<< Go Back

Sabat 3 Juni 2023

Renungan Pendahuluan

 

 

Usaha mengatasi diri sendiri (pikiran atau tabiat)

 

Saya diperintahkan untuk mengatakan kepada rekan-rekan pekerja saya, jika engkau ingin memiliki perbendaharaan sorga yang kaya itu, maka engkau harus secara rahasia rukun dengan Allah. Jika engkau tidak melakukan hal ini, maka jiwamu akan menjadi hampa akan Roh Suci, bagaikan lembah-lembah Gilboa yang hampa akan embun dan hujan. Apabila engkau tergesa-gesa dari perkara yang satu ke perkara yang lainnya, apabila engkau menghadapi sedemikian banyak pekerjaan yang harus dilakukan sehingga tidak dapat mengambil waktu untuk berbicara dengan Allah, maka bagaimanakah engkau dapat mengharapkan kuasa dalam pekerjaanmu?

“Berlakulah rukun dengan hatimu sendiri, dan kemudian rukun dengan Allah. Jika engkau tidak melakukan ini, maka semua usahamu akan sia-sia hasilnya, yaitu yang dibuat sedemikian ini oleh keadaan bingung dan tergesa-gesa yang tidak suci” —–Gospel Workers, p. 272.

 

Menangani pikiran manusia adalah pekerjaan yang paling sulit yang pernah dipercayakan kepada manusia fana, dan para guru senantiasa memerlukan pertolongan Roh Allah, agar mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Diantara orang-orang muda yang memasuki sekolah akan terdapat tabiat dan pendidikan yang berbeda-beda. Guru akan menghadapinya dengan dorongan hati, ketidaksabaran, kebanggaan, mementingkan diri sendiri, rasa harga diri yang tidak pada tempatnya. Sebagian dari orang-orang muda itu telah dihidup dalam unsur kesewenang-wenangan yang tertahan dan kekasaran, yang telah memperkembangkan suatu roh keras kepala dan pembangkangan. Yang lain telah diperlakukan sebagai binatang peliharaan, diharuskan mengikuti kecenderungan orang tua mereka yang terlalu menyayangi mereka. Kelemahan-kelemahan telah dimaafkan sampai tabiat rusak.—–CT 264 (1913)

 

Pendisiplinan roh, penyucian hati dan pikiranlah yang dibutuhkan. Inilah yang berharga daripada talenta, akal, dan pengetahuan yang luar biasa. Suatu pikiran biasa, yang dilatih untuk menurut “Demikianlah firman Tuhan,” lebih baik mutunya untuk pekerjaan Tuhan daripada mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan tetapi tidak mengerjakannya dengan betul….Manusia boleh membanggakan pengetahuan mereka terhadap perkara-perkara duniawi; tetapi jikalau mereka tidak mengetahui Allah yang benar, Kristus jalan, Kebenaran dan Hidup itu, maka mereka adalah orang-orang bodoh yang menyedihkan, dan pengetahuan mereka akan binasa dengan mereka. Pengetahuan sekuler memang merupakan kekuatan; tetapi pengetahuan akan Firman, yang mempunyai pengaruh yang mengubahkan terhadap pikiran manusia, tidak dapat dibinasakan.—–Maranatha hal .63

 

….Semua kecelaan tabiat bermula dalam hati. Kesombongan, kesia-siaan, perangai yang jahat, dan keserakahan berasal dari hati daging yang tidak dibaharui oleh kasih karunia Kristus.

Oleh pembaharuan hati maka kasih karunia Allah bekerja mengubahkan hidup. Perubahan lahiriah belumlah cukup untuk serasi dengan Allah. Banyak orang berusaha mengubah diri oleh memperbaiki kebiasaan jahat ini atau kebiasaan jahat itu, dan berharap dengan jalan ini mereka menjadi orang-orang Kristen, tetapi sayangnya mereka memulai dari tempat yang kurang tepat. Tugas kita pertama ialah mulai dari hati.

Kitab suci adalah alat terbesar untuk mengubah tabiat ini. Kristus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran” (Yoh 17:17). Bila dipelajari dan dituruti, firman Allah bekerja dari dalam, menaklukkan setiap sifat yang tidak suci.Roh Kudus turun untuk menyakinkan dosa, dan iman bersemi dalam hati yang dipengaruhi oleh kasih Kristus, memenuhi baik tubuh, jiwa maupun roh kepada kehendakNya…..—–Kasih Karunia Allah Bagi Setiap Insan sub judul Pengaruh Kasih Karunia 3 Agustus hal 237.

 

Biarlah segenap anggota sidang mengingat bahwa mereka tidak akan diselamatkan hanya dengan tercatatnya nama mereka dalam buku sidang. Mereka harus berusaha menghadapkan diri benar kepada Allah sama seperti seorang hamba yang tiada malu. Dari hari ke hari mereka harus membangun tabiat mereka sesuai dengan petunjuk Kristus. Mereka harus tinggal di dalam Dia, senantiasa menaruh iman kepada-Nya. dengan demikian mereka akan bertumbuh menjadi pria dan wanita yang dewasa dalam Kristus-orang Kristen yang sehat, gembira, dan berterima kasih, yang dipimpin Allah ke dalam sinar yang lebih terang dan lebih terang lagi. kalau hal ini tidak menjadi pengalaman mereka, maka mereka akan terdapat di antara orang-orang yang sekali kelak akan meratap dengan pahitnya:“Bahwa musim menuai sudah lalu, musim kemarau pun berkesudahan, maka belum lagi kita terlepas.” Mengapa saya tidak lari kepada Benteng untuk mendapatkan perlindungan? Mengapa saya telah meremehkan keselamatan jiwa saya, dan memandang rendah roh anugerah itu? ——— NBS 55.2

 

Sebuah puisi yang dikutip Victor T. Houteff untuk renungan kita menguasai diri sendiri:

 

SEORANG KRISTEN

 

Dapatkah aku disebut Kristen
Sekiranya setiap orang tahu
Berbagai ingatan dan perasaanku yang tersembunyi
Dan setiap perkara yang ku lakukan ?

Oh, dapatkah mereka melihat akan kesamaan
Kristus di dalam diriku setiap hari ?
Oh, dapatkah mereka mendengar DIA berbicara
Dalam setiap kata yang ku ucapkan ?

Dapatkah aku disebut Kristen
Kalau saja setiap orang dapat mengetahui
Bahwa aku ditemukan di berbagai tempat
Dimana Yesus tidak akan mau ke sana

Oh, dapatkah mereka mendengar pantulan suaraNya
Dalam setiap lagu yang ku nyanyikan?
Dalam makan, minum, dan berpakaian
Dapatkah mereka melihat Yesus dalam diriku?

Dapatkah aku disebut Kristen
Jika dinilai dari apa yang ku baca,
Dari semua rekreasi kegemaranku
Dan dari setiap pikiran dan perbuatanku?

Dapatkah aku dipersamakan dengan Kristus
Karena aku kini bekerja dan berdoa
Tidak mementingkan diri, ramah, suka mengampuni
Terhadap orang lain setiap hari?

 

— The Evangel.

(Amaran Sekarang Jld 1 No. 2)

TABIAT DAN PENGARUH PERGAULAN DALAM CONTOH

 

Supaya senantiasa diingat, bahwa hanya ada dua penguasa pikiran di dunia ini, yaitu pikiran dari Allah dan pikiran dari Setan. Kita sebagai orang-orang berdosa telah dilahirkan dengan pikiran Setan, dan pikiran ini tinggal dengan kita sampai kelak kita dilahirkan kembali, yaitu lahir oleh Roh dan dengan pikiran Allah. Lalu untuk berbuat yang benar, maka kita harus berbuat bertentangan terhadap apa yang dibisikkan oleh pikiran daging kita, lalu kita akan kemudian melakukan apa yang pikiran Allah sedang perjuangkan bagi kita untuk dilakukan. —–Amaran Sekarang jld 1 No. 1

(catatan: dari bacaan ini terlihat bahwa hakekatnya kita manusia ini setelah kejatuhan Adam dan Hawa di taman Eden yang lalu telah memiliki kelemahan dalam mematuhi tuntutan kebenaran, untuk berbuat yang benar kita harus melawan diri sendiri, artinya sebelum kita manusia ini membangun hubungan dengan dunia sekitar saja manusia untuk menurut perlu perjuangan, terlebih-lebih lagi kita sekarang adalah kelanjutan dari berbagai warisan-warisan tumpukan kejatuhan-kejatuhan manusia yang telah berkembang beribu-ribu tahun)

 

Pikiran seorang pria atau seorang wanita tidak turun sekejap mata dari kesucian dan kejernihan kepada yang rusak, jahat dan bobrok, diperlukan cukup waktu.

Tabiat tidak dibentuk oleh kesempatan. Tidak pula ditentukan oleh satu ledakan amarah yang tiba-tiba, selangkah yang mengarah pada tujuan yang salah. Hal itu merupakan tindakan yang diulang-ulangi sehingga menjadi kebiasaan lalu membentuk tabiat untuk kebaikan  atau kejahatan.—–Kasih Karunia Allah Bagi Setiap Insan sub judul Pengaruh Kasih Karunia 4 Agustus hal 238.

+

Warisan berkat & dosa Turun

+

Pendidikan Rumah Tangga

=

Tabiat baik/buruk terbentuk

(Budaya, kebiasaan, minat, perhatian,keinginan, cita-cita tercermin dalam diri)

 

+

Warisan berkat & dosa Turun

+

Pendidikan Rumah Tangga

+

Pergaulan dengan dunia

=

Tabiat cenderung kepada hal yang buruk terbentuk

(Budaya, kebiasaan, minat, perhatian,keinginan, cita-cita tercermin dalam diri)

 

 

 

 

                       

 

 

 

 

 

 

Contoh-contoh dampak pergaulan

  1. Perbedaan Ibrahim dan keturunannya bangsa Israel:
  2. Ibrahim

Pekabaran dari Allah datang kepada Ibrahim, “Keluarlah engkau dari negerimu dan daripada kaum keluargamu dan dari dalam rumah bapamu, pergilah ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu kelak.” Agar supaya Allah dapat melayakkan dia bagi tugasnya yang besar sebagai pemelihara hukum-hukum yang suci itu, Ibrahim harus dipisahkan dari pergaulan masa kanak-kanaknya. Pengaruh kaum kerabat dan sahabat-sahabatnya akan menghalangi latihan-latihan yang akan Tuhan berikan kepada hambaNya. Karena Ibrahim sekarang, dengan satu cara yang istimewa mempunyai hubungan dengan sorga, ia harus hidup di antara orang-orang asing. Tabiatnya harus berbeda daripada orang-orang di dalam dunia ini. Ia sendiri tidak dapat menjelaskan segala tindakan yang telah diambilnya agar dapat dimengerti oleh sahabat-sahabatnya. Perkara-perkara rohani harus dipahami secara rohani, motif yang menggerakkan tindakannya tidak dapat dipahami oleh kaum keluarganya yang menyembah berhala-berhala itu. —-PB1 123.1

Ibrahim dihormati oleh bangsa-bangsa di sekelilingnya sebagai seorang penghulu yang gagah perkasa dan seorang pemimpin yang sanggup dan arif bijaksana. Ia tidak menutup pengaruh hidupnya dari tetangga-tetangganya. Kehidupan dan tabiatnya, yang amat berbeda dengan penyembah-penyembah berhala itu, telah memberikan satu pengaruh yang memberikan kesaksian akan imannya yang benar. Kesetiaannya kepada Allah tidak dapat digoyahkan, sementara keramah-tamahan dan kedermawanannya membangkitkan kepercayaan serta persahabatan, dan keagungannya itu membuat dia disegani dan dihormati—–PB1 132.2

Pada zaman itu bapa adalah pemimpin dan imam daripada keluarganya, dan ia menjalankan kekuasaannya terhadap anak-anaknya sekalipun setelah mereka sudah mempunyai keluarga sendiri. Keturunannya diajar untuk memandang kepadanya sebagai pemimpin mereka baik dalam hal keagamaan dan juga hal-hal yang sekuler. Ibrahim berusaha untuk mengabadikan sistem pemerintahan bapa seperti itu, karena itu cenderung untuk memelihara pengetahuan akan Allah. Hal itu perlu untuk mengikat anggota-anggota rumah tangga bersama-sama, agar supaya dapat membangun satu pelindung terhadap penyembahan berhala yang telah begitu mendalam dan merajalela. Ibrahim berusaha segala cara menurut kemampuannya untuk menjaga orang-orang yang ada di dalam tenda-tendanya agar jangan bercampur baur dengan orang-orang kapir dan menyaksikan penyembahan berhala yang mereka lakukan, oleh karena ia mengetahui bahwa menjadi biasa dengan hal-hal yang jahat akan dapat merusak prinsip-prinsip. Usaha yang sungguh-sungguh dilaksanakan untuk menutup segala bentuk agama palsu dan memberikan kesan kepada pikiran mereka akan keagungan serta kemuliaan Allah yang hidup sebagai satu Oknum yang harus disembah. —-PB1 140.4

  1. Keturunan Ibrahim (Israel)

Tuhan telah memilih Ibrahim, tentang dia, Tuhan berkata, “Ibrahim telah menurut firmanKu dan telah dipeliharakannya syaratKu dan segala pesanKu dan hukumKu.” Kejadian 26:5. Kepadanya diberikan upacara sunat, yang menjadi satu tanda bahwa mereka yang menjalankannya telah diserahkan kepada pelayanan akan Allah—satu janji bahwa mereka akan tetap memisahkan diri dari penyembahan berhala, dan akan menurut hukum Allah. Kegagalan daripada keturunan Ibrahim untuk memelihara janji ini, sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan mereka untuk mengadakan persekutuan dengan orang kapir dan mengikuti kebiasaan-kebiasaan mereka, adalah penyebab daripada pengembaraan dan perhambaan mereka di Mesir. Tetapi di dalam pergaulan mereka dengan penyembah-penyembah berhala itu, dan dengan takluknya mereka secara terpaksa kepada orang Mesir, hukum ilahi itu menjadi lebih dinodai oleh kejahatan dan pengajaran-pengajaran kekapiran yang kejam itu. Oleh sebab itu pada waktu Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir, Ia telah turun ke atas gunung Sinai, dengan dibungkus oleh kemuliaan dan dikelilingi oleh malaikat-malaikatNya, dan di dalam keagunganNya yang hebat itu Ia telah mengucapkan hukumNya di hadapan segenap bangsa itu. —–PB1 380.2

Bangsa campuran yang telah keluar bersama-sama dengan orang Israel dari Mesir adalah satu sumber daripada pencobaan dan kesulitan yang terus-menerus. Mereka mengaku telah meninggalkan penyembahan berhala dan berbakti kepada Allah yang benar; tetapi pendidikan dan latihan yang  diterima pada masa kecil telah membentuk kebiasaan dan tabiat mereka, dan sedikit banyaknya mereka telah dinodai oleh penyembahan berhala dan oleh sikap tidak hormat kepada Allah. Merekalah yang paling sering menimbulkan pertengkaran dan yang pertama bersungut-sungut, dan mereka telah mempengaruhi perhimpunan itu dengan kebiasaan-kebiasaan penyembahan berhala mereka dan persungutan mereka kepada Allah—–PB1 432.1

Setan terus-menerus berusaha mengalahkan umat Allah dengan menghancurkan tembok-tembok pemisah yang memisahkan mereka dari dunia ini. Israel kuno terbujuk melakukan dosa pada waktu mereka memberanikan diri mengadakan hubungan yang terlarang dengan bangsa-bangsa kafir. Dengan cara yang sama juga orang-orang Israel modern disesatkan. ” … orang-orang yang tidak percaya yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat adanya cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (2 Korintus 4:4). Semua yang bukan pengikut-pengikut Kristus yang sejati adalah hamba-hamba Setan. Dalam hati yang tidak diperbaharui terdapat kasih terhadap dosa, dan kecenderungan untuk membela dosa itu dan memaafkannya. Dalam hati yang sudah diperbaharui ada kebencian terhadap dosa dan tekad untuk melawan dosa itu. Bilamana orang Kristen memilih bergaul dengan orang-orang fasik dan orang-orang yang tidak percaya, mereka membukakan dirinya kepada pencobaan. Setan menyembunyikan dirinya dari pandangan mereka, dan dengan diam-diam menutupi mata mereka dengan tipuan. Mereka tidak bisa melihat bahwa pergaulan seperti itu bisa mendatangkan bahaya. Dan sementara semua waktu digunakan untuk berbaur     dengan dunia ini di dalam tabiat, perkataan dan tindakan atau perbuatan, maka mereka menjadi semakin dibutakan—-KA 533.1

