa dirinya kuat di saat itulah Petrus lemah; dan sampai ia melihat kelemahannya barulah ia dapat menyadari perlunya ia bergantung pada Kristus. Jikalau ia telah mempelajari pelajaran yang telah ditunjukkan untuk mengajar dia di dalam pengalaman di atas danau itu, ia tidak akan gagal bila pencobaan yang besar datang kepadanya. —KSZ1 410.4-411.3
- Penyangkalan Petrus tiga kali sebelum ayam berkokok:
Matius 26:
26:31 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.
26:32 Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.”
26:33 Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”
26:34 Yesus berkata kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
26:35 Kata Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.
Di halaman telah dinyalakan api, karena saat itu merupakan waktu yang paling dingin pada malam, sebab fajar sudah hampir merekah. Serombongan orang berkumpul di sekeliling api, dan Petrus dengan pongahnya mengambil tempat dengan mereka. Ia tidak mau dikenal sebagai seorang murid Yesus. Oleh bercampur dengan sikap acuh tak acuh dengan orang banyak itu, ia berharap akan dianggap sebagai salah seorang dari mereka yang telah membawa Yesus ke ruangan itu. —–KSZ2 351.2
Tetapi ketika terang menyinari muka Petrus, wanita yang menjaga pintu menatap dia. Wanita itu telah memperhatikan bahwa ia datang dengan Yohanes, dan wanita itu pun memperhatikan adanya kemurungan yang nyata pada mukanya, dan berpendapat bahwa boleh jadi ia pun seorang murid Yesus. Wanita itu adalah salah seorang pembantu rumah tangga Kayafas, dan ingin tahu. Ia mengatakan kepada Petrus, “Bukankah engkau juga seorang dari pada murid-Nya?” Petrus terkejut dan bingung, mata serombongan orang dengan segera tertuju kepadanya. Ia berpura-pura tidak mengerti akan dia, tetapi wanita itu tetap meneruskan, dan mengatakan kepada mereka yang ada di sekeliling perempuan itu bahwa orang ini bersama-sama dengan Yesus. Petrus merasa terpaksa menjawab, dan mengatakan dengan marah-marah, “Aku tidak mengenal-Nya.” Inilah penyangkalan pertama, dan tidak lama kemudian ayam pun berkokoklah. O Petrus, begitu cepat merasa malu akan Gurumu! begitu cepat menyangkal Tuhanmu! —–KSZ2 351.3
Petrus tidak menghendaki tabiatnya yang sebenarnya diketahui. Dalam bersikap acuh tak acuh ia telah menempatkan dirinya di tempat Setan, dan mudah sekali menjadi mangsa pencobaan. Kalau ia telah dipanggil untuk berperang bagi Gurunya, ia akan menjadi seorang serdadu yang berani; tetapi ketika jari yang menghina ditunjukkan kepadanya, terbukti ia adalah seorang pengecut. Banyak orang yang tidak mundur dari peperangan yang giat bagi Tuhan dipukul mundur oleh ejekan untuk menyangkal iman mereka. Oleh bergaul dengan orang-orang yang harus mereka hindari, mereka menempatkan diri pada jalan penggodaan. Mereka mengundang musuh untuk mencobai mereka, dan terpengaruh untuk mengatakan dan melakukan sesuatu yang dalam keadaan lain mereka tidak pernah akan dipersalahkan. Murid Kristus yang pada zaman kita menyamarkan imannya karena takut akan penderitaan dan celaan, menyangkal Tuhannya dengan sesungguhnya sebagaimana halnya dengan Petrus dalam ruang pengadilan. —-KSZ2 352.2
Petrus berusaha tidak menunjukkan perhatian dalam pengadilan terhadap Gurunya, tetapi hatinya sangat sedih ketika didengarnya ejekan yang bengis, dan melihat nistaan yang sedang diderita-Nya. Lebih dari itu, ia heran dan marah karena Yesus merendahkan diri-Nya dan para pengikut-Nya oleh menyerah pada perlakuan seperti itu. Untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, ia berusaha menggabungkan diri dengan orang-orang yang menganiayakan Yesus dalam senda gurau mereka yang tidak selayaknya. Tetapi sikap ini hanya dibuat-buat. Ia sedang melakukan suatu tipu, dan sementara berusaha berbicara dengan sikap tidak peduli, ia tidak dapat menahan air muka kemarahan melihat nistaan yang ditimpakan kepada Gurunya. —-KSZ2 352.3
Perhatian diberikan kepadanya kedua kalinya, dan sekali lagi ia dituduh sebagai seorang pengikut Yesus. Sekarang ia menyatakan dengan sumpah, “Aku tidak kenal Orang itu.” Kesempatan lain masih diberikan kepadanya. Sejam telah lalu, ketika salah seorang hamba imam besar, yang masih bertalian keluarga yang dekat dengan orang yang telinganya dipancung oleh Petrus menanyakan kepadanya, “Bukankah aku melihat engkau di dalam taman bersama-sama dengan Dia?” “Sesungguhnya engkau seorang daripada mereka itu, karena engkau juga orang Galilea.” Mendengar perkataan ini Petrus sangat marah. Murid-murid Yesus terkenal karena bahasa mereka yang murni, dan untuk menipu orang-orang yang menanyai dia, dan membenarkan sifat kepura-puraannya kini Petrus menyangkali Gurunya dengan kutuk dan sumpah. Sekali lagi ayam pun berkokoklah. Petrus mendengarnya, dan teringatlah ia akan perkataan Yesus, “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Mrk. 14:30. —–KSZ2 353.1