 

Persesuaian kepada kebiasaan-kebiasaan dunia membuat gereja bertobat kepada dunia, dan tidak akan pernah mempertobatkan dunia kepada Kristus. Keakraban dengan dosa pasti menyebabkan dosa itu tampak kurang menjijikkan. Ia yang memilih bergaul dengan hamba-hamba Setan, akan segera kehilangan rasa takut kepada tuannya. Bilamana dalam tugas kita menghadapi pencobaan, sebagaimana Daniel di istana raja, kita boleh merasa pasti bahwa Allah melindungi kita. Tetapi jikalau kita menempatkan diri di bawah penggodaan, lambat atau cepat kita akan jatuh. —–KA 533.2

 

Pelajaran dari pengalaman usaha Bileam membantu raja Balak raja Moab

Bileam mengaku bahwa ia telah datang dengan maksud untuk mengutuki Israel, tetapi kata-kata yang diucapkannya sama sekali bertolak belakang dengan keinginan hatinya. Ia dipaksa untuk mengucapkan berkat-berkat, sementara jiwanya dipenuhi oleh kutuk. ——PB2 38.5

 

Apabila Bileam memandang kepada perkemahan Israel ia melihat dengan rasa heran akan bukti kemakmuran mereka. Mereka telah digambarkannya kepada dia sebagai satu bangsa yang kejam dan tidak teratur, merusak negeri itu oleh perampokan-perampokan sehingga menjadi satu kegentaran kepada bangsa-bangsa di sekelilingnya; tetapi penampilan mereka berbeda sama sekali dengan keterangan itu. Ia melihat bagaimana besarnya dan teraturnya perkemahan mereka itu, segala sesuatu ditandai oleh disiplin dan peraturan. Kepadanya dinyatakan bagaimana Allah mengasihi mereka dan tabiat mereka yang berbeda sebagai umat pilihanNya. Mereka tidak akan berdiri setaraf dengan bangsa-bangsa lain, tetapi akan ditinggikan melebihi mereka semua. “Ia itulah satu bangsa yang duduk berasing dan yang tiada mau dibilangkan dengan segala bangsa kapir.” Pada waktu kata-kata ini diucapkan bangsa Israel belum mempunyai tempat tinggal yang menetap, dan tabiat mereka yang berbeda, pembawaan dan kebiasaan mereka, merupakan sesuatu yang asing kepada Bileam. Tetapi betapa tepatnya nubuatan ini telah digenapkan oleh Israel di dalam sejarah kehidupan mereka selanjutnya! Melalui masa tawanan mereka, sepanjang zaman semenjak mereka tercerai berai di antara bangsa-bangsa lain, mereka tetap berdiri sebagai satu bangsa yang berbeda. Demikian pula umat Allah—Israel yang benar—sekalipun tersebar luas di antara bangsa-bangsa, di dunia ini sebagai pengembara, yang kewarganegaraannya ada di sorga. ——PB2 38.6

 

Atas usul Bileam, satu pesta meriah untuk menghormati ilah-ilah mereka telah ditetapkan oleh raja Moab, dan dengan sembunyi-sembunyi telah diatur agar Bileam mengajak orang Israel menghadirinya. Ia dianggap oleh mereka sebagai nabi Allah, dan oleh sebab itu sedikit saja kesulitan yang akan dihadapinya sehubungan dengan rencana itu. Banyak sekali dari orang Israel ikut bersama dengan dia menyaksikan upacara perbaktian itu. Mereka telah memberanikan diri melangkah ke daerah yang terlarang dan telah terjerat dalam perangkap setan. Digelapkan oleh musik dan tarian-tarian, terpesona oleh kecantikan perempuan-perempuan kapir itu, mereka telah meninggalkan kesetiaan mereka terhadap Tuhan. Apabila mereka ikut serta dalam pesta-pesta kekapiran itu, minuman anggur telah merusakkan indera mereka, dan menghancurkan pagar pengendalian diri. Nafsu menguasai diri mereka sepenuhnya, dan setelah menodai hati nurani mereka oleh perbuatan mesum, merekapun terbujuk menyembah berhala-berhala. Mereka mempersembahkan korban di atas mezbah kapir dan turut ambil bagian dalam upacara-upacara yang paling keji. —–PB2 47.4

Orang-orang Israel, yang tidak dapat dikalahkan oleh senjata ataupun tenungan orang Midian, telah menjadi mangsa perempuan-perempuan sundal. Demikianlah kuasa kaum wanita, yang menggabungkan diri dalam pelayanan kepada setan, telah diadakan untuk menjerat dan membinasakan jiwa. “Banyaklah orang yang mati dibinasakan olehnya, dan amat banyak bilangan orang yang telah dibunuhnya.” Amsal Solaiman 7:26. Dengan cara yang sama anak-anak Set telah ditipu sehingga menyimpang dari kesetiaan mereka, dan benih yang suci itupun telah dinodai. Dengan cara seperti itu pula Yusuf digoda. Dengan cara ini juga Simson telah menyerahkan kekuatannya, pembela Israel, ke dalam tangan orang Filistin. Di dalam hal ini Daud telah jatuh. Dan Solaiman, yang paling bijaksana dari antara raja-raja, yang untuk tiga kali telah disebut sebagai orang yang dikasihi Allah, telah menjadi hamba nafsu, dan mengorbankan kesetiaannya kepada kuasa yang menyesatkan itu. —–PB2 50.3

Dengan bergaul dengan penyembah-penyembah berhala serta ikut dalam upacara-upacara pesta mereka dimana bangsa Ibrani telah dituntun untuk melanggar hukum Allah dan mendatangkan hukumanNya ke atas bangsa itu. Demikian pula sekarang ini adalah oleh menuntun pengikut-pengikut Kristus untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak bertuhan, dan ikut serta dalam kepelesiran mereka dimana setan paling berhasil dalam menjatuhkan mereka ke dalam dosa. “Keluarlah kamu dari antara orang kapir, dan bercerailah kamu, kata firman Tuhan, dan jangan menyentuh barang yang najis.” 2 Korinti 6:17. Tuhan menuntut umatNya sekarang ini untuk berbeda dari dunia dalam kebiasaan, dalam adat dan prinsip, seperti halnya Ia telah menuntut Israel pada zaman dahulu. Jikalau mereka setia mengikuti ajaran-ajaran firmanNya, perbedaan ini akan terlihat; itu tidak bisa menjadi sebaliknya. Amaran-amaran yang telah diberikan kepada bangsa Ibrani terhadap pergaulan dengan orang kapir tidaklah lebih ketat dan lebih tegas daripada amaran-amaran yang melarang orang-orang Kristen untuk meniru-niru roh dan adat kebiasaan orang-orang yang tidak bertuhan. Kristus berkata kepada kita, “Janganlah kamu mengasihi dunia atau barang yang ada di dalam dunia. Jikalau barang seorang mengasihi dunia, maka kasih Bapa itu tiadalah ada di dalam dia.” 1 Yohanes 2:15. “Persahabatan dengan dunia ini, ialah perseteruan dengan Allah? sebab itu barangsiapa yang mau bersahabat dengan dunia ini, ia itulah menjadi seteru Allah.” Yakub 4:4. Pengikut-pengikut Kristus harus memisahkan diri dari orang-orang berdosa, memilih untuk bersahabat dengan mereka hanya bilamana ada kesempatan untuk berbuat kebajikan kepada mereka. Kita harus berusaha sedapat-dapatnya menjauhkan diri dari persahabatan dengan mereka yang akan memberikan pengaruh yang akan memalingkan kita dari Tuhan. Sementara kita berdoa, “Jangan bawa kami ke dalam pencobaan,” kita harus menjauhkan diri dari pencobaan sedapat-dapatnya. —-PB2 52.1

 

  1. Pengalaman beratnya usaha Lot untuk dapat selamat:

Lot tinggal sebentar di Zoar. Kejahatan merajalela disana sama seperti di Sodom, dan ia takut tinggal, kalau-kalau kota itu harus dibinasakan. Tidak lama sesudah itu, Zoar dimusnahkan, sebagaimana direncanakan Allah. Lot melarikan diri ke gunung dan tinggal di sebuah gua, dilucuti dari semua untuk mana berani menghadapkan keluarganya kepada pengaruh kota yang jahat itu. Tetapi kutuk Sodom mengikutnya sampai ke sini. Perilaku berdosa anak-anak gadisnya adalah akibat dari pergaulan dengan kejahatan di tempat yang menjijikan itu. Kejahatan moral tempat itu menjadi dianyam dengan tabiat mereka sehingga mereka tidak bisa membedakan antara yang baik dan jahat. Keturunan Lot satu-satunya orang-orang Moab dan Amon, adalah jahat menjijikan, suku-suku penyembah berhala, yang memberontak melawan Allah dan menjadi musuh paling kejam umatNya — PP 167, 168 (1890)

Betapa besar perbedaan hidup Ibrahim dan Lot! Dulu mereka bersahabat, berbakti pada satu mezbah yang sama, tinggal berdampingan di dalam tenda-tenda mereka; tetapi sekarang betapa jauhnya perpisahan mereka! Lot telah memilih Sodom untuk memperoleh kepelesiran dan keuntungannya. Dengan meninggalkan mezbah Ibrahim dan korban hariannya kepada Allah yang hidup, ia telah mengizinkan anak-anaknya bercampur baur dengan bangsa jahat dan menyembah berhala; namun demikian ia telah memelihara di dalam hatinya rasa takut akan Allah, karena di dalam Alkitab ia dikatakan sebagai seorang yang “benar”; jiwanya yang benar itu terganggu oleh percakapan yang jahat yang didengarnya setiap hari; oleh kejahatan serta kekejaman yang ia sendiri tidak berdaya untuk mencegahnya. Akhirnya ia diselamatkan seperti “satu puntung yang sudah direbut dari dalam api.” Zakharia 3:2, tetapi kehilangan segala harta bendanya, berkabung atas isteri dan anak-anaknya, tinggal di dalam sebuah goa, seperti binatang-binatang buas, dipenuhi rasa malu pada masa tuanya; dan ia telah menurunkan ke atas dunia ini, bukan satu bangsa manusia yang benar, tetapi dua bangsa penyembah berhala, yang bermusuhan dengan Allah dan berperang dengan umatNya, sampai cawan kejahatan mereka itu penuh, dan merekapun ditetapkan untuk dibinasakan. Betapa ngerinya akibat daripada satu langkah yang tidak bijaksana! —-PB1 167.1

Pada waktu Lot memasuki Sodom ia bermaksud dengan sepenuhnya akan menjaga dirinya dari kejahatan, dan memerintahkan rumah tangganya untuk menuruti akan dia. Tetapi ia telah gagal. Pengaruh-pengaruh jahat di sekelilingnya telah memberikan satu akibat buruk terhadap imannya dan hubungan anak-anaknya dengan penduduk Sodom sedikit banyak telah mengikat perhatiannya menjadi satu dengan perhatian mereka. Dan akibatnya ada di hadapan kita. —– PB1 167.3

(Catatan: dalam pengalaman umat Allah dahulu, kita bukan saja mendapat pelajaran dari peristiwa contoh Ibrahim dan Lot, tetapi ternyata anak-anak lot juga sebagai contoh berharga bagi kita untuk direnungkan dengan baik, Lot awalnya mendapat didikan moral dan tabiat akibat bergaul dengan pamannya Ibrahim baru kemudian ia membuka diri bergaul dengan orang-orang kota sodom dan Gomora, sementara anak-anak Lot yang lahir dan dibesarkan di dalam kota Sodom dan Gomora tidak pernah mendapatkan didikan moral dan tabiat dari Ibrahim sebagaimana Lot, mereka bisa dikatakan hasil produk pengaruh kota Sodom dan Gomora, disini kita saksikan mereka semua mengalami pengalaman, dan saksi hidup secara langsung terhadap murka Tuhan atas dosa-dosa Sodom dan Gomora dan seharusnya menjadi pelajaran berharga dan trauma bagi anak-anak Lot, namun ternyata sebagaimana Tuhan berhasil mengeluarkan Israel dari Mesir, namun Tuhan tidaklah berhasil mengeluarkan Mesir dari pribadi-pribadi orang-orang Israel. Anak-anak Lot benar-benar tidak belajar dari peristiwa yang ia alami sendiri, mereka tidak bersatu dengan ayahnya yang memilih tinggal di goa, mereka membiarkan dirinya binasa di kota Zoar, akibat TABIAT SODOM DAN GOMORA TELAH MENYATU DENGAN DIRI MEREKA. Hal demikian terjadi pula dalam diri anak-anak Lot, DENGAN DEMIKIAN SEKARANG KITA HARUS BERHATI-HATI DAMPAK DARI PERGAULAN, SEMOGA KITA ADALAH CONTOH SAINGAN DARI LOT BUKAN DARI ANAK-ANAK LOT).

 

  1. Pengalaman Esau dan Yakub (gambaran tentang yang bergaul dan yang tidak bergaul):

Esau bertumbuh dalam sifat pemanjaan diri, dan memusatkan segenap perhatiannya di dalam perkara-perkara masa kini. Tidak tahan dengan hal-hal yang mengekang hidupnya, ia menyukai satu kebebasan yang buas, dan sejak kecilnya ia telah memilih satu kehidupan sebagai seorang pemburu. Namun demikian ia adalah anak mas bapanya. Gembala yang hidupnya tenang dan cinta damai itu, tertarik oleh keberanian dan semangat anak sulungnya itu, yang tanpa rasa takut telah menjelajahi gunung serta padang pasir, kembali ke rumah dengan hasil buruannya bagi bapanya, dan dengan cerita-cerita yang menarik tentang hidup petualangannya. Yakub, seorang yang penuh dengan pemikiran, rajin dan bertanggung jawab, senantiasa memikirkan lebih banyak tentang masa depan lebih daripada yang sekarang ini, merasa puas untuk tinggal di rumah, sibuk memelihara kawanan domba serta bercocok tanam. Sifatnya yang tabah, hemat serta pandangan yang jauh ke depan sangat dihargakan oleh ibunya. Kasihnya dalam serta teguh, dan perhatiannya yang terus-menerus serta lemah lembut, menambah lebih banyak kebahagiaan kepada ibunya daripada kebaikan Esau yang tidak menentu, dan hanya sekali-sekali saja. Bagi Ribkah, Yakub adalah anak yang lebih dekat ke hatinya. —–PB1 179.2

Ishak telah memberitahukan kepada anak-anaknya tentang kesempatan-kesempatan dan syarat-syarat tersebut (janji Tuhan kepada Ibrahim), dan dengan jelas menyatakan bahwa Esau, sebagai anak sulung, adalah seorang yang berhak kepada hak kesulungan itu. Tetapi Esau tidak suka kepada hidup pengabdian, tidak mempunyai kecenderungan kepada hidup keagamaan. Tuntutan-tuntutan yang menyertai hak kesulungan dalam perkara rohani baginya merupakan satu kekangan yang tidak diingini bahkan dibencinya. Hukum Allah, yang merupakan syarat daripada perjanjian ilahi dengan Ibrahim, dianggap oleh Esau sebagai satu kuk perhambaan. Dengan kecenderungan akan sifat-sifat pemanjaan diri, ia tidak menghendaki sesuatu selain daripada kebebasan untuk menurut kemauan hatinya. Baginya kekuasaan dan kepelesiran, dan pesta pora, adalah kebahagiaan. Ia bermegah-megah dalam kebebasan yang tidak ada batasnya, dalam kehidupannya yang buas itu. Ribkah mengingat akan kata-kata malaikat, dan ia dapat membaca dengan pandangan yang lebih jelas daripada suaminya akan tabiat anak-anak mereka. Ia merasa yakin bahwa pusaka perjanjian ilahi itu dimaksudkan bagi Yakub. Ia mengulangi kepada Ishak kata-kata malaikat itu; tetapi kasih bapa itu terpusat kepada diri anak sulung, dan ia tidak tergoyahkan dalam maksudnya itu. —- PB1 180.2

 

  1. Pengalaman Yohanes Pembabtis:

“Adalah suatu daerah yang sunyi sepi dimana ia telah menemukan tempat tinggalnya, yaitu di tengah-tengah bukit yang tandus, jurang-jurang yang menakutkan, dan gua-gua batu karang. Tetapi itulah pilihannya untuk menghindari kesenangan-kesenangan dan kemewahan-kemewahan hidup bagi disiplin yang ketat dari padang belantara.” – The Desire of Ages, halaman 101.

Di suatu daerah yang sunyi ia tinggal, di antara bukit-bukit yang tandus, jurang-jurang yang dalam, dan gua-gua batu. Tetapi adalah kemauannya sendiri untuk meninggalkan segala kesenangan dan kemewahan hidup demi disiplin yang keras di padang belantara. Di sana keadaan di sekelilingnya cocok bagi kebiasaan-kebiasaan kesederhanaan dan penyangkalan diri. Dalam keadaan tidak terganggu oleh keramaian dunia, ia dapat mempelajari pelajaran-pelajaran dari alam kejadian, dari wahyu dan dari Allah. Perkataan malaikat kepada Zakharia itu telah sering diulangi kepada Yohanes oleh ayah bundanya yang beribadah itu. Sejak kecil tugasnya itu telah dinyatakan kepadanya, dan ia telah menerima kewajiban yang kudus itu. Baginya kesunyian padang belantara itu merupakan suatu tempat menjauhkan diri dari masyarakat di mana kecurigaan, sikap kurang percaya, dan percabulan yang sudah hampir merata. Ia tidak percaya pada kuasanya sendiri untuk melawan pencobaan, dan menjauhkan diri dari hubungan yang tetap dengan dosa, agar ia jangan kehilangan rasa akan kedahsyatan dosa itu. ———KSZ1 92.2

 

  1. Pengalaman Henoch:

Merasa tertekan oleh bertambahnya kejahatan orang-orang jahat itu, dan takut bahwa ketidak percayaan mereka itu akan mengurangi sikap hormatnya kepada Allah, Henoch menghindarkan diri dari pergaulan yang terus menerus dengan mereka dan mengambil banyak waktu untuk sendirian, untuk berenung dan berdoa. Dengan demikian ia menunggu di hadapan Tuhan, sambil mencari satu pengetahuan yang lebih jelas akan kehendakNya, agar ia dapat melaksanakannya. Baginya doa merupakan nafas jiwa; ia hidup dalam suasana sorga — PB 79.1

  1. Pengalaman Musa:

Allah telah mendengar doa-doa ibu itu; imannya telah mendapat pahala. Adalah dengan rasa syukur yang dalam di mana sekarang ia telah menerima tugas yang aman dan membahagiakan itu. Dengan setia ia gunakan kesempatan untuk mendidik anaknya bagi Allah. Ia merasa yakin bahwa anaknya telah diselamatkan untuk melaksanakan satu tugas yang besar, dan ia tahu bahwa dengan segera anak itu harus diserahkan kembali kepada ibunya yang ada di istana, untuk kemudian dikelilingi oleh pengaruh-pengaruh yang cenderung akan memalingkannya dari Allah. Pemikiran ini telah membuat dia lebih tekun dan lebih rajin dalam memberi petunjuk-petunjuk kepada anak ini dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Dia berusaha untuk menanamkan di dalam pikirannya rasa takut akan Allah, dan kasih akan kebenaran serta keadilan, dan dengan sungguh-sungguh berdoa agar ia dipelihara dari segala pengaruh-pengaruh yang jahat. Dia menunjukkan kepadanya kebodohan dan dosa dari penyembahan berhala, dan mengajar dia semasa kecilnya untuk bersujud serta berdoa kepada Allah yang hidup, satu-satunya yang dapat mendengar dia serta menolongnya dalam keadaan darurat. —-SRNJ1 285.3

 

Ia memelihara anak itu selama yang dapat diusahakannya, tetapi harus melepaskannya pada waktu ia sudah mencapai usia dua belas tahun. Dari rumahnya yang sederhana itu ia dibawa ke dalam istana kerajaan, kepada putri Firaun, “dan menjadi anaknya.” Namun demikian, sekalipun berada di tempat ini ia tidak kehilangan kesan yang diperolehnya pada masa kanak-kanaknya. Pelajaran-pelajaran yang didapat di sisi ibunya tidak dapat dilupakannya. Semuanya itu merupakan satu perisai terhadap kesombongan, kekafiran dan kejahatan yang merajalela di tengah-tengah kemegahan istana itu. SRNJ1 286.1

 

Musa telah belajar banyak perkara yang sekarang harus ia lupakan (Sebagai ahli sejarah, ahli sastra. ahli filsafat, panglima tentara dan ahli hukum). Pengaruh-pengaruh yang mengelilinginya di Mesir kasih kepada ibu angkatnya, kedudukannya sendiri yang tinggi sebagai cucu raja, kehidupan yang gelojoh di sekitarnya, penarikan, tipu daya dan sifat mistik agama palsu, kemegahan penyembahan berhala, keagungan bangunan dan patung-patung—semuanya ini telah meninggalkan kesan yang dalam pada pikirannya yang sedang berkembang dan sedikit banyaknya telah membentuk kebiasaan serta tabiatnya. Waktu, perubahan sekelilingnya, dan hubungan dengan Allah dapat menghapuskan kesan-kesan ini. Hal ini menuntut dari pihak Musa sendiri satu pergumulan yang sungguh-sungguh untuk meninggalkan kesalahan dan menerima kebenaran, tetapi Allah akan menjadi penolongnya bilamana pergumulan tersebut menjadi terlalu berat bagi kekuatan manusia. ——-SRNJ1 291.2

 

  1. Pengalaman Salomo:

Dalam usaha untuk mempererat hubungan dengan kerajaan yang kuat di Selatan Israel, Salomo melakukan suatu hal yang berbahaya di atas tanah yang langka. Setan mengetahui hasil-hasil yang menyertai penurutan; dan selama tahun-tahun pertama pemerintahan Salomo–tahun-tahun cemerlang oleh karena hikmat, kebijaksanaan, dan ketulusan sang raja–Setan berusaha memasukkan pengaruh-pengaruh busuk yang dapat merusak kesetiaan Salomo terhadap asas dan menyebabkan ia terpisah dari Allah. Bahwa musuh itu berhasil dalam usahanya, kita ketahui dari catatan: “Salomo menjadi menantu Firaun, raja Mesir, ia mengambil anak Firaun, dan membawanya ke kota Daud.” 1 Raja-raja 3:1. —–PR 30.1

 

Dari sudut pandangan manusia, perkawinan ini, meskipun bertentangan dengan ajaran-ajaran hukum Allah, nampaknya mendatangkan berkat; oleh karena permaisuri Salomo yang kafir ini bertobat dan bersatu dengan dia dalam berbakti kepada Allah yang benar. Apalagi, Firaun menunjukkan setia kawannya kepada Israel oleh merebut Gezer, membunuh “orang-orang Kanaan yang diam di kota itu,” lalu memberikan kota itu “sebagai hadiah kawin kepada anaknya, istri Salomo.” 1 Raja-raja 9:16. Salomo membangun kembali kota ini dan dengan demikian menambah kebesaran kekuatan kerajaannya sepanjang pantai Laut Tengah. Tetapi dalam menjalin suatu persekutuan dengan suatu bangsa kafir, dan memeteraikan perjanjian itu oleh perkawinan dengan seorang putri penyembah berhala, Salomo dengan gegabah tidak menghargai jaminan kebijaksanaan yang Allah telah buat untuk mencapai kesucian umat-Nya. Harapan bahwa istrinya orang Mesir itu mungkin bisa bertobat hanyalah suatu dalih yang lemah terhadap dosa. Untuk suatu jangka waktu dalam rahmat-Nya yang penuh kasihan menaklukkan kesalahan yang mengerikan ini; dan sang raja, oleh nasihat yang bijaksana, seharusnya dapat memeriksa sekurang-kurangnya luasnya akan kekuatan-kekuatan jahat yang oleh kelalaiannya telah ada dalam pekerjaan. Tetapi Salomo telah mulai kehilangan penglihatan terhadap Sumber kuasa dan kemuliaannya. Ketika kehendak hati mencapai penguasaan terhadap akal budi, maka keyakinan atas diri sendiri bertambah-tambah, dan ia berikhtiar untuk menjalankan maksud Tuhan dengan caranya sendiri. Ia mengira bahwa ikatan-ikatan dagang dan politik dengan bangsa-bangsa luar akan membawa bangsa-bangsa ini untuk mengenal akan Allah yang benar; lalu ia memasuki persekutuan yang kotor dengan bangsa demi bangsa. Banyak kali ikatan-ikatan ini dimeterai dengan perkawinan-perkawinan dengan putri-putri kafir. Perintah-perintah Yehova telah dikesampingkan demi adat istiadat bangsa-bangsa luar. Salomo memuji dirinya sendiri bahwa hikmat dan kuasa teladannya akan memimpin istri-istrinya dari penyembahan berhala ke penyembahan akan Allah yang benar, dan bahwa ikatan-ikatan juga akan menarik bangsa-bangsa luar untuk berhubungan erat dengan Israel. Pengharapan yang sia-sia! Kesalahan Salomo yang fatal ialah menganggap dirinya cukup kuat untuk menolak sendiri pengaruh orang kafir yang menjadi sekutu-sekutunya. Dan lebih fatal lagi, ialah penipuan yang memimpin ia berharap meskipun bagian yang dikerjakannya tidak menghormati Allah, tetapi ada orang lain yang nanti memuja-muja dan menurut perintah-perintah yang kudus itu. ——PR 30.2

 

  1. Begitu perlahan kemurtadan Salomo sehingga sebelum ia menyadarinya, ia telah tersesat jauh dari Allah. Hampir tak terasa ia mulai berkurang-kurang dalam bimbingan dan berkat Ilahi, dan menempatkan keyakinan dalam kekuatannya sendiri. Sedikit demi sedikit ia terlepas dari Allah dari penurutan yang tetap yang menjadikan orang Israel suatu umat khusus, dan lama kelamaan ia menyesuaikan diri lebih rapat dengan adat kebiasaan bangsa-bangsa di sekitarnya.—PR 31.2

 

  1. Pengalaman Ellen G. White dibabtis usia 13 tahun dan usia 11 tahun telah bertobat:

……

Umur sebelas tahun saya dibabtis serta menjadi anggota gereja Metodis. Umur tiga belas tahun saya mendengar ceramah umum yang diadakan William Miller untuk kedua kalinya di Portland Maine. Ketika itu saya merasa bahwa saya tidak layak, dan tidak siap untuk bertemu dengan Yesus. Jadi, ketika undangan diadakan untuk para anggota gereja dan orang-orang berdosa supaya tampil ke depan untuk didoakan, maka saya tidak menyia-nyiakan kesempatan pertama, sebab saya mengetahui bahwa saya harus melakukan kewajiban besar yang dapat melayakkan saya untuk masuk ke sorga. Jiwa saya haus akan keselamatan yang penuh dan diberikan cuma-Cuma, tetapi tidak mengetahui bagaimana untuk mencapainya—— Tulisan-tulisan Permulaan, sub judul “Pengalaman dan Khayal-khayal”.

 

  1. Pengalaman Samson:

Janji ilahi kepada Manoakh pada waktunya telah digenapkan dengan lahirnya seorang anak lelaki, yang diberi nama Simson. Apabila anak itu bertumbuh, nyatalah bahwa ia memiliki kekuatan jasmani yang luar biasa. Namun demikian, hal ini bukanlah, sebagaimana diketahui dengan baik oleh Simson dan orang tuanya, bergantung atas otot-ototnya yang terjalin dengan baik itu, melainkan atas syaratnya sebagai seorang nazir, untuk mana rambutnya yang tidak pernah dicukur itu merupakan satu lambang. Kalau saja Simson telah menurut perintah-perintah ilahi sama setianya seperti yang telah dilakukan oleh orang tuanya, maka ia akan mempunyai masa depan yang lebih agung dan lebih berbahagia. Tetapi pergaulan dengan orang-orang yang menyembah berhala telah merusakkan dirinya. Oleh karena kota Zora berada dekat dengan negeri orang Filistin, maka Simson telah bergaul dengan mereka dengan alasan bersahabat. Dengan demikian di dalam masa mudanya, keakrabanpun timbul, yang pengaruhnya telah menggelapkan seluruh kehidupannya. Seorang perempuan muda yang tinggal di kota Timnat di negeri Filistin telah memikat kasih Simson, dan ia bertekad menjadikan dia sebagai isterinya. Kepada orang tuanya yang takut akan Tuhan itu, yang berusaha membatalkan niatnya itu, jawabnya ialah, “Karena sukalah aku akan dia.” Akhirnya orang tua itu menyerah kepada kemauannya, dan perkawinanpun diadakan.—–PB2 163.4

 

  1. Pengalaman Samuel dan anak2 Imam Eli, yang sama-sama mendapat pendidikan Rumah Tangga, hanya kemudian anak2nya bergaul, namun Samuel tetap patuh tidak bergaul:

Kesempatan-kesempatan yang tidak ternilai harga-nya, pekerjaan yang amat berharga, telah diserahkan kepada setiap ibu. Selama tiga tahun pertama dari kehidupan nabi Samuel, ibunya dengan saksama mengajar dia untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat. Melalui setiap benda yang dikenal yang ada di sekelilingnya ia berusaha menuntun pikiran anaknya kepada Khalik itu. Dalam menggenapi nazarnya untuk menyerahkan anaknya kepada Allah, dengan penuh penyangkalan diri ia telah menempatkan dia di bawah pengawasan Eli, imam besar itu, untuk dididik bagi pelayanan di dalam rumah Allah…. Pendidikannya pada masa kanak-kanaknya telah menuntun dia untuk memilih mempertahankan kejujuran sebagai umat Tuhan. Sungguh ini adalah suatu upah yang telah diterima oleh Hana! Dan teladannya itu sungguh merupakan satu dorongan supaya menjadi setia! ——- MABJ 207.2

 

Eli tidak mengatur rumah tangganya sesuai dengan peraturan-peraturan Allah sehubungan dengan pemerintahan keluarga. Ia mengikuti pertimbangannya sendiri. Bapa yang sifatnya memanjakan tidak memperhatikan kesalahan dan dosa-dosa anak-anaknya pada masa kanak-kanak mereka, sambil menghibur dirinya bahwa satu waktu mereka dengan sendirinya akan dapat mengalahkan kecenderungan-kecenderungan mereka yang jahat itu. Banyak orang sekarang ini sedang melakukan kesalahan yang serupa ini. Mereka beranggapan bahwa mereka mengetahui cara yang lebih baik untuk mendidik anak-anak mereka daripada apa yang telah diberikan Allah di dalam firmanNya. Mereka menguatkan kecenderungan-kecenderungan yang salah di dalam diri mereka, sambil berdalih, “Mereka masih terlalu kecil menerima hukuman. Tunggu sampai mereka telah menjadi lebih besar, dan bisa diajak berembuk.” Dengan demikian kebiasaan-kebiasaan yang salah dibiarkan menjadi lebih kuat sampai menjadi sifat alamiah mereka yang kedua. Anak-anak menjadi besar tanpa pengendalian, dengan tabiat-tabiat mereka yang akan menjadi bahagian mereka untuk seumur hidup, dan bisa dihasilkan kembali di dalam diri orang lain. —–PB2 182.1

 

Tidak ada kutuk yang lebih besar terhadap rumah tangga selain daripada membiarkan anak-anak muda mengikuti jalan mereka sendiri. Apabila orang tua mengikuti segala kemauan anak-anak mereka, dan memanjakan mereka di dalam perkara-perkara yang mereka tahu bukan untuk kebaikan mereka, dengan segera anak-anak mereka akan kehilangan segala perasaan hormat bagi orang tua, hormat kepada Allah atau manusia, dan akan ditawan oleh kemauan setan. Pengaruh rumah tangga yang tidak teratur dengan baik merajalela, dan membahayakan masyarakat. Itu bertimbun-timbun menjadi arus kejahatan yang mempengaruhi keluarga-keluarga, masyarakat dan pemerintah. —–PB2 182.2

 

Akibat manusia membangun hubungan dengan bangsa/orang-orang dunia

Banyak orang yang menyebutkan dirinya umat Allah tidak lebih dari-pada hanya manusia moralis. Mereka telah menolak pemberian satu-satunya yang menyanggupkan mereka untuk menghormati Kristus dengan mewakili Dia ke dunia ini. Pekerjaan Roh Kudus bagi mereka merupakan suatu pekerjaan yang aneh. Mereka bukanlah pelaku sabda itu. Prinsip-prinsip surga yang membedakan orang yang bersatu dengan Kristus dengan orang yang bersatu dengan dunia hampir-hampir tidak dapat dibedakan. Orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus bukan lagi umat yang terpisah dan asing. Garis pembatasan tidak jelas. Orang-orang menaklukkan dirinya kepada dunia, perbuatannya, kebiasaannya, dan sifat mementingkan diri. Jemaat telah menjadi duniawi dalam melanggar hukum, di mana seharusnya dunia datang kepada jemaat dalam penurutan pada hukum. Jemaat kian hari kian berubah menjadi duniawi—-MKA 244.1

 

Nasihat Ellen G. White untuk orang-orang di sisa waktu penyelesaian pekerjaan bagi sidang.