Memandang wajah pucat yang sedang menderita, bibir yang gemetar, pandangan belas kasihan dan pengampunan, sungguh menusuk hatinya bagaikan sebuah anak panah. Angan-angan hati digugah. Ingatan giat. Petrus teringat akan janjinya beberapa jam sebelumnya bahwa ia akan pergi dengan Tuhannya ke penjara dan sampai mati sekalipun. Ia teringat akan kesedihannya ketika Juruselamat mengatakan kepadanya di ruangan atas bahwa ia akan menyangkali Tuhannya tiga kali pada malam itu juga. Petrus baru saja menyatakan bahwa ia tidak mengenal Yesus, tetapi kini ia menyadari dengan kesedihan yang pahit perihal bagaimana Tuhannya tahu betul akan dia, dan betapa tepatnya Ia telah membaca hatinya, yang ia sendiri pun tidak mengetahui kepalsuannya. —KSZ2 353.3
- Buah pikiran Petrus dengan kata-kata hiburannya ternyata bimbingan setan
Dalam keadaan bungkam karena kesedihan dan keheranan, murid-murid mendengarkannya. Kristus telah menerima pengakuan tentang Dia sebagai Anak Allah, dan sekarang perkataan-Nya yang menunjuk kepada penderitaan dan kematian-Nya tampaknya tidak dapat dipahami. Petrus tidak dapat tinggal diam. Ia berpaut pada Tuhannya, seakan-akan menarik Dia dari nasib yang mengancam, sambil berseru “Tuhan, kiranya Allah menjadikan hal itu! Hal itu sekali-kali tak akan menimpa Engkau.” ——KSZ2 24.1
Petrus mengasihi Tuhannya, tetapi Yesus tidak memuji dia karena menyatakan kerinduan untuk melindungi Dia dari penderitaan. Perkataan Petrus tidaklah sedemikian rupa sehingga dapat menjadi suatu pertolongan dan penghiburan kepada Yesus dalam ujian besar yang dihadapi-Nya. Hal itu tidak sesuai, baik dengan tujuan rahmat Allah terhadap dunia yang hilang, mau pun dengan pelajaran pengorbanan diri yang hendak diajarkan Yesus oleh teladan-Nya sendiri. Petrus tidak ingin melihat salib dalam pekerjaan Kristus. Kesan yang hendak diberikan oleh perkataannya sangatlah bertentangan dengan kesan yang hendak diberikan oleh Kristus pada pikiran para pengikut-Nya, dan Juruselamat tergerak untuk mengucapkan salah satu tempelakan yang paling keras yang pernah keluar dari bibir-Nya: “Enyahlah Iblis, engkau satu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” —–KSZ2 24.2
Setan berusaha mengecewakan Yesus, dan membalikkan Dia dari tugas-Nya; dari Petrus dalam kasih yang buta, sedang memberikan suara kepada pencobaan. Putra kejahatan adalah sumber buah pikiran itu. Ajakannya ada di belakang permohonan yang membujuk itu. Di padang belantara. Setan telah menawarkan kerajaan dunia kepada Kristus dengan syarat meninggalkan jalan kerendahan hati dan pengorbanan. Sekarang ia mengemukakan pencobaan yang sama kepada murid Kristus Ia sedang berusaha menetapkan pandangan Petrus pada kemuliaan duniawi, sehingga ia tidak melihat salib yang diinginkan Yesus supaya dilihatnya. Dan dengan perantaraan Petrus, Setan sekali lagi melancarkan pencobaan kepada Yesus. Tetapi juruselamat tak menghiraukannya, pikiran-Nya tertuju kepada murid-Nya. Setan telah berdiri di antara Petrus dan Tuhannya, supaya hati murid itu tidak akan terharu oleh memandang perihal Kristus direndahkan baginya. Perkataan Kristus diucapkan, bukannya kepada Petrus, melainkan kepada seorang yang berusaha memisahkan dia dari Penebusnya. “Enyahlah Iblis.” Jangan lagi berdiri di antara Aku dengan hamba-Ku yang mudah berbuat kesalahan. Biarlah Aku datang muka dengan muka dengan Petrus, supaya Aku menyatakan rahasia kasih-Ku kepadanya. —–KSZ2 24.3
Catatan:
- Disini kita dapat melihat kata-kata yang disampaikan oleh Petrus bila kita bandingkan dengan kita sekarang adalah hal yang biasa sebagai suatu perbuatan simpati terhadap kesulitan orang lain, kata-kata penghiburan biasa kita sampaikan untuk meredakan dan menurunkan kekawatiran dari pihak yang menceritakan sesuatu kesulitan yang ia hadapi, namun dalam pengalaman Yesus ini kita dapat pelajaran bahwa ternyata kata-kata penghiburan yang pada dasarnya tidak akan sesuai dengan kenyataan yang akan terjadi (cenderung formalitas) adalah pikiran manusia yang penuh dengan kepentingan sendiri/kemuliaan duniawi dan ini berasal dari setan,
- Sama halnya dengan kutipan di awal Yesus tidak membutuhkan sanjungan-sanjungan hiburan yang pada dasarnya tidak tulus,
- Kita telah ketahui pernyataan Petrus di atas adalah setelah ia menjawab pertanyaan Yesus yang sebelumnya telah disampaikan kepada murid-muridnya tentang “Siapakah Aku ini” yang dikatakan Roh Kuduslah yang membantu Petrus menjawab pertanyaan tersebut, dan ternyata hitungan detik berikutnya terlihat Yesus sama sekali tidak terpengaruh dengan jawaban dengan bimbingan Roh Kudus sebelumnya, Ia tetap waspada dan tidak menggunakan RASAnya dalam menyikapi kata-kata Petrus. Dengan demikian kata-kata kita yang sering kita lontarkan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kenyataannya adalah pembangunan RASA bimbingan roh setan, EGW mengatakan:
Demikianlah sementara kita bergantung pada Allah, kita tidak akan ditemukan berperang melawan kebenaran, tetapi kita akan selalu dimampukan untuk membela kebenaran. Kita harus bergantung pada pengajaran Alkitab dan tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi dunia, dalam perkataan dan perlakuan manusia —IP 144.2