 

“Segala perkara itu sudah berlaku atas mereka itu menjadi teladan, dan yang telah tersurat seperti nasihat bagi kita, orang akhir zaman. Sebab itu siapa yang menyangka dirinya itu tegak, hendaklah ia beringat jangan ia jatuh.” 1 Korinti 10:11, 12. Setan mengetahui dengan baik materi yang harus dihadapinya di dalam hati manusia. Ia mengetahui—karena ia telah mempelajarinya dengan sungguh-sungguh selama beribu-ribu tahun —titik-titik kelemahan yang paling mudah untuk dikalahkannya di dalam setiap manusia; dan sepanjang generasi-generasi berikutnya ia telah berhasil menjatuhkan orang-orang yang paling kuat, penghulu-penghulu Israel, oleh pencobaan yang sama yang sangat berhasil di Baal-Peor. Sepanjang zaman terlihat puing-puing tabiat orang-orang yang telah kandas di atas batu karang pemanjaan nafsu. Apabila kita mendekati kesudahan zaman, apabila umat Allah berdiri di perbatasan Kanaan sorgawi, setan akan, seperti pada zaman dulu, melipatgandakan usahanya untuk menghalangi mereka memasuki tanah yang baik itu. Ia meletakkan jeratnya bagi setiap jiwa. Bukan hanya orang-orang yang bodoh dan yang tidak terdidik saja yang harus berjaga-jaga, ia akan menyediakan penggodaannya bagi mereka yang berada pada jabatan yang tertinggi, dalam jabatan yang paling suci; jikalau ia dapat menuntun mereka untuk menodai jiwa mereka, maka ia, melalui mereka, akan dapat membinasakan banyak orang. Dan ia menggunakan alat-alat yang sama sekarang ini seperti yang telah dipakainya tiga ribu tahun yang telah silam. Oleh pergaulan duniawi, oleh kecantikan, oleh mencari kepelesiran, pesta-pora, atau cawan anggur, ia menggoda manusia untuk melanggar hukum yang ketujuh. —–PB2 51.1

 

Dengan bergaul dengan penyembah-penyembah berhala serta ikut dalam upacara-upacara pesta mereka dimana bangsa Ibrani telah dituntun untuk melanggar hukum Allah dan mendatangkan hukumanNya ke atas bangsa itu. Demikian pula sekarang ini adalah oleh menuntun pengikut-pengikut Kristus untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak bertuhan, dan ikut serta dalam kepelesiran mereka dimana setan paling berhasil dalam menjatuhkan mereka ke dalam dosa. “Keluarlah kamu dari antara orang kapir, dan bercerailah kamu, kata firman Tuhan, dan jangan menyentuh barang yang najis.” 2 Korinti 6:17. Tuhan menuntut umatNya sekarang ini untuk berbeda dari dunia dalam kebiasaan, dalam adat dan prinsip, seperti halnya Ia telah menuntut Israel pada zaman dahulu. Jikalau mereka setia mengikuti ajaran-ajaran firmanNya, perbedaan ini akan terlihat; itu tidak bisa menjadi sebaliknya. Amaran-amaran yang telah diberikan kepada bangsa Ibrani terhadap pergaulan dengan orang kapir tidaklah lebih ketat dan lebih tegas daripada amaran-amaran yang melarang orang-orang Kristen untuk meniru-niru roh dan adat kebiasaan orang-orang yang tidak bertuhan. Kristus berkata kepada kita, “Janganlah kamu mengasihi dunia atau barang yang ada di dalam dunia. Jikalau barang seorang mengasihi dunia, maka kasih Bapa itu tiadalah ada di dalam dia.” 1 Yohanes 2:15. “Persahabatan dengan dunia ini, ialah perseteruan dengan Allah? sebab itu barangsiapa yang mau bersahabat dengan dunia ini, ia itulah menjadi seteru Allah.” Yakub 4:4. Pengikut-pengikut Kristus harus memisahkan diri dari orang-orang berdosa, memilih untuk bersahabat dengan mereka hanya bilamana ada kesempatan untuk berbuat kebajikan kepada mereka. Kita harus berusaha sedapat-dapatnya menjauhkan diri dari persahabatan dengan mereka yang akan memberikan pengaruh yang akan memalingkan kita dari Tuhan. Sementara kita berdoa, “Jangan bawa kami ke dalam pencobaan,” kita harus menjauhkan diri dari pencobaan sedapat-dapatnya.—PB2 52.1

 

Tidak ada iman yang kurang dari pada iman Nuh, dari pada iman Ayub, dan dari pada iman Daniel yang dapat membayar hutang, Saudara-saudariku, sebab apapun yang kurang dari ini ialah penghinaan kepada Allah.— Amaran Sekarang jld 2 No. 35

 

Meninggalkan kota dan pindah ke desa

Hanya sedikit orang yang menyadari pentingnya menghindari, sejauh mungkin, semua pergaulan yang tidak bersahabat dengan kehidupan beragama. Dalam memilih lingkungan hanya sedikit orang yang membuat kesejahteraan kerohanian menjadi pertimbangan pertama.

Para orangtua berduyun-duyun dengan keluarga mereka memasuki kota oleh karena mereka beranggapan adalah lebih mudah memperoleh penghidupan di kota daripada di kampung. Anak-anak, yang tidak mempunyai apa-apa untuk dilakukan pada waktu mereka tidak disekolah memperoleh pendidikan jalanan. Dari pergaulan jahat mereka memperoleh kebiasaan buruk dan foya-foya. Orang tua melihat semua ini, tetapi membutuhkan pengorbanan untuk memperbaiki kebiasaan salah ini, dan mereka tetap tinggal pada tempat mereka berada sampai setan dapat mengendalikan seluruhnya anak-anak mereka. Adalah lebih baik mengorbankan sesuatu dan semua pertimbangan duniawi daripada membahayakan jiwa-jiwa berharga yang dipercayakan kepada pemeliharaanmu—–5T 232 (1882)

 

Kota-kota pada zaman ini dengan cepat menjadi seperti kota Sodom dan Gomora. Banyak sekali hari-hari libur; ramainya putaran kegembiraan dan kepelesiran menarik ribuan orang dari tugas-tugas kehidupan yang sungguh-sungguh. Olah raga yang menggembirakan – pergi ke pertunjukan, pacuan kuda, berjudi, meminum minuman keras dan berpesta pora – merangsang semua nafsu keinginan untuk aktif.

Orang-orang muda disapu oleh arus mutahir yang populer. Mereka yang belajar menyukai hiburan membuka pintu kepada banjirnya pencobaan. Mereka menyerahkan diri mereka kepada kegembiraan sosial dan keriangan yang tidak bijaksana. Mereka dituntun dari satu bentuk pemborosan tenaga kepada pemborosan tenaga yang lain, sampai akhirnya kehilangan baik keinginan maupun kemampuan untuk suatu hidup yang berguna. Aspirasi keagamaan mereka menjadi dingin; kemuliaan jiwa, semua yang menghubungkan manusia dengan dunia kerohanian, direndahkan derajatnya. —-9T 89, 90 (1909)

 

Keluarlah dari kota-kota sesegera mungkin dan belilah sebidang tanah di mana engkau dapat berkebun, di mana anak-anakmu dapat memperhatikan bunga-bunga yang sedang tumbuh dan belajarlah dari padanya pelajaran kesederhanaan dan kemurnian.— 2SM 356 (1903). —-PAZ 71.1

 

Keluarlah dari kota, adalah pekabaran saya sekarang ini. Pastikanlah bahwa seruan ini adalah bagi anggota-anggota kita agar bermukim berkilo-kilo meter dari kota-kota besar. Sekilas memandang San Francisco dengan keadaannya sekarang ini akan berbicara kepada akalmu yang cerdas itu, menunjukkan kepadamu perlunya untuk keluar dari kota-kota besar. . . . —-PAZ 71.2

 

Tuhan menyerukan kepada anggota-anggota kita untuk bermukim jauh dari kota-kota, sebab pada saat yang tidak disangka-sangka, api dan belerang akan dicurahkan dari langit ke atas kota-kota ini. Hukuman itu setimpal dengan dosa-dosa mereka. Bilamana sebuah kota dibinasakan, janganlah anggota-anggota kita menganggap hal itu suatu kejadian yang enteng, lalu berpikir bahwa jika peluang memungkinkan maka mereka bisa membangun sendiri rumah-rumah di kota yang sama yang telah hancur itu…. PAZ 71.3

 

Sebagai umat Allah yang memelihara hukum kita harus meninggalkan kota-kota. Seperti Henokh, kita harus bekerja di kota- kota tetapi tidak bermukim di dalamnya.— Ev 77, 78 (1899). —-PAZ 71.6

 

Kami katakan lagi, “Keluarlah dari kota-kota.” Janganlah menganggapnya sebagai suatu kemerosotan besar kalau kamu harus pergi ke perbukitan dan gunung-gunung, tetapi carilah tempat terpencil di mana kamu bisa berada sendirian dengan Allah, untuk mempelajari kehendak dan jalan-Nya. . . . —-PAZ 72.5

 

Saya mendesak anggota-anggota kita agar menjadikan usaha mengejar kerohanian sebagai pekerjaan seumur hidup. Kristus ada di depan pintu. Inilah sebabnya mengapa saya berkata kepada anggota-anggota kita, “Janganlah menganggapnya suatu kemunduran apabila kamu dipanggil untuk meninggalkan kota-kota dan pindah ke pedesaan. Di sana menunggu berkat-berkat yang limpah bagi mereka yang mau menerimanya. Dengan menyaksikan pemandangan alam, karya-karya Sang Pencipta, dengan mempelajari pekerjaan tangan Allah, secara tak terasa kamu akan berubah kepada citra yang sama.— 2SM 355, 356 (1908). —PAZ 72.6

 

Sudah tiba waktunya bagi anggota-anggota kita untuk membawa keluarganya keluar dari kota ke tempat-tempat yang lebih tenang, kalau tidak banyak dari antara orang-orang muda bahkan juga banyak dari orang-orang yang lebih tua akan terjerat dan ditawan oleh musuh itu.— 8T 101 (1904). PAZ 73.4

 

Tidak ada satu di antara seratus keluarga yang akan bertambah secara jasmani, pikirani ataupun rohaninya dengan tinggal di kota. Iman, pengharapan, kasih, kebahagiaan, akan jauh lebih baik diperoleh di tempat-tempat yang tenang di mana terdapat ladang-ladang, bukit-bukit dan pepohonan. Bawalah anak-anakmu jauh dari pemandangan dan kebisingan kota, jauh dari hiruk-pikuk lalu lintas di jalan-jalan raya, maka pikiran mereka menjadi lebih sehat. Ternyata akan lebih mudah memasukkan kebenaran firman Allah ke dalam hati mereka.— AH 137 (1905). PAZ 73.5

 

Contoh dari keluarga Lot:

Bilamana kejahatan merajalela di tengah suatu bangsa selalu ada suara terdengar yang memberikan amaran dan petunjuk, sebagaimana suara Lot terdengar di Sodom. Sebenarnya Lot dapat menyelamatkan keluarganya dari banyak kejahatan seandainya dia tidak bermukim di kota yang jahat dan tercemar ini. Apa yang dilakukan Lot bersama keluarganya di Sodom dapat dilakukan oleh mereka sekalipun mereka tinggal jauh dari kota.— Ev 78 (1903). PAZ  72.3

 

Pada waktu Lot memasuki Sodom ia bermaksud dengan sepenuhnya akan menjaga dirinya dari kejahatan, dan memerintahkan rumah tangganya untuk menuruti akan dia. Tetapi ia telah gagal. Pengaruh-pengaruh jahat di sekelilingnya telah memberikan satu akibat buruk terhadap imannya dan hubungan anak-anaknya dengan penduduk Sodom sedikit banyak telah mengikat perhatiannya menjadi satu dengan perhatian mereka. Dan akibatnya ada di hadapan kita. ——PB1 167.3

 

Banyak orang yang sedang berbuat kesalahan yang sama. Di dalam memilih sebuah rumah mereka lebih mementingkan keuntungan-keuntungan duniawi yang fana lebih daripada pengaruh-pengaruh sosial dan akhlak yang akan mengelilingi mereka dan keluarga mereka. Mereka memilih satu daerah yang indah dan subur atau pindah ke kota yang makmur dengan harapan akan dapat memperoleh kemakmuran yang lebih besar; tetapi anak-anak mereka dikelilingi oleh pencobaan-pencobaan dan terlalu sering mereka mengadakan pergaulan yang tidak baik pengaruhnya terhadap perkembangan hidup rohani mereka dan pembentukan satu tabiat yang benar. Suasana akhlak yang merosot, sikap tidak percaya, sikap acuh tak acuh akan hal-hal keagamaan, mempunyai satu kecenderungan untuk meniadakan pengaruh orang tua. Contoh-contoh daripada pemberontakan terhadap wewenang orang tua dan ilahi, ada di hadapan mata orang-orang muda; banyak yang mengadakan persekutuan dengan orang-orang kapir dan orang-orang yang tidak percaya, dan menetapkan nasib mereka bersama sama dengan musuh Allah. ——PB1 168.1

 

Di dalam memilih rumah Allah menghendaki agar kita mempertimbangkan, pertama-tama pengaruh akhlak serta keagamaan yang akan mengelilingi kita dan keluarga kita. Boleh jadi kita ditempatkan di dalam satu kedudukan yang menguji kita, karena banyak orang yang tidak dapat memilih keadaan lingkungan seperti yang mereka inginkan; dan bilamana saja tugas memanggil kita, Allah akan menyanggupkan kita untuk berdiri teguh tanpa ternoda oleh kejahatan, jikalau kita berjaga-jaga dan berdoa, sambil berharap dalam anugerah Kristus. Tetapi kita tidak perlu dengan sengaja mendekatkan diri kepada pengaruh-pengaruh yang tidak baik bagi pembentukan tabiat Kristus. Bilamana kita, atas pilihan sendiri, menempatkan diri kita dalam suasana duniawi dan tidak percaya, kita menyusahkan hati Allah dan mengusir malaikat-malaikat suci dari rumah tangga kita. ——PB1 168.2

 

Mereka yang mencari kekayaan dan kehormatan duniawi buat anak-anak mereka dengan mengorbankan perkara-perkara yang baka akan mendapati kelak pada akhirnya bahwa keuntungan-keuntungan ini adalah satu kerugian yang besar. Seperti Lot, banyak orang yang mendapati anak-anaknya telah rusak, dan juga tidak dapat menyelamatkan jiwa mereka sendiri. Pekerjaan hidup mereka merupakan satu kerugian, kehidupan mereka merupakan satu kegagalan yang menyedihkan. Kalau saja mereka telah menggunakan kebijaksanaan yang benar, anak-anak mereka boleh jadi memiliki sedikit saja kemakmuran duniawi, tetapi mereka akan mem peroleh satu kepastian akan hak untuk mendapat warisan yang baka. ——PB1 168.3

 

Bersekolah di sekolah gereja

(Nasihat Ellen G. White ini disampaikan dimasa hidupnya dengan kondisi sekolah gereja masih dalam pembinaannya)

Golongan Pendidik yang Mana? Ada dua golongan pendidik di dunia ini. Satu golongan adalah mereka yang dijadikan Allah sebagai saluran terang, dan golongan yang lain adalah mereka yang digunakan setan sebagai alat-alatnya, yang pandai untuk berbuat kejahatan. Golongan yang satu merenung-renungkan tabiat Allah dan bertambah-tambah dalam pengetahuan tentang Yesus, yang telah diutus Allah ke dunia ini. Golongan ini menyerahkan segenap hidupnya kepada perkara-perkara yang memberikan penerangan sorga, hikmat sorga, untuk mengangkat tinggi akan jiwa-jiwa manusia. Setiap kesanggupan diri mereka diserahkan kepada Allah, dan pikiran mereka ditaklukkan kepada Kristus. Golongan yang lain sepakat dengan penghulu kegelapan, yang selalu waspada agar ia bisa memperoleh kesempatan untuk mengajarkan kepada orang lain pengetahuan tentang kejahatan.

Pilihan Sekolah yang Menempatkan Allah sebagai Dasarnya. Dalam merencanakan pendidikan untuk anak-anak di luar rumah tangga, orang tua harus menyadari bahwa tidaklah lagi aman baginya untuk mengirimkan mereka ke sekolah umum, dan harus berusaha untuk mengirimkan mereka ke sekolah-sekolah di mana mereka akan memperoleh suatu pendidikan yang didasarkan pada Alkitab. Di atas bahu setiap orang tua Kristen terletak satu tanggung jawab yang khidmat untuk memberikan kepada anak-anaknya suatu pendidikan yang akan menuntun mereka untuk memperoleh suatu pengetahuan tentang Tuhan dan untuk menjadi orang-orang yang turut mengambil bagian dalam sifat-sifat ilahi melalui penurutan kepada kehendak dan jalan Allah.

…… Sekalipun adanya petunjuk yang jelas ini, beberapa dari antara umat Allah mengizinkan anak-anak mereka untuk memasuki sekolah umum, dimana mereka bercampur baur dengan mereka yang akhlaknya rusak. Di dalam sekolah-sekolah ini anak-anak mereka tidak dapat mempelajari Alkitab atau prinsip-prinsipnya. Orang tua Kristen, engkau harus mengadakan persediaan bagi anak-anakmu untuk dididik dalam prinsip-prinsip Alkitab. ——Mendidik dan Membimbing Anak Child Guidance, pasal 52 Memilih sekolah

 

Ilmu pengetahuan kehidupan Kristen yang murni, menyenangkan dan konsisten diperoleh oleh mempelajari Firman Tuhan. Inilah pendidikan tertinggi yang bisa diperoleh oleh setiap makhluk duniawi. Ini adalah pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa-siswa di sekolah-sekolah kita, agar mereka bisa tampil dengan pemikiran yang murni dan pikiran dan hati yang bersih, disiapkan untuk menaiki tangga kemajuan dan mempraktekkan kebajikan Kristen —-MS 86, 1905.

 

Pikian akan mempunyai tabiat yang sama dengan yang dimasukkan ke dalamnya, tuaian yang sama dengan benih yang ditanam. Tidakkah fakta ini cukup untuk menunjukkan perlunya menjaga sejak dari permulaan pendidikan orang-orang muda? Bukankah lebih baik orang-orang muda itu bertumbuh sedikit agak bodoh terhadap apa yang biasa diterima sebagai pendidikan daripada mereka menjadi lalai dalam hubungannya dengan kebenaran Allah?—6T 194 (1900)

 

Adalah benar bagi orang-orang muda merasa bahwa mereka harus mencapai perkembangan yang tertinggi dari kemampuan mental mereka. Kita tidak akan membatasi pendidikan kepada mana Allah tidak menetapkan batas. Tetapi pencapaian kita tidak ada gunanya jika tidak digunakan untuk kemuliaan Allah dan untuk kebaikan umat manusia. Tidak baik untuk menjejali pikiran dengan pelajaran-pelajaran yang memerlukan ketekunan hebat tetapi tidak digunakan dalam kehidupan praktis —-MH 448, 450 (1905)

 

KESIMPULAN

 

  1. PERGAULAN SEBAGAI SARANA SETAN UNTUK MENAKLUKAN PEKERJAAN PENYELESAIAN 144000. PERGAULAN ADALAH MUSUH YANG TIDAK DISANGKA-SANGKA,
  2. PERGAULAN = PENCOBAAN,
  3. Umat Allah akhir zaman awal ketika ia baru lahir musuhnya adalah DIRI SENDIRI, tetapi setelah ia berhubungan dengan dunia melalui pergaulan – keseluruhan kesenangan, perhatian, minat, impian, harapan, selera orang-orang dunia telah terserap dalam pribadi umat Allah, maka tugasnya sekarang harus menaklukan DIRI SENDIRI + pengaruh DUNIA (yang masih dalam kekuasaannya sendiri),
  4. Contoh2 umat Allah yang menang dahulu musuhnya adalah sepenuhnya dari agen-agen setan, sedangkan musuh atau halangan dari dirinya sendiri TELAH mereka selesaikan, seperti Abraham, Ayub, Yusuf, Musa, Daniel, hingga rasul-rasul tidak ada sama sekali kekawatiran terhadap dirinya sendiri demikian pula terhadap nyawanya, sedangkan kita berbeda. Kita harus menyelesaikan masalah dengan diri sendiri dahulu yang cenderung telah terpengaruh oleh usaha setan melalui pergaulan, umat Allah yang menang tersebut (seperti Abraham, Ayub, Yusuf, Musa, Daniel, hingga rasul-rasul) mereka yang memberi pengaruh kepada pergaulan, bukan menerima pengaruh pergaulan sebagaimana kita sekarang ini.
  5. Alasan mengapa Ellen G. White menegaskan kepada kita untuk menghindari tinggal di kota dan tinggal terpencil sendirian dengan Allah, dengan mengatakan “Tidak ada satu di antara seratus keluarga yang akan bertambah secara jasmani, pikirani ataupun rohaninya dengan tinggal di kota. Iman, pengharapan, kasih, kebahagiaan, akan jauh lebih baik diperoleh di tempat-tempat yang tenang di mana terdapat ladang-ladang, bukit-bukit dan pepohonan.” Jawabannya adalah karena telah diberitahukan awal kejatuhan bangsa Israel yaitu bangsa pilihan Allah adalah oleh persekutuan dengan orang kapir dan mengikuti kebiasaan-kebiasaannya, serta cerita pengalaman Lot dan anak-anaknya. Kesemua pengaruh-pengaruh buruk kehancuran moral di dapat dari kehidupan pergaulan kota yang secara umum ditempati orang-orang kapir.

Selain itu nasihat keluar pindah ke desa yang terpencil ini diberikan karena orang-orang yang Tuhan akan pekerjakan pada pekerjaan yang terakhir ini bukanlah orang-orang besar, melainkan adalah orang-orang sederhana, yaitu orang-orang yang bodoh untuk merendahkan orang-orang pintar, artinya mereka adalah orang-orang yang diremehkan dan tidak diperhitungkan, maka berarti mereka tidak akan dapat melaksanakan “MEMBERI PENGARUH” seperti bagaimana Abraham dahulu, cenderung orang yang tidak memiliki kedudukan dan tidak memiliki kekuatan ekonomi hanya dapat “MENERIMA PENGARUH”, sehingga untuk dapat mewujudkan moral yang baik dan tidak terpengaruh serta oleh karena tidak adanya pemaafan yang Tuhan dapat berikan……jalan yang memungkinkan kepada kita untuk melaksanakannya adalah JALAN YANG DITEMPUH OLEH YOHANES PEMBABTIS, yaitu MENGHINDARI ORANG-ORANG BANYAK TINGGAL DI GUA-GUA BATU, BUKIT YANG TANDUS.

 

PERJUANGAN TERBERAT KITA = MELAWAN DIRI SENDIRI,

Kewajiban kita menyelesaikan seluruh permasalahan dengan diri kita sendiri harus diselesaikan dalam masa SEKARANG YAITU MASA PENGUMPULAN 144000 ini, dan tidak ada jeda dari masa sekarang ini dengan SAAT TERPILIHNYA 144000 sebagaimana pengalaman dengan rasul-rasul dahulu, bagaimana mereka menyelesaikan permasalahan dengan diri mereka masing-masing.

 

Bagaimana perbedaan kita dengan masa rasul-rasul dahulu?, lebih lanjut……………PELAJARAN KITA LANJUTKAN KEPADA PENGALAMAN RASUL-RASUL

 

CONTOH PENGALAMAN MURID-MURID YESUS BERPISAH DARI KEBIASAAN, PERGAULAN DAN PERUBAHAN MENJADI MANUSIA BARU

 

  1. Saat mereka dipilih, mereka dipisahkan dari kebiasaan dan pergaulan

Untuk melakukan pekerjaan-Nya, Kristus tidak memilih orang terpelajar atau yang fasih dari Sanhedrin orang Yahudi atau kuasa Roma. Mengabaikan guru-guru Yahudi yang membenarkan diri sendiri, Pekerja yang Agung itu memilih yang rendah hati, orang yang tidak terpelajar untuk memasyhurkan kebenaran yang akan menggerakkan dunia ini. Orang-orang ini Ia maksudkan untuk dilatih dan dididik sebagai pemimpin-pemimpin sidang-Nya. Mereka sebaliknya harus mendidik orang-orang lain dan mengirim mereka dengan pekabaran Injil. Supaya mereka memperoleh kemajuan dalam pekerjaan Tuhan, mereka harus diberi kuasa Roh Suci. Bukannya dengan kuasa manusia atau dengan kebijaksanaan manusia Injil itu harus dimasyhurkan, tetapi dengan kuasa Allah. ——-KR 15.1

 

Selama tiga setengah tahun murid-murid mendapat petunjuk dari Guru yang terbesar yang pernah dikenal dunia. Oleh perhubungan pribadi dan pergaulan, Kristus melatih mereka untuk pekerjaan-Nya. Setiap hari mereka berjalan dan bercakap-cakap dengan Dia, mendengarkan perkataan-Nya yang menghibur orang yang lelah dan yang berbeban berat, dan melihat kenyataan kuasa-Nya untuk kepentingan orang sakit dan yang dirundung malang. Kadang-kadang Ia mengajar mereka, duduk dengan mereka di lereng gunung; kadang-kadang di tepi pantai atau sementara berjalan, Ia menyatakan rahasia kerajaan Allah. Di mana saja hati terbuka untuk menerima pekabaran Ilahi, Ia membukakan kebenaran untuk jalan keselamatan. Ia tidak memerintahkan murid-murid-Nya untuk melakukan ini atau itu, tetapi mengatakan, “ Ikutlah Aku. ” Dalam perjalanan-Nya melalui negeri dan kota-kota Ia membawa mereka serta-Nya, supaya mereka melihat bagaimana Ia mengajar orang banyak. Mereka mengadakan perjalanan dengan Dia dari tempat ke tempat. Mereka mengambil bagian dari makanan-Nya yang sederhana dan seperti Dia kadang-kadang lapar dan sering lelah. Di jalan-jalan yang ramai, di tepi danau, di padang pasir yang sunyi, mereka beserta dengan Dia. Mereka melihat Dia pada setiap segi kehidupan. ———KR 15.2

 

Lihatlah pada pemandangan yang mengharukan. Lihatlah kemuliaan surga yang mengelilingi keduabelas murid yang telah dipilih-Nya. la telah mengasingkan mereka untuk pekerjaan mereka. Oleh alat yang lemah ini, dengan perantaraan perkataan dan Roh-Nya, Ia merencanakan untuk menaruh keselamatan yang dapat dijangkau oleh semua orang. —-KR 16.2

 

Catatan:

Bila kita mengikuti cerita pengalaman murid-muridNya dahulu, kita dapat ikuti bahwa setelah murid-murid ini menerima tawaran Yesus untuk mengikuti dia, maka sejak saat itu pula mereka meninggalkan semua aktifitas sehari-harinya, termasuk dari lingkungan pergaulan, mereka dituntut untuk berbeda dari dirinya yang sebelumnya, mereka secara perlahan-lahan berubah menjadi manusia baru….kita dapat ikuti pada awal-awalnya dari antara mereka masih kita jumpai cerita satu sama lain meninggikan diri, tidak mampu menahan amarah ketika Yesus direndahkan, hingga takut diketahui sebagai muridNya ketika Yesus di pengadilan. 

 

 

 

 

  1. Beberapa contoh perjalanan proses rasul-rasul mengalami perubahan manusia lama kepada manusia baru
  • Pertanyaan “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?”