- Petrus seorang pengecut, mempengaruhi murid lainnya
Murid-murid ketakutan ketika mereka melihat Yesus membiarkan diri-Nya ditangkap dan diikat. Mereka merasa sakit hati Karena Ia membiarkan penghinaan ini kepada diri-Nya dan kepada, mereka. Mereka tidak dapat mengerti tingkah laku-Nya, dan mereka menyalahkan Dia karena menyerah kepada orang banyak. Dalam kemarahan dan ketakutan mereka, Petrus menganjurkan untuk meluputkan diri mereka sendiri. Untuk mengikuti anjuran ini, mereka semuanya “lari meninggalkan Dia.” Tetapi Yesus telah meramalkan perihal murid-murid-Nya meninggalkan Dia. “Lihat,” Ia telah mengatakan, “saatnya datang bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.” oh. 16:32. —-KSZ2 338.2
- Rasul-Rasul harus merubah pemahaman yang telah dipercaya
Sesudah kematian Kristus murid-murid sudah hampir dikalahkan oleh kekecewaan. Tuhan mereka telah ditolak, dipersalahkan, dan disalibkan. Imam-imam dan penghulu-penghulu telah menyatakan dengan ejekan, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan. Ia raja Israel? Baiklah ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.” Matius 27:42. Matahari pengharapan murid-murid telah terbenam, dan malam telah menimpa hati mereka. Sering mereka mengulangi perkataan, “Padahal kami dulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” Lukas 24:21. Sepi dan sakit hati, mereka teringat akan perkataan-Nya, “Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu yang hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” Lukas 23:31. ——-KR 22.1
Yesus telah beberapa kali mencoba membuka masa depan kepada murid-murid-Nya, tetapi mereka tidak menghiraukan untuk memikirkan tentang apa yang dikatakan-Nya. Oleh karena hal ini kematian-Nya telah datang kepada mereka sebagai sesuatu yang mengagetkan; dan sesudah itu, sementara mereka mengulangi masa lampau dan melihat akibat kurang percaya mereka, mereka dipenuhi dengan kesusahan. Bila Yesus disalibkan, mereka tidak percaya bahwa Ia akan bangkit. Ia telah menerangkan dengan jelas bahwa ia akan bangkit pada hari yang ketiga, tetapi mereka bingung untuk mengetahui apa yang Ia maksudkan. Kekurangan pengertian ini meninggalkan mereka pada waktu kematian-Nya. Ketiadaan harapan sama sekali. Mereka sangat kecewa. Iman mereka tidak menembusi bayang-bayang yang telah ditaruh oleh Setan, menghalangi masa mendatang. Semuanya tampaknya samar-samar dan rahasia kepada mereka. Kalau mereka telah percaya pada perkataan Kristus, betapa banyak kesusahan dapat mereka hindarkan.——- KR 22.2
Diremukkan oleh kemurungan, kesusahan, dan putus asa, murid-murid bertemu bersama-sama di ruangan atas, dan menutup serta merapatkan pintu-pintu, takut bahwa nasib Guru mereka yang kekasih menjadi bagian mereka. Di sinilah Juruselamat, sesudah kebangkitan-Nya, menampakkan diri kepada mereka itu. —–KR 23.1
Catatan:
Dari penjelasan diatas kita melihat bahwa murid-murid Yesus walaupun telah dididik bersama Yesus secara langsung ternyata masih saja menyimpan pengertian-pengertian yang lama dan sama dengan pandangan umum bangsa Yahudi yaitu mengira bahwa bila Mesias datang akan melepaskan mereka dari belenggu bangsa Romawi. Peristiwa kematian Yesus memaksa mereka merubah pengertiannya, dan disini suatu ujian apakah mereka mau merubah pengertiannya atau meninggalkannya dan menganggap sebagai Mesias palsu. Atas masih dipegangnya pengertian-pengertian lama ini, juga masih terus saja diterapkan hingga dizaman kita akhir zaman ini, EGW mengatakan:
Manusia mempertahankan kesalahan, padahal kebenaran sudah jelas-jelas ditunjukkan dan jika mereka mau membawa doktrin-doktrin mereka kepada firman Allah, dan tidak membaca firman Allah dalam terang doktrin-doktrin mereka, untuk membuktikan bahwa gagasan-gagasan mereka itu benar, maka mereka tidak akan berjalan di dalam kegelapan dan kebutaan, dan tidak akan menghargai kesesatan.
Banyak orng memberikan arti yang sesuai dengan pendapat mereka sendiri,dan mereka menyesatkan diri sendiri serta menipu orang lain dengan penafsiran yang keliru terhadap firman Allah—-CW 36.3
Keberuntungan mereka adalah murid-murid Yesus tersebut masih satu kota dan bisa saling bertemu untuk menguatkan dalam kekecewaan, sementara dalam contoh saingannya kita calon 144000 harus secara langsung menyesuaikan pengertian pemahaman kita kepada kebenaran yang berkembang, keseluruhan perubahan-perubahan dari rencana-rencana yang telah disampaikan harus segera direspon dengan meninggalkan pengertian yang telah dipegang, bila menunggu hingga seluruh rencana penyelesaian pekerjaan bagi sidang Laodekia terlaksana baru melakukan perubahan seperti pengalaman mereka, maka pintu kasihan bahtera Nuh telah tertutup dan upahnya adalah Yehezkiel 9, tidak ada lagi kesempatan.
Selain itu, kondisi calon 144000 yang masih tersembunyi ini, dan kita tidak mengetahui siapa yang akan menjadi 144000 diantara kita, benar-benar dalam menghadapi kekecewaan apapun haruslah bertahan dan menghibur dirinya sendiri, tidak ada sarana pertemuan sebagaimana mereka murid-murid Yesus.