 

Ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan dibunuh dan bangkit lagi, Ia sedang berusaha menarik perhatian mereka ke dalam percakapan mengenai ujian besar bagi iman mereka. Sekiranya mereka sudah bersedia menerima apa yang hendak diberitahukan-Nya kepada mereka, sudah tentu mereka terhindar dari kesedihan dan putus asa yang pahit. Perkataan-Nya dapat membawa penghiburan pada saat kematian Yesus dan kekecewaan. Tetapi meskipun la telah mengatakan dengan jelas sekali tentang apa yang akan dialami-Nya, namun ucapan-Nya tentang kenyataan bahwa Ia harus pergi dengan segera ke Yerusalem sekali lagi membangkitkan harapan mereka bahwa kerajaan itu didirikan. Hal ini menyebabkan mereka bertanya mengenai siapa yang akan mengisi kedudukan yang tetinggi. Ketika Petrus kembali dari danau, murid-murid itu menceritakan pertanyaan Juruselamat kepadanya, dan akhirnya seorang memberanikan diri untuk bertanya kepada Yesus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” —–KSZ2 45.3

 

Juruselamat mengumpulkan murid-murid-Nya di sekeliling-Nya, dan mengatakan kepada mereka, “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Dalam perkataan ini terdapatlah kesungguh-sungguhan dan kesan yang masih sukar dipahami oleh murid-murid. Apa yang dilihat oleh Kristus tidak dapat mereka lihat. Mereka tidak mengerti sifat kerajaan Kristus, dan kurang pengetahuan ini tampaknya menyebabkan pertengkaran mereka. Tetapi sebab yang sebenarnya terletak lebih dalam lagi. Dengan menjelaskan sifat kerajaan itu, Kristus dapat memadamkan perselisihan mereka pada saat itu; tetapi hal ini tidak akan mempengaruhi sebab utamanya. Meskipun mereka sudah menerima pengetahuan sepenuhnya, suatu pertanyaan tentang siapa yang patut didahulukan dapat membarui kesulitan itu. Dengan demikian malapetaka dapat dibawa kepada sidang sesudah Kristus naik ke surga. Perselisihan untuk mendapat tempat tertinggi adalah pekerjaan roh yang sama yang menjadi permulaan pertentangan besar, dan yang telah membawa Kristus dari surga untuk mati. Timbullah di hadapan-Nya pandangan tentang Bintang Kejora, “putra fajar,” dalam kemuliaan yang melebihi segala malaikat yang mengelilingi takhta, dan bersatu dalam ikatan yang paling erat dengan Anak Allah. Bintang Kejora, telah berkata, “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” Yes. 14:12, 14, dan keinginan untuk meninggikan diri telah membawa perselisihan ke dalam istana surga, dan telah membuangkan sejumlah besar bala tentara Allah. Seandainya Bintang Kejora sungguh-sungguh mengingini untuk menjadi seperti Yang Mahatinggi, sekali-kali ia tidak akan meninggalkan tempat yang ditentukan baginya di surga; karena roh Yang Mahatinggi dinyatakan dalam pelayanan yang tidak mementingkan diri. Bintang Kejora mengingini kuasa Allah, tetapi bukan tabiatNya Ia mencari bagi dirinya tempat tertinggi, dan setiap makhluk yang digerakkan oleh rohnya akan berbuat seperti itu. Dengan demikian, permusuhan, kurang persesuaian dan perselisihan tidak akan dapat dielakkan. Kekuasaan jatuh ke tangan orang yang paling kuat. Kerajaan Setan ialah kerajaan kekerasan, setiap orang menganggap orang lain sebagai penghalang di jalan kemajuannya sendiri, atau batu loncatan yang di atasnya ia sendiri dapat naik ke tempat yang lebih tinggi. —–KSZ2 46.1

 

Kepura-puraan orang Parisi ialah hasil mementingkan diri sendiri yang merupakan tujuan hidup mereka…..Bahkan murid-murid, walaupun mereka telah meninggalkan segala sesuatu demi Kristus, namun dalam hati belumlah berhenti mencari perkara-perkara besar bagi dirinya sendiri……Sebagaimana ragi, jika dibiarkan menyelesaikan pekerjaannya, akan merusak dan membusukkan, demikian juga halnya dengan roh mementingkan diri sendiri, bila dipertumbuhkan dalam hati, akan menimbulkan kenajisan dan kebinasaan jiwa. Diantara para pengikut Kristus dewasa ini, sama seperti pada zaman dahulu, betapa besarnya dosa yang licik dan menyesatkan itu! Betapa seringnya pelayanan kita kepada Kristus, persekutuan kita satu sama lain dirusakkan oleh keinginan yang meninggikan diri!……Kepada murid-muridNya sendiri amaran Kristus diucapkan, “Ingatlah baik-baik, jagalah dirimu dari ragi orang Parisi.”……Hanya kuasa Allahlah yang dapat membuangkan sifat memikirkan diri sendiri dan kepura-puraan.——Kasih Karunia Allah Bagi Setiap Insan 8 April hal. 112

 

  • Yakobus dan Yohanes melalui ibunya meminta kedudukan dalam kerajaanNya

 

Pada kesempatan yang lain Yakobus dan Yohanes mengemukakan melalui ibu mereka suatu permohonan yang meminta supaya mereka diperkenankan menduduki jabatan yang tinggi dalam kerajaan Kristus. Meskipun nasihat yang diulang-ulangi mengenai pengajaran sifat kerajaan-Nya, murid-murid yang muda ini masih menghargai pengharapan tentang Mesias yang akan mengambil takhta dan kuasa kerajaan-Nya setuju dengan keinginan manusia. Ibu itu, yang mendambakan kehormatan dalam kerajaan ini untuk anak-anaknya, meminta, “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu, yang seorang lagi di sebelah kiriMu.” ——KR 457.1

 

  • Yakobus dan Yohanes bersikap emosional dan tidak bersedia direndahkan

 

Murid-murid mengetahui bahwa adalah maksud Kristus untuk memberkati orang-orang Samaria oleh hadirat-Nya; dan sikap dingin, kecemburuan, dan tidak hormat, yang ditunjukkan kepada Tuhan mereka memenuhi mereka dengan keheranan dan amarah. Yakobus dan Yohanes terutama telah digerakkan. Bahwa Ia yang mereka harus hormati harus diperlakukan secara demikian, tampaknya kepada mereka suatu kesalahan yang terlalu besar untuk dilewati tanpa hukuman segera. Dalam semangat mereka, mereka pun berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” menyinggung kepada kebinasaan kapten-kapten Samaria dan rombongan mereka yang dikirim untuk mengambil nabi Elia. Mereka terkejut untuk melihat bahwa Yesus merasa sedih oleh perkataan mereka, dan masih juga terkejut sementara kemarahan-Nya jatuh atas telinga mereka. Lukas 9:54-56. ——KR 456.2

 

Catatan:

 

  • Yesus tidak haus pujian, penghargaan dan penghormatan, walaupun dalam cerita Maria Magdalena dan seorang yang disalibkan disebelah kanan Yesus menghibur kepedihan Yesus selama dibumi namun hal tersebut tidak mempengaruhi putusannya untuk menghukum atau tidak menyelamatkan seseorang,
  • Sikap Yakobus dan Yohanes menggambarkan kita sekarang ini yaitu masih menggunakan perasaan yaitu naluri ingin dihargai, diakui, dihormati dan disanjung-sanjung. Hal reaksi seperti ini dari Yakobus dan Yohanes ternyata masih menjadi satu ukuran dalam menilai seseorang layak dihukum atau tidak layak dihukum…..artinya putusannya masih terpengaruh RASA, berbeda dengan Yesus yang sama sekali penerimaan atas kehadirannya tidak menjadikannya ukuran, barulah bila tawaran kebenaran keselamatan ditolak disinilah Yesus akan memutuskan,
  • Satu pelajaran dari sikap Yesus dan murid-muridNya ini menunjukkan Yesus sama sekali tidak menjadikan diri sendiri kepeduliannya, Yesus sedih ternyata ia masih melihat murid-muridNya masih mempedulikan atau menyayangi dirinya sendiri

 

  • Ketika kesombongan dan keragu-raguan menghampiri Petrus

Dengan memandang pada Yesus, Petrus berjalan dengan selamat; tetapi di saat perasaan kesombongannya muncul ia menoleh ke belakang kepada teman-temannya yang di dalam perahu, pandangannya dipalingkan dari Juruselamat. Angin mengamuk. Ombak bergulung tinggi, datang di antara dia dan Guru; ia pun takutlah. Seketika itu pandangannya lepas dari Kristus, lalu imannya pun runtuh, la mulai tenggelam. Tetapi waktu gelombang mengancam nyawanya, Petrus mengangkat matanya dari air yang bergelora itu dan mengarahkan pandangannya kepada Yesus, sambil berserulah ia, katanya: “Tuhan, tolonglah aku.” Dengan segera Yesus mengulurkan tangan-Nya sambil berkata kepadanya: “Hai orang yang kurang percaya mengapa engkau bimbang?”

 

Waktu berjalan berdampingan, dengan tangan Petrus dipegang oleh Tuhan, mereka naik ke dalam perahu bersama-sama. Tetapi kini Petrus menjadi tunduk dan diam. Tiada alasan baginya menyombongkan diri di hadapan kawan-kawannya, karena oleh kurang percaya dan kesombongannya ia hampir kehilangan nyawanya. Bila ia memalingkan matanya dari Yesus, langkahnya lenyap dan ia tenggelam di tengah-tengah gelombang.

 

Apabila kesusahan menimpa kita, betapa sering kita seperti Petrus! Kita memandang gelombang itu, gantinya menujukan mata kita pada Juruselamat. Langkah-langkah kita tergelincir, dan gelombang hidup keangkuhan itu menimpa jiwa kita. Yesus tidak menyuruh Petrus datang kepada-Nya agar ia binasa; Ia tidak memanggil kita mengikut Dia, dan kemudian meninggalkan kita. “Janganlah takut,” firman-Nya, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah Tuhan, Aliahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruse- lamatmu.” Yesaya 43:1-3

 

Yesus membaca tabiat murid-murid-Nya. Ia tahu betapa hebatnya iman mereka diuji. Di dalam peristiwa di atas danau ini Ia ingin menunjukkan kepada Petrus kelemahannya, untuk menunjukkan bahwa keselamatannya terletak dalam ketergantungannya yang terus menerus pada kuasa Ilahi. Di tengah-tengah amukan topan pencobaan ia dapat berjalan dengan selamat hanyalah jikalau ia tidak bersandar pada dirinya sendiri, melainkan harus bergantung pada Juruselamat. Di saat ia merasa dirinya kuat di saat itulah Petrus lemah; dan sampai ia melihat kelemahannya barulah ia dapat menyadari perlunya ia bergantung pada Kristus. Jikalau ia telah mempelajari pelajaran yang telah ditunjukkan untuk mengajar dia di dalam pengalaman di atas danau itu, ia tidak akan gagal bila pencobaan yang besar datang kepadanya. —KSZ1 410.4-411.3

 

 

  • Penyangkalan Petrus tiga kali sebelum ayam berkokok:

 

Matius 26:

26:31 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.

26:32 Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.”

26:33 Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”

26:34 Yesus berkata kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”

26:35 Kata Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.

 

 

Di halaman telah dinyalakan api, karena saat itu merupakan waktu yang paling dingin pada malam, sebab fajar sudah hampir merekah. Serombongan orang berkumpul di sekeliling api, dan Petrus dengan pongahnya mengambil tempat dengan mereka. Ia tidak mau dikenal sebagai seorang murid Yesus. Oleh bercampur dengan sikap acuh tak acuh dengan orang banyak itu, ia berharap akan dianggap sebagai salah seorang dari mereka yang telah membawa Yesus ke ruangan itu—–KSZ2 351.2

 

Tetapi ketika terang menyinari muka Petrus, wanita yang menjaga pintu menatap dia. Wanita itu telah memperhatikan bahwa ia datang dengan Yohanes, dan wanita itu pun memperhatikan adanya kemurungan yang nyata pada mukanya, dan berpendapat bahwa boleh jadi ia pun seorang murid Yesus. Wanita itu adalah salah seorang pembantu rumah tangga Kayafas, dan ingin tahu. Ia mengatakan kepada Petrus, “Bukankah engkau juga seorang dari pada murid-Nya?” Petrus terkejut dan bingung, mata serombongan orang dengan segera tertuju kepadanya. Ia berpura-pura tidak mengerti akan dia, tetapi wanita itu tetap meneruskan, dan mengatakan kepada mereka yang ada di sekeliling perempuan itu bahwa orang ini bersama-sama dengan Yesus. Petrus merasa terpaksa menjawab, dan mengatakan dengan marah-marah, “Aku tidak mengenal-Nya.” Inilah penyangkalan pertama, dan tidak lama kemudian ayam pun berkokoklah. O Petrus, begitu cepat merasa malu akan Gurumu! begitu cepat menyangkal Tuhanmu! —–KSZ2 351.3

 

Petrus tidak menghendaki tabiatnya yang sebenarnya diketahui. Dalam bersikap acuh tak acuh ia telah menempatkan dirinya di tempat Setan, dan mudah sekali menjadi mangsa pencobaan. Kalau ia telah dipanggil untuk berperang bagi Gurunya, ia akan menjadi seorang serdadu yang berani; tetapi ketika jari yang menghina ditunjukkan kepadanya, terbukti ia adalah seorang pengecut. Banyak orang yang tidak mundur dari peperangan yang giat bagi Tuhan dipukul mundur oleh ejekan untuk menyangkal iman mereka. Oleh bergaul dengan orang-orang yang harus mereka hindari, mereka menempatkan diri pada jalan penggodaan. Mereka mengundang musuh untuk mencobai mereka, dan terpengaruh untuk mengatakan dan melakukan sesuatu yang dalam keadaan lain mereka tidak pernah akan dipersalahkan. Murid Kristus yang pada zaman kita menyamarkan imannya karena takut akan penderitaan dan celaan, menyangkal Tuhannya dengan sesungguhnya sebagaimana halnya dengan Petrus dalam ruang pengadilan. —-KSZ2 352.2

Petrus berusaha tidak menunjukkan perhatian dalam pengadilan terhadap Gurunya, tetapi hatinya sangat sedih ketika didengarnya ejekan yang bengis, dan melihat nistaan yang sedang diderita-Nya. Lebih dari itu, ia heran dan marah karena Yesus merendahkan diri-Nya dan para pengikut-Nya oleh menyerah pada perlakuan seperti itu. Untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, ia berusaha menggabungkan diri dengan orang-orang yang menganiayakan Yesus dalam senda gurau mereka yang tidak selayaknya. Tetapi sikap ini hanya dibuat-buat. Ia sedang melakukan suatu tipu, dan sementara berusaha berbicara dengan sikap tidak peduli, ia tidak dapat menahan air muka kemarahan melihat nistaan yang ditimpakan kepada Gurunya. —-KSZ2 352.3

 

Perhatian diberikan kepadanya kedua kalinya, dan sekali lagi ia dituduh sebagai seorang pengikut Yesus. Sekarang ia menyatakan dengan sumpah, “Aku tidak kenal Orang itu.” Kesempatan lain masih diberikan kepadanya. Sejam telah lalu, ketika salah seorang hamba imam besar, yang masih bertalian keluarga yang dekat dengan orang yang telinganya dipancung oleh Petrus menanyakan kepadanya, “Bukankah aku melihat engkau di dalam taman bersama-sama dengan Dia?” “Sesungguhnya engkau seorang daripada mereka itu, karena engkau juga orang Galilea.” Mendengar perkataan ini Petrus sangat marah. Murid-murid Yesus terkenal karena bahasa mereka yang murni, dan untuk menipu orang-orang yang menanyai dia, dan membenarkan sifat kepura-puraannya kini Petrus menyangkali Gurunya dengan kutuk dan sumpah. Sekali lagi ayam pun berkokoklah. Petrus mendengarnya, dan teringatlah ia akan perkataan Yesus, “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Mrk. 14:30. —–KSZ2 353.1

 

Memandang wajah pucat yang sedang menderita, bibir yang gemetar, pandangan belas kasihan dan pengampunan, sungguh menusuk hatinya bagaikan sebuah anak panah. Angan-angan hati digugah. Ingatan giat. Petrus teringat akan janjinya beberapa jam sebelumnya bahwa ia akan pergi dengan Tuhannya ke penjara dan sampai mati sekalipun. Ia teringat akan kesedihannya ketika Juruselamat mengatakan kepadanya di ruangan atas bahwa ia akan menyangkali Tuhannya tiga kali pada malam itu juga. Petrus baru saja menyatakan bahwa ia tidak mengenal Yesus, tetapi kini ia menyadari dengan kesedihan yang pahit perihal bagaimana Tuhannya tahu betul akan dia, dan betapa tepatnya Ia telah membaca hatinya, yang ia sendiri pun tidak mengetahui kepalsuannya. —KSZ2 353.3

 

  • Buah pikiran Petrus dengan kata-kata hiburannya ternyata bimbingan setan

Dalam keadaan bungkam karena kesedihan dan keheranan, murid-murid mendengarkannya. Kristus telah menerima pengakuan tentang Dia sebagai Anak Allah, dan sekarang perkataan-Nya yang menunjuk kepada penderitaan dan kematian-Nya tampaknya tidak dapat dipahami. Petrus tidak dapat tinggal diam. Ia berpaut pada Tuhannya, seakan-akan menarik Dia dari nasib yang mengancam, sambil berseru “Tuhan, kiranya Allah menjadikan hal itu! Hal itu sekali-kali tak akan menimpa Engkau.” ——KSZ2 24.1

 

Petrus mengasihi Tuhannya, tetapi Yesus tidak memuji dia karena menyatakan kerinduan untuk melindungi Dia dari penderitaan. Perkataan Petrus tidaklah sedemikian rupa sehingga dapat menjadi suatu pertolongan dan penghiburan kepada Yesus dalam ujian besar yang dihadapi-Nya. Hal itu tidak sesuai, baik dengan tujuan rahmat Allah terhadap dunia yang hilang, mau pun dengan pelajaran pengorbanan diri yang hendak diajarkan Yesus oleh teladan-Nya sendiri. Petrus tidak ingin melihat salib dalam pekerjaan Kristus. Kesan yang hendak diberikan oleh perkataannya sangatlah bertentangan dengan kesan yang hendak diberikan oleh Kristus pada pikiran para pengikut-Nya, dan Juruselamat tergerak untuk mengucapkan salah satu tempelakan yang paling keras yang pernah keluar dari bibir-Nya: “Enyahlah Iblis, engkau satu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” —–KSZ2 24.2

 

Setan berusaha mengecewakan Yesus, dan membalikkan Dia dari tugas-Nya; dari Petrus dalam kasih yang buta, sedang memberikan suara kepada pencobaan. Putra kejahatan adalah sumber buah pikiran itu. Ajakannya ada di belakang permohonan yang membujuk itu. Di padang belantara. Setan telah menawarkan kerajaan dunia kepada Kristus dengan syarat meninggalkan jalan kerendahan hati dan pengorbanan. Sekarang ia mengemukakan pencobaan yang sama kepada murid Kristus Ia sedang berusaha menetapkan pandangan Petrus pada kemuliaan duniawi, sehingga ia tidak melihat salib yang diinginkan Yesus supaya dilihatnya. Dan dengan perantaraan Petrus, Setan sekali lagi melancarkan pencobaan kepada Yesus. Tetapi juruselamat tak menghiraukannya, pikiran-Nya tertuju kepada murid-Nya. Setan telah berdiri di antara Petrus dan Tuhannya, supaya hati murid itu tidak akan terharu oleh memandang perihal Kristus direndahkan baginya. Perkataan Kristus diucapkan, bukannya kepada Petrus, melainkan kepada seorang yang berusaha memisahkan dia dari Penebusnya. “Enyahlah Iblis.” Jangan lagi berdiri di antara Aku dengan hamba-Ku yang mudah berbuat kesalahan. Biarlah Aku datang muka dengan muka dengan Petrus, supaya Aku menyatakan rahasia kasih-Ku kepadanya. —–KSZ2 24.3

 

Catatan:

  • Disini kita dapat melihat kata-kata yang disampaikan oleh Petrus bila kita bandingkan dengan kita sekarang adalah hal yang biasa sebagai suatu perbuatan simpati terhadap kesulitan orang lain, kata-kata penghiburan biasa kita sampaikan untuk meredakan dan menurunkan kekawatiran dari pihak yang menceritakan sesuatu kesulitan yang ia hadapi, namun dalam pengalaman Yesus ini kita dapat pelajaran bahwa ternyata kata-kata penghiburan yang pada dasarnya tidak akan sesuai dengan kenyataan yang akan terjadi (cenderung formalitas) adalah pikiran manusia yang penuh dengan kepentingan sendiri/kemuliaan duniawi dan ini berasal dari setan,
  • Sama halnya dengan kutipan di awal Yesus tidak membutuhkan sanjungan-sanjungan hiburan yang pada dasarnya tidak tulus,
  • Kita telah ketahui pernyataan Petrus di atas adalah setelah ia menjawab pertanyaan Yesus yang sebelumnya telah disampaikan kepada murid-muridnya tentang “Siapakah Aku ini” yang dikatakan Roh Kuduslah yang membantu Petrus menjawab pertanyaan tersebut, dan ternyata hitungan detik berikutnya terlihat Yesus sama sekali tidak terpengaruh dengan jawaban dengan bimbingan Roh Kudus sebelumnya, Ia tetap waspada dan tidak menggunakan RASAnya dalam menyikapi kata-kata Petrus. Dengan demikian kata-kata kita yang sering kita lontarkan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kenyataannya adalah pembangunan RASA bimbingan roh setan, EGW mengatakan:

Demikianlah sementara kita bergantung pada Allah, kita tidak akan ditemukan berperang melawan kebenaran, tetapi kita akan selalu dimampukan untuk membela kebenaran. Kita harus bergantung pada pengajaran Alkitab dan tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi dunia, dalam perkataan dan perlakuan manusia —IP 144.2

 

  • Petrus seorang pengecut, mempengaruhi murid lainnya

Murid-murid ketakutan ketika mereka melihat Yesus membiarkan diri-Nya ditangkap dan diikat. Mereka merasa sakit hati Karena Ia membiarkan penghinaan ini kepada diri-Nya dan kepada, mereka. Mereka tidak dapat mengerti tingkah laku-Nya, dan mereka menyalahkan Dia karena menyerah kepada orang banyak. Dalam kemarahan dan ketakutan mereka, Petrus menganjurkan untuk meluputkan diri mereka sendiri. Untuk mengikuti anjuran ini, mereka semuanya “lari meninggalkan Dia.” Tetapi Yesus telah meramalkan perihal murid-murid-Nya meninggalkan Dia. “Lihat,” Ia telah mengatakan, “saatnya datang bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.” oh. 16:32. —-KSZ2 338.2

 

 

  1. Rasul-Rasul harus merubah pemahaman yang telah dipercaya

Sesudah kematian Kristus murid-murid sudah hampir dikalahkan oleh kekecewaan. Tuhan mereka telah ditolak, dipersalahkan, dan disalibkan. Imam-imam dan penghulu-penghulu telah menyatakan dengan ejekan, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan. Ia raja Israel? Baiklah ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.” Matius 27:42. Matahari pengharapan murid-murid telah terbenam, dan malam telah menimpa hati mereka. Sering mereka mengulangi perkataan, “Padahal kami dulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” Lukas 24:21. Sepi dan sakit hati, mereka teringat akan perkataan-Nya, “Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu yang hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” Lukas 23:31. ——-KR 22.1

 

Yesus telah beberapa kali mencoba membuka masa depan kepada murid-murid-Nya, tetapi mereka tidak menghiraukan untuk memikirkan tentang apa yang dikatakan-Nya. Oleh karena hal ini kematian-Nya telah datang kepada mereka sebagai sesuatu yang mengagetkan; dan sesudah itu, sementara mereka mengulangi masa lampau dan melihat akibat kurang percaya mereka, mereka dipenuhi dengan kesusahan. Bila Yesus disalibkan, mereka tidak percaya bahwa Ia akan bangkit. Ia telah menerangkan dengan jelas bahwa ia akan bangkit pada hari yang ketiga, tetapi mereka bingung untuk mengetahui apa yang Ia maksudkan. Kekurangan pengertian ini meninggalkan mereka pada waktu kematian-Nya. Ketiadaan harapan sama sekali. Mereka sangat kecewa. Iman mereka tidak menembusi bayang-bayang yang telah ditaruh oleh Setan, menghalangi masa mendatang. Semuanya tampaknya samar-samar dan rahasia kepada mereka. Kalau mereka telah percaya pada perkataan Kristus, betapa banyak kesusahan dapat mereka hindarkan.——- KR 22.2

 

Diremukkan oleh kemurungan, kesusahan, dan putus asa, murid-murid bertemu bersama-sama di ruangan atas, dan menutup serta merapatkan pintu-pintu, takut bahwa nasib Guru mereka yang kekasih menjadi bagian mereka. Di sinilah Juruselamat, sesudah kebangkitan-Nya, menampakkan diri kepada mereka itu. —–KR 23.1

 

Catatan:

Dari penjelasan diatas kita melihat bahwa murid-murid Yesus walaupun telah dididik bersama Yesus secara langsung ternyata masih saja menyimpan pengertian-pengertian yang lama dan sama dengan pandangan umum bangsa Yahudi yaitu mengira bahwa bila Mesias datang  akan melepaskan mereka dari belenggu bangsa Romawi. Peristiwa kematian Yesus memaksa mereka merubah pengertiannya, dan disini suatu ujian apakah mereka mau merubah pengertiannya atau meninggalkannya dan menganggap sebagai Mesias palsu. Atas masih dipegangnya pengertian-pengertian lama ini, juga masih terus saja diterapkan hingga dizaman kita akhir zaman ini, EGW mengatakan:

Manusia mempertahankan kesalahan, padahal kebenaran sudah jelas-jelas ditunjukkan dan jika mereka mau membawa doktrin-doktrin mereka kepada firman Allah, dan tidak membaca firman Allah dalam terang doktrin-doktrin mereka, untuk membuktikan bahwa gagasan-gagasan mereka itu benar, maka mereka tidak akan berjalan di dalam kegelapan dan kebutaan, dan tidak akan menghargai kesesatan.

Banyak orng memberikan arti yang sesuai  dengan pendapat mereka sendiri,dan mereka menyesatkan diri sendiri serta menipu orang lain dengan penafsiran yang keliru terhadap firman Allah—-CW 36.3

Keberuntungan mereka adalah murid-murid Yesus tersebut masih satu kota dan bisa saling bertemu untuk menguatkan dalam kekecewaan, sementara dalam contoh saingannya kita calon 144000 harus secara langsung menyesuaikan pengertian pemahaman kita kepada kebenaran yang berkembang, keseluruhan perubahan-perubahan dari rencana-rencana yang telah disampaikan harus segera direspon dengan meninggalkan pengertian yang telah dipegang, bila menunggu hingga seluruh rencana penyelesaian pekerjaan bagi sidang Laodekia terlaksana baru melakukan perubahan seperti pengalaman mereka, maka pintu kasihan bahtera Nuh telah tertutup dan upahnya adalah Yehezkiel 9, tidak ada lagi kesempatan.

Selain itu, kondisi calon 144000 yang masih tersembunyi ini, dan kita tidak mengetahui siapa yang akan menjadi 144000 diantara kita, benar-benar dalam menghadapi kekecewaan apapun haruslah bertahan dan menghibur dirinya sendiri, tidak ada sarana pertemuan sebagaimana mereka murid-murid Yesus.

  1. Pematangan pembentukan murid-murid menjadi manusia baru, menggantikan manusia lamanya

Selama empat puluh hari Kristus tinggal di dunia ini, menyediakan murid-murid untuk pekerjaan yang ada di hadapan mereka dan menjelaskan yang sampai kini mereka belum sanggup untuk mengerti. Ia mengucapkan nubuatan-nubuatan tentang kedatangan-Nya, penolakanNya oleh orang-orang Yahudi, dan kematian-Nya, menunjukkan bahwa tiap-tiap perincian dari nubuatan-nubuatan ini telah digenapi. Ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus menganggap kegenapan nubuatan ini sebagai suatu kepastian kuasa yang akan menyertai mereka dalam pekerjaan mereka di masa yang akan datang. “ Lalu Ia membuka pikiran mereka,” kita baca “sehingga mereka mengerti Kitab Suci. KataNya kepada mereka: ‘ Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. ” Lalu Ia menambahkan “ Kamu adalah saksi dari semuanya ini. ” Lukas 24:45-48. ——KR 23.2

 

Selama hari-hari yang digunakan oleh Kristus dengan murid-muridNya, mereka memperoleh suatu pengalaman yang baru. Sementara mereka mendengar Tuhan mereka yang kekasih menjelaskan Kitab Suci dalam terang dari semua yang telah terjadi, iman mereka kepada-Nya dikuatkan dengan sepenuhnya. Mereka tiba di tempat di mana mereka dapat mengatakan, “ Aku tahu kepada siapa aku percaya. ” 2 Timotius 1:12. Mereka mulai menyadari sifat dan luasnya pekerjaan mereka, untuk melihat bahwa mereka harus memasyhurkan kepada dunia kebenaran yang dipercayakan kepada mereka. Peristiwa mengenai kehidupan Kristus, kematian dan kebangkitan-Nya, nubuatan yang menunjuk kepada peristiwa ini, rahasia rencana keselamatan, kuasa Yesus untuk pengampunan dosa–kepada segala perkara ini mereka telah menjadi saksi, dan harus memberitahukannya kepada dunia. Mereka harus memasyhurkan Injil perdamaian dan keselamatan melalui pertobatan dan kuasa Juruselamat. ——KR 23.3

 

Sebelum naik ke surga, Kristus memberikan kepada murid-muridNya tugas mereka. Ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus menjadi wali dari kehendak dalam mana Ia mewariskan kepada dunia harta kehidupan yang kekal. Kamu menjadi saksi tentang hidup pengorbanan-Ku demi kepentingan dunia, kata-Nya kepada mereka. Kamu telah melihat pekerjaan-Ku bagi Israel. Dan meskipun umat-Ku tidak mau datang kepada-Ku supaya mereka bisa hidup, meskipun imam-imam dan penghulu-penghulu telah berbuat kepada-Ku sebagaimana yang mereka rencanakan, meskipun mereka telah menolak Aku, mereka masih juga akan mempunyai kesempatan yang lain untuk menerima Anak Allah. Kamu telah melihat bahwa semua orang yang datang kepada-Ku dan mengaku dosa mereka, Aku terima dengan tangan terbuka. Ia yang datang kepada-Ku sekali-kali Aku tidak akan menolaknya. Kepadamu, murid-murid-Ku, Aku serahkan pekabaran kemurahan ini. Hal itu akan diberikan kepada orang-orang Yahudi dan orang kafir— mula-mula kepada Israel, dan kemudian kepada segala bangsa, bahasa dan kaum. Semua orang yang percaya akan dikumpulkan di dalam satu sidang. KR 24.1

 

Catatan:

40 hari digunakan Yesus sebagai sarana untuk memberikan pendidikan terakhir untuk membuat 120 murid itu matang dan siap memikul tanggung jawab, dalam masa 40 hari itulah seluruh karakter-karakter atau tabiat-tabiat asli masing-masing diubah menjadi manusia-manusia baru, manusia lamanya yang sejak dilahirkan digantikan. Semua keinginan mementingkan diri seperti yang kita telah ikuti dalam pertanyaan yang disampaikan kepada Yesus tentang “Siapakah yang terbesar dari murid-muridNya” telah dihilangkan dari dalam diri mereka masing-masing, seperti keinginan Yakobus dan Yohanes yang ingin menjadi orang-orang disamping Yesus disebelah kanan dan kiri sesuai permintaan ibu mereka Salome sudah dilupakan, dan ketakutan-ketakutan diketahui sebagai salah satu murid-murid Yesus ketika dipengadilanpun sudah hilang sepenuhnya. Petruspun yang pernah menyangkal Yesus karena penuh kekawatiran dan ketakutan kesemuanyapun hilang, kematian tidak lagi berkuasa bagi mereka.

Perbedaannya dengan kita calon 144000, kepada kita tidak ada peristiwa 40 hari yang dikhususkan untuk pematangan diri kita masing-masing, bahkan dengan dikatakan “mereka masih tersembunyi” menunjukkan perjuangan melawan diri sendiri dan pengaruh-pengaruh pergaulan dan lingkungan sekarang ini harus diusahakan sendirian tanpa pendampingan oleh Yesus sendiri ataupun malaikat. Kita harus langsung didapati siap sedia saat kelepasan nanti itu tiba.

Kemudian dijelaskan bahwa “meskipun imam-imam dan penghulu-penghulu telah berbuat kepada-Ku sebagaimana yang mereka rencanakan, meskipun mereka telah menolak Aku, mereka masih juga akan mempunyai kesempatan yang lain untuk menerima Anak Allah” menunjukkan bahwa Tuhan konsisiten dengan hukumNya sebagaimana dalam kata-kata Matius 12:32 yaitu “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.”

Jadi adalah lebih berbahaya bagi mereka menolak tawaran pekabaran yang akan dibawakan oleh Rasul-Rasul daripada mereka mengabaikan kata-kata Yesus selama ia hidup bahkan hingga membunuh Yesus sekalipun, seperti rasul Paulus jelas-jelas seorang pemimpin yang memerangi pengikut-pengikut Yesus tentunya juga secara tidak langsung saat itu adalah salah seorang yang juga menyuarakan penyaliban Yesus.