- Pematangan pembentukan murid-murid menjadi manusia baru, menggantikan manusia lamanya
Selama empat puluh hari Kristus tinggal di dunia ini, menyediakan murid-murid untuk pekerjaan yang ada di hadapan mereka dan menjelaskan yang sampai kini mereka belum sanggup untuk mengerti. Ia mengucapkan nubuatan-nubuatan tentang kedatangan-Nya, penolakanNya oleh orang-orang Yahudi, dan kematian-Nya, menunjukkan bahwa tiap-tiap perincian dari nubuatan-nubuatan ini telah digenapi. Ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus menganggap kegenapan nubuatan ini sebagai suatu kepastian kuasa yang akan menyertai mereka dalam pekerjaan mereka di masa yang akan datang. “ Lalu Ia membuka pikiran mereka,” kita baca “sehingga mereka mengerti Kitab Suci. KataNya kepada mereka: ‘ Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. ” Lalu Ia menambahkan “ Kamu adalah saksi dari semuanya ini. ” Lukas 24:45-48. ——KR 23.2
Selama hari-hari yang digunakan oleh Kristus dengan murid-muridNya, mereka memperoleh suatu pengalaman yang baru. Sementara mereka mendengar Tuhan mereka yang kekasih menjelaskan Kitab Suci dalam terang dari semua yang telah terjadi, iman mereka kepada-Nya dikuatkan dengan sepenuhnya. Mereka tiba di tempat di mana mereka dapat mengatakan, “ Aku tahu kepada siapa aku percaya. ” 2 Timotius 1:12. Mereka mulai menyadari sifat dan luasnya pekerjaan mereka, untuk melihat bahwa mereka harus memasyhurkan kepada dunia kebenaran yang dipercayakan kepada mereka. Peristiwa mengenai kehidupan Kristus, kematian dan kebangkitan-Nya, nubuatan yang menunjuk kepada peristiwa ini, rahasia rencana keselamatan, kuasa Yesus untuk pengampunan dosa–kepada segala perkara ini mereka telah menjadi saksi, dan harus memberitahukannya kepada dunia. Mereka harus memasyhurkan Injil perdamaian dan keselamatan melalui pertobatan dan kuasa Juruselamat. ——KR 23.3
Sebelum naik ke surga, Kristus memberikan kepada murid-muridNya tugas mereka. Ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus menjadi wali dari kehendak dalam mana Ia mewariskan kepada dunia harta kehidupan yang kekal. Kamu menjadi saksi tentang hidup pengorbanan-Ku demi kepentingan dunia, kata-Nya kepada mereka. Kamu telah melihat pekerjaan-Ku bagi Israel. Dan meskipun umat-Ku tidak mau datang kepada-Ku supaya mereka bisa hidup, meskipun imam-imam dan penghulu-penghulu telah berbuat kepada-Ku sebagaimana yang mereka rencanakan, meskipun mereka telah menolak Aku, mereka masih juga akan mempunyai kesempatan yang lain untuk menerima Anak Allah. Kamu telah melihat bahwa semua orang yang datang kepada-Ku dan mengaku dosa mereka, Aku terima dengan tangan terbuka. Ia yang datang kepada-Ku sekali-kali Aku tidak akan menolaknya. Kepadamu, murid-murid-Ku, Aku serahkan pekabaran kemurahan ini. Hal itu akan diberikan kepada orang-orang Yahudi dan orang kafir— mula-mula kepada Israel, dan kemudian kepada segala bangsa, bahasa dan kaum. Semua orang yang percaya akan dikumpulkan di dalam satu sidang.—— KR 24.1
Catatan:
40 hari digunakan Yesus sebagai sarana untuk memberikan pendidikan terakhir untuk membuat 120 murid itu matang dan siap memikul tanggung jawab, dalam masa 40 hari itulah seluruh karakter-karakter atau tabiat-tabiat asli masing-masing diubah menjadi manusia-manusia baru, manusia lamanya yang sejak dilahirkan digantikan. Semua keinginan mementingkan diri seperti yang kita telah ikuti dalam pertanyaan yang disampaikan kepada Yesus tentang “Siapakah yang terbesar dari murid-muridNya” telah dihilangkan dari dalam diri mereka masing-masing, seperti keinginan Yakobus dan Yohanes yang ingin menjadi orang-orang disamping Yesus disebelah kanan dan kiri sesuai permintaan ibu mereka Salome sudah dilupakan, dan ketakutan-ketakutan diketahui sebagai salah satu murid-murid Yesus ketika dipengadilanpun sudah hilang sepenuhnya. Petruspun yang pernah menyangkal Yesus karena penuh kekawatiran dan ketakutan kesemuanyapun hilang, kematian tidak lagi berkuasa bagi mereka.
Perbedaannya dengan kita calon 144000, kepada kita tidak ada peristiwa 40 hari yang dikhususkan untuk pematangan diri kita masing-masing, bahkan dengan dikatakan “mereka masih tersembunyi” menunjukkan perjuangan melawan diri sendiri dan pengaruh-pengaruh pergaulan dan lingkungan sekarang ini harus diusahakan sendirian tanpa pendampingan oleh Yesus sendiri ataupun malaikat. Kita harus langsung didapati siap sedia saat kelepasan nanti itu tiba.
Kemudian dijelaskan bahwa “meskipun imam-imam dan penghulu-penghulu telah berbuat kepada-Ku sebagaimana yang mereka rencanakan, meskipun mereka telah menolak Aku, mereka masih juga akan mempunyai kesempatan yang lain untuk menerima Anak Allah” menunjukkan bahwa Tuhan konsisiten dengan hukumNya sebagaimana dalam kata-kata Matius 12:32 yaitu “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.”
Jadi adalah lebih berbahaya bagi mereka menolak tawaran pekabaran yang akan dibawakan oleh Rasul-Rasul daripada mereka mengabaikan kata-kata Yesus selama ia hidup bahkan hingga membunuh Yesus sekalipun, seperti rasul Paulus jelas-jelas seorang pemimpin yang memerangi pengikut-pengikut Yesus tentunya juga secara tidak langsung saat itu adalah salah seorang yang juga menyuarakan penyaliban Yesus.
- Konsekuensi dari perubahan menjadi manusia baru
Sementara murid-murid memasyhurkan kebenaran Injil di Yerusalem, Allah memberikan kesaksian atas perkataan mereka, dan orang banyak pun percayalah. Banyak dari orang-orang percaya yang mula-mula ini dengan segera dikucilkan dari keluarga dan sahabat-sahabat mereka oleh kefanatikan dari orang-orang Yahudi, dan perlu menyediakan bagi mereka makanan dan perlindungan. ——-KR 59.1
Catatan:
Setelah banyak orang-orang bertobat dari hasil pekabaran Roh Suci hujan awal, karena penurutannya (kefanatikan) mereka langsung dikucilkan dari keluarga dan sahabat-sahabatnya, ……gambaran ini adalah contoh bagi kita bila kita setelah menerapkan seluruh tuntutan Tuhan dari pekabaran makanan pada waktunya dalam perilaku, ucapan dan tindakan kita perlahan-lahan kitapun diasingkan, atau ditinggalkan oleh orang-orang disekitar kita bahkan keluargapun juga demikian dan kitapun akan dianggap fanatik.
MEMAHAMI TUHAN MENYELESAIKAN MANUSIA LAMA DARI RASUL-RASUL
(membenahi akar penyebabnya dahulu—–baru ke akibat)
“Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Pertengkaran ini yang diadakan di hadapan Kristus, menyedihkan dan melukai Dia. Murid-murid berpaut pada pendapat yang mereka sukai bahwa Kristus akan menyatakan kuasa-Nya, dan mengambil kedudukan-Nya di atas takhta Daud. Dan dalam hati, masing-masing masih merindukan tempat tertinggi dalam kerajaan itu. Mereka telah memberikan perkiraan sendiri pada diri sendiri dan pada satu dengan yang lain, dan gantinya menganggap saudara-saudara mereka lebih layak, mereka menempatkan diri sendiri lebih dulu. Permohonan Yakobus dan Yohanes untuk duduk di sebelah kanan dan di sebelah kiri takhta Kristus telah mengobarkan kemarahan murid-murid yang lain. Keberanian kedua bersaudara itu untuk meminta kedudukan tertinggi sangat menggemparkan kesepuluh murid sehingga hubungan mereka terancam kerenggangan. Mereka merasa bahwa mereka diperlakukan dengan tidak adil, bahwa kesetiaan dan talenta mereka tidak dihargai. Yudas paling keras terhadap Yakobus dan Yohanes. ——-KSZ2 283.2
Hal lain yang menyebabkan perselisihan telah timbul. Pada suatu pesta biasanya seorang hamba membasuh kaki para tamu, dan pada kesempatan ini persiapan sudah diadakan untuk upacara itu. Tempayan, baskom, dan handuk sudah ada, siap untuk pembasuhan kaki. Tetapi tidak ada hamba yang hadir, dan murid-murid yang harus melakukannya. Tetapi setiap murid, sebab perasaannya telah dilukai, menentukan tidak mau melakukan tugas seorang hamba. Semuanya menunjukkan sikap acuh tak acuh yang tidak mudah terpengaruh, tampaknya tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang harus mereka lakukan. Oleh bersikap diam mereka enggan merendahkan diri sendiri. ——KSZ2 283.4
Bagaimanakah dapat Kristus membawa jiwa-jiwa yang malang ini ke tempat di mana Setan pasti tidak akan mendapat kemenangan mereka? Bagaimanakah Ia dapat menunjukkan bahwa hanya dengan mengaku sebagai murid tidak menjadikan mereka murid-Nya, atau memastikan kepada mereka suatu tempat dalam kerajaan-Nya? Bagaimanakah Ia dapat menunjukkan bahwa pelayanan yang penuh kasih, kerendahan yang sejati, itulah yang menentukan kebesaran sejati? Bagaimanakah harus Ia menyalakan kasih dalam hati mereka, dan memungkinkan mereka mengerti apa yang ingin diceritakan-Nya kepada mereka? ——- KSZ2 284.1
Dalam memilih tempat duduknya di meja, Yudas telah mencoba menempatkan dirinya lebih dulu, dan Kristus sebagai seorang hamba melayani dia lebih dulu. Yohanes, yang sangat dibenci oleh Yudas. dilayani paling akhir. Tetapi Yohanes tidak menganggapnya sebagai suatu tempelakan atau sifat meremehkan. Sementara murid-murid memperhatikan tindakan Kristus, mereka merasa sangat terharu. Ketika giliran Petrus tiba, ia berseru dengan keheranan, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Sifat Kristus yang merendahkan diri itu menghancurkan hatinya. Ia dipenuhi dengan perasaan malu memikirkan bahwa salah seorang murid tidak melakukan upacara ini. “Apa yang Kuperbuat,” kata Kristus, “engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Petrus tidak bisa tahan melihat Tuhannya, yang ia percayai sebagai Anak Allah, sedang melakukan tugas seorang hamba. Segenap jiwanya bangkit menentang sifat merendahkan diri ini. Ia tidak menyadari bahwa untuk hal inilah Kristus datang ke dunia. Dengan penegasan yang besar ia berseru, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” ——KSZ2 286.1
Dengan penuh khidmat Kristus berkata kepada Petrus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Upacara yang ditolak oleh Petrus melambangkan penyucian yang lebih tinggi. Kristus telah datang untuk membasuh hati dari noda dosa. Dalam menolak mengizinkan Yesus membasuh kakinya, Petrus sedang menolak pembersihan yang lebih tinggi yang termasuk dalam yang lebih rendah. Sesungguhnya ia sedang menolak Tuhannya. Tidaklah merendahkan bagi Tuhan bila mengizinkan Dia bekerja bagi penyucian kita. Kerendahan yang paling sejati ialah menerima dengan hati yang penuh terima kasih sesuatu persediaan yang diadakan untuk kepentingan kita, dan dengan kesungguh-sungguhan melakukan pelayanan bagi Kristus. ——-KSZ2 286.2
Mendengar perkataan “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku,” Petrus menyerahkan kesombongannya dan sifat keras kepala. Ia tidak tahan memikirkan tentang perpisahan dari Kristus, hal itu berarti kematian baginya. “Tuhan jangan hanya kakiku saja,” katanya, “tetapi juga tangan dan kepalaku.” Kata Yesus kepadanya, “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya.” ——KSZ2 286.3
Sebagaimana halnya dengan Petrus dan saudara-saudaranya, kita juga sudah dibasuh dalam darah Kristus, namun sering oleh hubungan dengan kejahatan, kesucian hati dinajiskan. Kita harus datang kepada Kristus untuk mendapat anugerah penyucian-Nya. Petrus enggan membiarkan kakinya yang sudah kotor itu dipegang dengan tangan Tuhan dan Gurunya, tetapi berapa sering kita membawa hati kita yang berdosa dan sudah dinajiskan berhubungan dengan hati Kristus! Alangkah menyedihkan bagi-Nya perangai kita yang jahat itu, kekosongan dan kesombongan kita! Meskipun demikian segala kelemahan dan kenajisan kita harus kita bawa kepada-Nya. Ia sajalah yang dapat membasuh kita sampai bersih. Kita tidak bersedia untuk perjamuan suci dengan Dia kecuali kita disucikan oleh kuasa-Nya. ——KSZ2 287.2
……………. Supaya umat-Nya tidak akan disesatkan oleh sifat mementingkan diri yang terdapat dalam hati jasmani dan yang bertambah kuat oleh melayani diri sendiri, Kristus Sendiri memberikan teladan kerendahan hati. Ia tidak mau meninggalkan hal yang besar ini dalam tanggung jawab manusia. Ia memandang-Nya sangat penting, sehingga Ia Sendiri, Seorang yang sama dengan Allah, bertindak sebagai seorang hamba kepada murid-murid-Nya. Sementara mereka bertengkar untuk mendapat tempat tertinggi, Ia yang kepada-Nya setiap lutut akan bertelut, Ia yang layak disembah oleh malaikat-malaikat kemuliaan, menundukkan diri untuk membasuh kaki orang-orang yang memanggil Dia Tuhan. Ia membasuh kaki orang yang menyerahkan Dia. ——KSZ2 288.3
Berkali-kali Yesus telah berusaha menegakkan prinsip ini di antara murid-murid-Nya. Ketika Yakobus dan Yohanes mengajukan permohonan untuk menjadi yang terbesar, Ia berkata, “Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” Mat. 20:26. Dalam kerajaan-Ku prinsip pilih kasih dan keunggulan tidak ada tempatnya. Satu-satunya kebesaran ialah kebesaran kerendahan hati. Satu-satunya perbedaan terdapat dalam penyerahan pada pelayanan bagi orang lain. ——KSZ2 289.2
Upacara ini merupakan persiapan yang ditentukan oleh Kristus untuk upacara agama. Sementara kesombongan, perbedaan paham, dan perselisihan untuk mencapai keunggulan disimpan dalam hati, sudah tentu hati tidak dapat memasuki persekutuan dengan Kristus. Kita tidak bersedia menerima perjamuan suci dari tubuh-Nya dan darah-Nya. Itulah sebabnya Yesus menentukan diadakannya peringatan kerendahan hati itu lebih dulu. ——KSZ2 289.4
……………Dalam manusia terdapatlah pembawaan untuk menghormati diri sendiri lebih tinggi daripada saudaranya, bekerja bagi diri sendiri, mencari tempat tertinggi; dan sering hal ini mengakibatkan sifat sangka-sangka jahat dan Roh kepahitan. Upacara yang mendahului perjamuan Tuhan dimaksudkan untuk melenyapkan salah pengertian ini, mengeluarkan manusia dari sifat mementingkan diri, menurunkan dia dari sifat meninggikan diri, kepada kerendahan hati yang akan menuntun dia untuk melayani saudaranya. ——KSZ2 290.1
Usaha-usaha setan melemahkan semangat para calon-calon 144000 (kelas yang telah melewati pendidikan 3 ½ tahun)
- Mematahkan daya juang (tawar hati)
Oleh karena banyaknya dan beratnya tuntutan-tuntutan kerohanian Tuhan untuk kita dapat tergabung dalam kelompok 144000, dan faktanya dalam kehidupanpun usaha untuk bertahan hiduppun semakin hari semakin sulit, maka kecenderungan dari kita umat-umat Allah pesimis dan cenderung putus asa, sehingga banyak yang pada akhirnya pasrah dan usaha perubahan yang ia lakukan hanya sekadar-sekedar saja, berikut EGW mengatakan:
Setan telah mengatakan bahwa adalah mustahil bagi manusia untuk menaati hukum-hukum Allah; dan di dalam kekuatan kita sendiri kita tidak dapat menaatinya. Tetapi Kristus datang dalam wujud manusia dan melalui penurutan-Nya yang sempurna Ia membuktikan bahwa kemanusiaan dan Keilahian yang dipadukan dapat menaati setiap peraturan Allah.—– MKA 243.1
Sekarang kita benar-benar adalah kaya dengan Kebenaran kalau saja kita sudah mempelajari dan menghayati semua yang telah diberikan kepada kita, karena kita telah memanfaatkan “emas yang sudah teruji dalam api” supaya kita menjadi kaya, “salp mata” itu sehingga kita “dapat melihat,” dan “pakaian” dengan mana kita berpakaian (Wahyu 3), dan “minyak tambahan” itu supaya perjalanan kita dapat diterangi (Matius 25). Oleh sebab itu Iblis tidak akan pergi menyerang kita dimana ia menyerang orang-orang Laodikea, melainkan ia akan mengatakan kepada kita, bahwa kita adalah miskin dalam Kebenaran. Ia akan melakukan ini dalam cara apa saja. Beberapa kesaksian yang saya dengar yang diberikan di sini oleh beberapa orang tadi malam justru memperlihatkan hal itu. Kesaksian-kesaksian sedemikian ini tidak akan menciptakan keberanian dalam diri setiap orang, melainkan sebaliknya akan mengecilkan hati. Bagi seseorang yang datang ke sesuatu pertemuan lalu memanifestasikan perasaan tawar hatinya, ia itu merupakan suatu pertanda yang pasti tentang kehancuran kerohanian pribadinya sendiri, yaitu kekalahan pribadinya.
(contoh yg diberikan VTH dari org2 Babil sebagai contoh gambaran mereka org Advent yaitu yg percaya diri yang merasa kaya tidak membutuhkan apa2 lagi, dimana mereka org babilon sangat yakin perlindungannya kepada tembok2 mereka yang kokoh ketika dikalahkan kerajaan Medi dan Persia.)——– Symbolic code buku 1 jld 11 no. 2
- Menciptakan suasana kurang kawatir dan tidak takut akan acaman-ancaman dalam petunjuk-petunjuk di dalam hati.
Apabila waktu berlalu, dengan tidak adanya tampak perubahan dalam alam, manusia yang tadinya hatinya digentarkan oleh rasa takut, sekarang tenang kembali. Mereka seperti orang-orang pada zaman ini berpendapat bahwa alam itu lebih tinggi daripada Allah yang menjadikan alam, dan bahwa hukum-hukumNya itu kokoh sehingga Allah sendiri tidak dapat mengubahnya….—–PB1 89.3
Bukanlah orang banyak atau suara terbanyak yang berada di pihak yang benar. Dunia ini berbaris melawan keadilan Allah dan hukum-hukumNya, dan Nuh dianggap sebagai orang fanatik. Setan pada waktu menggoda Hawa untuk melanggar perintah Allah, berkata kepadanya, “Niscaya engkau tidak akan mati.” Kejadian 3:4. Orang-orang besar, orang-orang dunia yang terhormat dan bijaksana mengulangi hal yang sama itu. “Ancaman Allah,” kata mereka, adalah sekedar untuk menakut-nakuti dan tidak pernah akan menjadi kenyataan. Engkau tidak perlu panik. Kejadian-kejadian seperti kehancuran dunia oleh Allah yang telah menciptakanNya dan hukuman terhadap mahluk-mahluk yang telah dijadikanNya tidak pernah akan terjadi. Tenang-tenang saja, dan jangan takut. Nuh adalah seorang yang fanatik.” Dunia mengolok-olok kebodohan orang tua yang tertipu itu. Gantinya merendahkan diri di hadapan Allah, mereka terus hidup dalam pelanggaran dan kejahatan, seolah-olah Allah tidak pernah berkata-kata kepada mereka melalui hambaNya. —- PB1 88.3
Pekerja-pekerja injil kadang-kadang mengadakan bahaya yang besar oleh membiarkan kesabaran mereka terhadap yang bersalah untuk merosot ke dalam toleransi dosa dan sedang berpartisipasi di dalamnya. Dengan demikian mereka terpimpin untuk memaafkan dan meringankan sesuatu yang telah dipersalahkan Allah, dan sesudah suatu saat mereka menjadi begitu buta untuk mempersalahkan orang—orang lain yang diperintahkan Allah kepada mereka untuk dipersalahkan. Ia yang mengumpulkan pandangan rohaninya oleh kelonggaran yang berdosa kepada siapa yang dipersalahkan Allah, tidak lama kemudian akan melakukan dosa yang lebih besar dengan kehebatan dan kekerasan terhadap mereka yang disetujui Allah. ——KR 426.1
Persesuaian kepada kebiasaan-kebiasaan dunia membuat gereja bertobat kepada dunia, dan tidak akan pernah mempertobatkan dunia kepada Kristus. Keakraban dengan dosa pasti menyebabkan dosa itu tampak kurang menjijikkan. Ia yang memilih bergaul dengan hamba-hamba Setan, akan segera kehilangan rasa takut kepada tuannya. Bilamana dalam tugas kita menghadapi pencobaan, sebagaimana Daniel di istana raja, kita boleh merasa pasti bahwa Allah melindungi kita. Tetapi jikalau kita menempatkan diri di bawah penggodaan, lambat atau cepat kita akan jatuh. —–KA 533.2
- Memandang enteng/remeh sehingga menunda-nunda terhadap usaha-usaha yang harus segera dilakukan
Tidak ada yang lebih besar bahayanya dari pengaruh roh-roh jahat daripada mereka yang menyangkal keberadaan Setan dan agen-agen roh jahat serta malaikat-malaikatnya, walaupun secara langsung Alkitab memberi kesaksian mengenai keberadaannya. Selama kita meremehkan tipu muslihat mereka, maka mereka memperoleh kemajuan yang hampir tidak disadari. Banyak yang memperhatikan usul-usul atau saran-saran Setan sementara seharusnya mengikuti kata hikmat mereka. Inilah sebabnya, sementara kita mendekati akhir zaman, bilamana Setan bekerja dengan kuasa yang lebih besar untuk menipu dan membinasakan orang-orang, ia menyebarkan ke mana-mana kepercayaan bahwa ia tidak ada. Adalah kebijakannya untuk menyembunyikan dirinya dan cara kerjanya. —-KA 541.3
“……..Saya ingin mengamarkan kepadamu agar jangan menunda-nunda, jangan menunggu kepada sesuatu saat bilamana kamu akan lebih cenderung untuk melayani Allah dari pada waktu ini. Setiap jam yang kamu tunda, engkau mengalihkan dirimu sendiri dari Allah, engkau mendirikan barikade-barikade memisahkan dirimu melawan Dia oleh semua kebiasaan-kebiasaan perbuatan-perbuatanmu, maka pertobatanmu dan kembalimu kepada jalan-jalan yang benar akan makin menjadi sulit. Kiranya Allah menolong orang murtad dan orang berdosa agar supaya tidak lagi mereka tetap di dalam ikatan yang sedang dipasang mengelilingi mereka oleh si jahat itu…..— Review and Herald, Juni 29, 1897
Kasih karunia berharga Roh Kudus tidak dikembangkan dalam sekejap. Ketabahan, kekuatan, kelemahlembutan, iman, kepercayaan yang tidak goyah dalam kuasa Allah yang menyelamatkan, diperoleh dari pengalaman bertahun-tahun. Oleh berusaha hidup suci dan teguh mentaati yang benar, anak-anak Allah memeteraikan nasib mereka —-MH 454 (1905)
Kristus telah bersedia melepaskan kita dari dosa, tetapi kehendak kita tidaklah dipaksaNya; tetapi jika pelanggaran-pelanggaran masih terus saja dilakukan maka kemauan itu sendiri dikeraskan kepada kejahatan, sehingga kita tidak ingin lagi bebas, dan jika kemauan tidak menerima karuniaNya, apa lagi yang dapat diperbuatnya? Kita telah membinasakan diri kita sendiri dengan menentukan penolakan kita atas kasihNya. “Sesungguhnya sekarang inilah masa yang diperkenankan itu, bahkan, sekarang inilah hari keselamatan itu. ” “Pada hari ini, jikalau kamu mendengar suaranya, janganlah keraskan hatimu. ” —- Kebahagiaan Sejati 28.4
Catatan:
Pengalaman inilah yang kita saksikan dalam diri anak-anak Lot, mereka telah berhasil dan menjalankan serta merasakan sendiri bagaimana bahayanya memelihara dosa di dalam kengerian kehancuran kota Sodom dan Gomora, akan tetapi mereka tidak berdaya terhadap tabiat kebiasaan cintanya terhadap pelanggaran-pelanggaran yang sudah membentuk dirinya, ketika telah lolos dari kehancuran kota Sodom dan Gomora, mereka anak-anak Lot bersama Lot bermukim di kota Zoar dan mengulangi lagi kehidupan pelanggarannya, ketika diberitahukannya kota itupun akan dihancurkan, hanya Lot seorang dirilah yang rela menyingkir ke gua tempat tinggal binatang-binatang buas, sedangkan anak-anaknya dengan kesadarannya akan bahayanya tetap memilih tinggal dalam kota Zoar dan akhirnya mereka kedua-duanya mati, Lot selamat dari dalam kehancuran kota itu.
Disini kita dapat lihat bagaimana kekuasaan ada dalam diri anak-anak Lot, namun mereka seakan-akan tidak mampu lagi mengalahkan selera dan meninggalkan kecintaannya terhadap kebiasaan-kebiasaan kehidupan yang melanggar, dapat dikatakan mereka terperangkap dalam jerat setan.
- Mengaburkan pemahaman orang akan dekatnya waktu, menanamkan ke pemikiran bahwa masih banyak waktu lagi yang tersedia, hingga berhasil membuat orang makin tidak mampu keluar dari pikiran-pikirannya
Kepada saya ditunjukkan bahwa kita sebagai suatu umat berada dalam bahaya serupa dengan dunia gantinya menjadi serupa dengan Kristus. Sekarang ini kita berada di tapal batas dunia yang kekal, tetapi musuh berniat memimpin kita supaya waktu yang sudah dekat sekali itu kita anggap masih jauh.
Dalam setiap cara yang dapat diangan-angankan setan akan menyerang orang-orang yang mengaku sebagai umat Allah yang memelihara hukum dan menunggu kedatangan Juruselamat di awan-awan di langit dengan kuasa dan kemuliaan besar. Ia akan memimpin seberapa banyak orang untuk menangguhkan hari yang jahat itu dan menjadi seperti dunia dalam roh, meniru kebiasaannya ————–Nasihat Bagi Sidang2 85.1
Catatan:
Dengan menanamkan pemahaman bahwa waktunya masih jauh dan terus berusaha memimpin orang-orang untuk menangguhkan waktu yang telah ditetapkan, setan mendorong orang menolak ajaran tentang TIME SETTING, dan menanamkan ketidak percayaan bahwa waktunya telah singkat.
- Mengalihkan perhatian daripada kewajiban melakukan persiapan
Setan menciptakan berbagai rencana untuk mengisi pikiran kita, agar tidak memikirkan pekerjaan yang harus dikerjakan dengan baik. Penipu utama itu membenci kebenaran agung yang menyingkapkan korban penda-maian, Pengantara Yang Mahakuasa itu. Setan tahu bahwa baginya segala sesuatu tergantung pada usahanya untuk memalingkan pikiran manusia dari Yesus dan kebenaran-Nya. —–KA 510.3
……”Maka demikian pula halnya di waktu ini. Apabila kita dikepung oleh keragu-raguan, disusahkan oleh berbagai keadaan, atau disengsarakan oleh kemelaratan dan kekecewaan, maka Setan akan berusaha menggoncangkan keyakinan kita pada Allah. Pada waktu itulah ia akan menjejerkan di depan kita semua kesalahan kita, lalu mencobai kita untuk tidak mempercayai Allah, untuk mempertanyakan kasih-Nya. Ia ingin mematahkan semangat jiwa kita, dan menghancurkan pegangan kita pada Allah.
“Orang-orang yang berdiri pada barisan depan pertikaian, yang terdorong oleh Roh Suci untuk melakukan suatu pekerjaan istimewa, akan sering merasakan suatu reaksi apabila tekanan itu disingkirkan. Keputusasaan dapat menggoncangkan iman kepahlawanan sekali pun, dan melemahkan kemauan yang sangat teguh. Tetapi Allah memahami, dan Ia masih tetap sayang dan mencintai. Ia membaca semua motif dan maksud hati. Menunggu dengan sabar, dan menaruh harap apabila segala-galanya tampak gelap, ialah pelajaran yang perlu dipelajari oleh para pemimpin dalam pekerjaan Allah. Sorga tidak akan melalaikan mereka pada hari kepicikannya. Tak ada sesuatu pun yang tampaknya sangat tidak berdaya tetapi justru lebih kokoh, daripada jiwa yang merasakan kehampaannya, lalu bergantung sepenuhnya pada Allah. …….—–Symbolic code buku 1 jld 11 No. 6