 

  1. Konsekuensi dari perubahan menjadi manusia baru

Sementara murid-murid memasyhurkan kebenaran Injil di Yerusalem, Allah memberikan kesaksian atas perkataan mereka, dan orang banyak pun percayalah. Banyak dari orang-orang percaya yang mula-mula ini dengan segera dikucilkan dari keluarga dan sahabat-sahabat mereka oleh kefanatikan dari orang-orang Yahudi, dan perlu menyediakan bagi mereka makanan dan perlindungan. ——-KR 59.1

 

Catatan:

Setelah banyak orang-orang bertobat dari hasil pekabaran Roh Suci hujan awal, karena penurutannya (kefanatikan) mereka langsung dikucilkan dari keluarga dan sahabat-sahabatnya, ……gambaran ini adalah contoh bagi kita bila kita setelah menerapkan seluruh tuntutan Tuhan dari pekabaran makanan pada waktunya dalam perilaku, ucapan dan tindakan kita perlahan-lahan kitapun diasingkan, atau ditinggalkan oleh orang-orang disekitar kita bahkan keluargapun juga demikian dan kitapun akan dianggap fanatik.

GAMBARAN BAGAIMANA BILA SESEORANG TELAH MENJALANKAN PERINTAH-PERINTAH PEMBENARAN OLEH IMAN

 

 

Mereka yang memilih kejujuran sebagai pendamping mereka akan mewujudkannya dalam semua tindakan mereka. Untuk skala yang besar, orang-orang ini tidak menyenangkan, tetapi bagi Tuhan mereka indah —-Testimonies for the Church, jld. 4, hlm 607

 

(Sama dengan cerita pengalaman Yesus ketika ia setelah pergi ke Kaabah usia 12 tahun, sesudah itu Ia menjadi pribadi yang tidak menyenangkan kepada saudara-saudaraNya —Dapat dibaca dalam Kerinduan Segala Zaman Bab 9)

 

Apakah yang akan terjadi jikalau Yesus yang indah itu, sebagai teladan kita, muncul di antara mereka dan para pengikut agama pada umumnya, sama seperti kedatanganNya yang pertama? Ia dilahirkan di palungan. Mengikuti Dia sepanjang hidup dan pekerjaanNya. Ia adalah seorang yang penuh dengan kesusahan dan mengetahui penderitaan manusia. Orang-orang yang mengaku Kristen ini akan menjadi malu melihat tampang Juruselamat yang lemah lembut dan rendah hati itu yang hanya memakai pakaian sederhana, yang tidak dikelim, dan tidak mempunyai tempat dimana Ia dapat meletakan kepalaNya. Hidupnya yang tidak bercacat cela dan penuh penyangkalan diri itu akan menuduh mereka; Kekhidmatannya yang kudus akan menjadi larangan yang menyakitkan terhadap kehidupan mereka yang serba enak dan bersenang-senang; percakapanNya yang terus terang akan menjadi suatu pengawas terhadap percakapan mereka yang duniawi dan serakah; caraNya menyatakan kebenaran yang membelah itu akan menunjukkan tabiat mereka yang sebenarnya, maka mereka pasti menginginkan supaya teladan lemah lembut dari Yesus yang indah itu, supaya selekas mungkin lenyap dan berlalu. Mereka akan berada diantara yang pertama kali berusaha menangkapNya dalam kata-kataNya dan berseru, “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!”——Tulisan Permulaan Sub Judul Pengharapan Gereja hal 210

Kristus adalah penegur yang setia….Kepada segala sesuatu yang tidak benar dan nista, hadiratnya merupakan tempelakan. Dalam terang kesucianNya, orang melihat dirinya najis, tujuan hidupnya tampak buruk dan palsu. Namun demikian Ia menarik mereka itu. Ia telah menciptakan mereka, memahami nilai-nilai kemanusiaan……..—–Kasih Karunia Allah Bagi Setiap Insan sub judul Pengaruh Kasih Karunia 3 Agustus hal 237

 

Kain membenci dan membunuh saudaranya, bukan oleh karena ada sesuatu kesalahan yang telah dilakukan oleh Habil, tetapi “karena perbuatannya adalah jahat dan perbuatan saudaranya adalah benar.” 1 Yohanes 3:12. Demikian pula pada segala zaman orang jahat membenci mereka yang lebih baik dari mereka. Kehidupan Habil yang penuh penurutan dan imannya yang teguh kepada Kain merupakan satu tempelakan yang terus-menerus. “Karena barang siapa yang berbuat jahat, benci akan terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya jangan kelak segala perbuatannya itu kena tempelak.” Yohanes 3:20. Lebih bercahaya terang sorga yang dipantulkan dari tabiat hamba-hamba Allah yang setia, lebih jelas dosa daripada orang jahat dinyatakan dan lebih nekad lagi usaha mereka untuk membinasakan orang-orang yang mengganggu ketenangan mereka. ———PB1 68.1

 

Pertentangan yang terjadi antara Roh Kristus dengan roh Setan diperagakan dengan cara mencolok dalam penerimaan dunia akan Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak begitu menarik perhatian, sebab Ia muncul tanpa kekayaan, kemegahan atau kebesaran duniawi, sehingga orang Yahudi cenderung menolak Dia. Mereka melihat bahwa Dia memiliki kuasa yang lebih dari sekadar mencukupkan kekurangan keuntungan-keuntungan lahiriah, tetapi kemurnian dan kesucian Kristus mengundang kebencian kepada-Nya dari orang-orang fasik. Kehidupan-Nya yang penuh dengan penyangkalan diri dan pengabdian-Nya yang tiada berdosa merupakan teguran yang terus-menerus kepada orang-orang yang sombong dan yang penuh hawa nafsu. Hal inilah yang membangkitkan permusuhan melawan Anak Allah. Setan dan malaikat-malaikat jahat bergabung dengan orang-orang jahat. Segenap kekuatan kemurtadan berkomplot melawan Penghulu Kebenaran. —–KA 530.3

 

NASIHAT ELLEN G. WHITE BAGI KITA DALAM MELAKSANAKAN FIRMAN BAGI YANG MASIH BERJUANG MENGATASI DIRI SENDIRI:

 

Allah tidak pencipta sesuatu yang penuh dosa. Tidak ada yang harus takut dianggap aneh jika kewajiban mengharuskan demikian. Jika kita dianggap aneh karena menghindari dosa, maka keanehan kitahanyalah sekedar perbedaan antara kesucian dan kecemaran, kebenaran dan ketidak benaran. Oleh sebab orang banyak lebih menyukai jalan pendurhakaan, haruskah kita memilih hal yang sama? Dengan tandas inspirasi mengatakan “Jangan engkau turut orang banyak yang melakukan kejahatan.” Pendirian kita harus dinyatakan dengan jelas, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan——Nasihat kepada Pendeta dan Pelayanan Injil, sub judul Amaran setia yang sungguh-sungguh, hal 57

 

Pengalaman Musa bekal didikan orang tuanya masa kecil mampu menjauhkan diri dari pengaruh dunia (Mesir)

 

Allah telah mendengar doa-doa ibu itu; imannya telah mendapat pahala. Adalah dengan rasa syukur yang dalam di mana sekarang ia telah menerima tugas yang aman dan membahagiakan itu. Dengan setia ia gunakan kesempatan untuk mendidik anaknya bagi Allah. Ia merasa yakin bahwa anaknya telah diselamatkan untuk melaksanakan satu tugas yang besar, dan ia tahu bahwa dengan segera anak itu harus diserahkan kembali kepada ibunya yang ada di istana, untuk kemudian dikelilingi oleh pengaruh-pengaruh yang cenderung akan memalingkannya dari Allah. Pemikiran ini telah membuat dia lebih tekun dan lebih rajin dalam memberi petunjuk-petunjuk kepada anak ini dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Dia berusaha untuk menanamkan di dalam pikirannya rasa takut akan Allah, dan kasih akan kebenaran serta keadilan, dan dengan sungguh-sungguh berdoa agar ia dipelihara dari segala pengaruh-pengaruh yang jahat. Dia menunjukkan kepadanya kebodohan dan dosa dari penyembahan berhala, dan mengajar dia semasa kecilnya untuk bersujud serta berdoa kepada Allah yang hidup, satu-satunya yang dapat mendengar dia serta menolongnya dalam keadaan darurat. —-SRNJ1 285.3

 

Ia memelihara anak itu selama yang dapat diusahakannya, tetapi harus melepaskannya pada waktu ia sudah mencapai usia dua belas tahun. Dari rumahnya yang sederhana itu ia dibawa ke dalam istana kerajaan, kepada putri Firaun, “dan menjadi anaknya.” Namun demikian, sekalipun berada di tempat ini ia tidak kehilangan kesan yang diperolehnya pada masa kanak-kanaknya. Pelajaran-pelajaran yang didapat di sisi ibunya tidak dapat dilupakannya. Semuanya itu merupakan satu perisai terhadap kesombongan, kekafiran dan kejahatan yang merajalela di tengah-tengah kemegahan istana itu. SRNJ1 286.1

 

Betapa besarnya hasil pengaruh perempuan Ibrani itu, walaupun ia hanyalah seorang buangan, seorang hamba! Seluruh masa depan hidup Musa, tugas besar yang dia laksanakan sebagai pemimpin Israel menyatakan pentingnya pekerjaan ibu-ibu Kristen. Tidak ada pekerjaan lain yang dapat menyamai hal ini. Sedemikian jauh ibu-ibu memegang nasib anak-anaknya. Ia sedang berhadapan dengan tugas mengembangkan pikiran dan tabiat, bekerja bukan hanya untuk sekarang ini saja, tetapi untuk masa yang kekal. Ia sedang menaburkan benih-benih yang kemudian akan bersemi dan menghasilkan buah, yang baik atau yang jahat. la bukanlah melukis satu bentuk keindahan di atas sehelai kain, atau memahat batu pualam tetapi sedang menanamkan peta Ilahi di dalam jiwa manusia. Tanggung jawab ada di atas bahunya untuk membentuk tabiat anak-anaknya terutama sekali pada tahun-tahun permulaan kehidupan mereka. Kesan-kesan yang kita tanamkan di dalam pikiran mereka yang sedang berkembang itu akan tetap tinggal dengan mereka selama hidupnya. Para orangtua harus memberikan petunjuk serta latihan kepada anak-anak mereka selagi masih kecil, dengan tujuan agar mereka menjadi orang Kristen. Anak-anak dipercayakan kepada pengawasan kita untuk dididik, bukan sebagai ahli-ahli waris takhta kerajaan duniawi, melainkan sebagai raja-raja bagi Allah, untuk memerintah selama masa kekekalan. —-SRNJ1 286.2

 

Oleh undang-undang Mesir semua orang yang menduduki takhta Firaun harus menjadi anggota kasta imam-imam; dan Musa, sebagai calon ahli waris mahkota, harus diperkenalkan kepada rahasia-rahasia agama bangsa itu. Tugas ini diserahkan kepada imam-imam. Tetapi sekalipun ia adalah seorang pelajar yang tekun dan tidak mengenal lelah, ia tidak dapat dipengaruhi untuk ikut serta dalam penyembahan dewa-dewa. Ia diancam akan kehilangan mahkota dan diamarkan bahwa ia akan dibuang oleh putri Firaun kalau ia tetap berpegang kepada kepercayaan orang Ibrani. Tetapi ia tidak tergoyahkan dalam tekadnya untuk tidak menghormati seorang pun kecuali Allah yang satu itu, yaitu Khalik langit dan bumi. Ia berdebat dengan imam-imam serta penyembah-penyembah berhala itu, dan menunjukkan kebodohan dari sikap mengagung-agungkan benda-benda yang tidak bernyawa itu. Tidak ada seorang pun yang dapat membantah alasannya atau mengubah tekadnya, tetapi untuk sementara waktu keteguhan hatinya itu dibiarkan oleh mereka oleh sebab kedudukan yang tinggi, dan juga ia disenangi baik oleh raja maupun oleh orang banyak. ——SRNJ1 288.1

 

“Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak putri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.” Ibrani 11:24-26. Musa layak untuk menduduki tempat yang terkemuka di antara orang-orang besar di dunia ini, untuk bersinar-sinar dalam istana kerajaan yang paling megah serta memegang tongkat kekuasaan. Daya pikirnya yang kuat membuat dirinya menonjol di atas orang-orang besar sepanjang zaman. Sebagai ahli sejarah, ahli sastra. ahli filsafat, panglima tentara dan ahli hukum, ia berdiri tanpa bandingan. Namun demikian, sekalipun dunia ada pada jangkauannya, ia mempunyai kekuatan akhlak untuk menolak harapan akan kekayaan, kebesaran dan kemasyhuran, “ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.” ——-SRNJ1 288.2

 

Musa telah belajar banyak perkara yang sekarang harus ia lupakan. Pengaruh-pengaruh yang mengelilinginya di Mesir kasih kepada ibu angkatnya, kedudukannya sendiri yang tinggi sebagai cucu raja, kehidupan yang gelojoh di sekitarnya, penarikan, tipu daya dan sifat mistik agama palsu, kemegahan penyembahan berhala, keagungan bangunan dan patung-patung—semuanya ini telah meninggalkan kesan yang dalam pada pikirannya yang sedang berkembang dan sedikit banyaknya telah membentuk kebiasaan serta tabiatnya. Waktu, perubahan sekelilingnya, dan hubungan dengan Allah dapat menghapuskan kesan-kesan ini. Hal ini menuntut dari pihak Musa sendiri satu pergumulan yang sungguh-sungguh untuk meninggalkan kesalahan dan menerima kebenaran, tetapi Allah akan menjadi penolongnya bilamana pergumulan tersebut menjadi terlalu berat bagi kekuatan manusia. ——-SRNJ1 291.2

 

Catatan:

Dari pengalaman pribadi Musa, kita lihat betapa Musa orang yang sangat jauh berbeda dengan manusia pada umumnya, secara umum bila seseorang dihadapkan pada pilihan seperti Musa, kebanyakan orang akan memilih tetap menjadi anak putri Firaun dan menolak untuk kembali kepada ibu kandungnya yang miskin, karena semua manusia dalam hidup ini mengejar kekayaan dan kesuksesan hidup —itulah tujuan hidup dari mayoritas orang sekolah dan bekerja.

Pilihan Musa yang memilih kehidupan yang miskin dan terhina sebagai bangsa Israel akan mungkin dianggap pribadi yang aneh, pilihan Musa tersebut sebagai jawaban atas kata-kata Ellen G. White:

Allah tidak pencipta sesuatu yang penuh dosa. Tidak ada yang harus takut dianggap aneh jika kewajiban mengharuskan demikian. Jika kita dianggap aneh karena menghindari dosa, maka keanehan kitahanyalah sekedar perbedaan antara kesucian dan kecemaran, kebenaran dan ketidak benaran. Oleh sebab orang banyak lebih menyukai jalan pendurhakaan, haruskah kita memilih hal yang sama? Dengan tandas inspirasi mengatakan “Jangan engkau turut orang banyak yang melakukan kejahatan.” Pendirian kita harus dinyatakan dengan jelas, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan——Nasihat kepada Pendeta dan Pelayanan Injil, sub judul Amaran setia yang sungguh-sungguh, hal 57

 

Pengalaman Musa walaupun ia mampu menjaga dirinya dari pengaruh kehidupan kerajaan, namun sesuai kata-kata di atas tetap saja terdapat pengaruh yang melekap dalam pribadi Musa yang harus dihilangkan dipadang belantara sebelum ia mengemban tugasnya membawa bangsa Israel keluar dari Mesir—-sebagaimana kata-kata berikut:

Setiap pergaulan yang kita bentuk, betapapun terbatas membawa pengaruh terhadap kita. Meluasnya pengaruh yang menguasai kita itu akan ditentukan oleh derajat keakraban, pergaulan yang secara tetap, dan kasih serta pemujaan kita kepada orang yang menjadi teman kita bergaul. Maka dengan demikian oleh pengenalan dan pergaulan kita dengan Kristus kita boleh menjadi serupa dengan Dia, sebagai satu-satunya teladan yang tidak mempunyai kesalahan.——- Maranatha hal 74

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart